5. Jatuh Cinta

61.8K 6.4K 564
                                        

Perlu waktu bagi Irene untuk mempertimbangkan nasihat papanya untuk mondok di Purwokerto sembari menunggu pernikahannya. Maksud sang papa agar Irene belajar agama dan mau mengubah penampilannya agar lebih feminin, biar nggak malu-maluin calon besan. Irene menuruti permintaan papanya, demi bisa dekat Arham. Namun ia juga merasa bersalah telah berbohong pada kedua orang tuanya tentang status Arham sebagai calon suaminya. Tampak benar kebahagiaan tersirat dari wajah mereka yang berseri-seri. Orang tuanya berharap banyak dia bisa menikah dengan Arham secepatnya.

Tommy dan Liana beserta dua putrinya melaju ke Purwokerto dengan mengendarai mobil pribadi. Ada supir keluarga yang mengemudi. Mereka membawa banyak oleh-oleh khas Bandung untuk pemilik pondok juga Arham.

Antusiasme Tommy, Liana, dan Mayaza berbanding terbalik dengan yang dirasakan Irene. Bukan karena ia tak suka kembali ke pondok. Ia senang membayangkan pertemuan dengan Arham, Lia dan teman-temannya, serta semua penghuni pondok. Namun satu yang mengganjal benaknya, bagaimana reaksi Arham nanti. Ia berpikir mungkin saat orang tuanya nanti bicara dengannya, ia harus banyak memberi kode lewat kedipan mata agar Arham mengerti bahwa ia harus bersandiwara.

Ingin ia menghubungi Mira atau Bibi Rohmah untuk menyampaikan hal ini pada Arham. Namun ia tak mau makin banyak yang tahu tentang rencana sandiwaranya. Irene bingung bukan kepalang.

Sepanjang jalan Irene tak jua bisa tidur. Mereka sempat berhenti di salah satu restoran yang menyediakan fasilitas mushola untuk salat Zuhur dilanjutkan makan siang. Perasaan Irene masih saja ketar-ketir, takut orang tuanya kecewa begitu tahu ia telah berbohong. Ia harap ustaz ganteng itu mau membantunya.

Setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam, mereka tiba juga di pondok. Kedatangan mereka disambut ramah oleh pemilik pondok dan pengurus pondok. Lia dan teman-temannya yang waktu itu sedang mengikuti aktivitas sore di kelas senang bukan main melihat kedatangan Irene dari jendela kelas. Apalagi saat menatap koper besar yang tengah diangkat Supir dari bagasi, senyum mereka semakin melebar karena menduga Irene akan tinggal lebih lama di pondok, bahkan mungkin nyantri di pondok.

Pak Arif meminta salah satu pengurus pondok berangkat menuju pusat oleh-oleh untuk membelikan beberapa cemilan khas Purwokerto sebagai makanan suguhan untuk tamu istimewa itu. Tukang masak di dapur juga diminta memasak mendoan dan soto Sokaraja.

Saat sudah cukup berbasa-basi dengan Pak Arif dan Ummu Salamah, selaku pemilik pondok, Tommy dan Liana tak lupa dengan tujuan utamanya untuk bertemu dengan Arham. Pak Arif meminta salah seorang tukang kebun untuk memanggil Arham yang saat ini tengah mengajar kelas sore.

Irene semakin tak tenang. Bahkan soto Sokaraja dan mendoan hangat yang terhidang di meja mendadak tak mampu mengundang selera makannya. Biasanya dia lahap sekali memakan soto Sokaraja dan mendoan.

 Biasanya dia lahap sekali memakan soto Sokaraja dan mendoan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang