17. Semakin Dekat

47.7K 4.8K 210
                                    

Bonus hiasan dinding, tapi cuma di foto haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus hiasan dinding, tapi cuma di foto haha. Ini hobi lain selain nulis, nggambar. Kalau lagi ingin refreshing, gambar-gambar aja, baru setelah itu nulis lagi.

Arzan telah mengupayakan berbagai macam cara untuk mengetuk hati orang tua Sabrina yang lebih keras dari baja, entah melalui jalur doa, membawa makanan kesukaan calon mertua setiap kali bertandang, atau mencoba kembali berbicara dengan mereka, tapi restu belum jua diberikan.

Arzan tak akan menyerah. Ia akan berjuang sekalipun dunia berhenti berputar atau terbalik, tak ada kamus menyerah dalam hidupnya. Kendati bapak dan ibu Sabrina tetap bersikukuh menjodohkan Sabrina dengan seorang ustaz, Arzan akan terus maju berperang. Ia tahu, hati Sabrina telah menjadi miliknya, terlihat dari caranya yang menolak calon pilihan orang tuanya yang kata orang berkualitas tinggi no kaleng-kaleng. Arzan semula minder karena hafalan Al-Qur'an hanya sebatas juz 30, itu pun tak komplit. Surat-surat yang ayatnya panjang belum berhasil ia hafalkan. Namun sang adik terus memberinya semangat bahwa kualitasnya tak sekelas kaleng-kaleng kosong. Ia juga tak kalah berkualitas dengan tekad kuat untuk memperbaiki diri, punya usaha yang mapan, wajah yang setampan Hamish-nya Raisa, didukung cinta yang luar biasa untuk Sabrina dan kesetiaan setinggi Himalaya, di saat banyak laki-laki menggadaikan kesetiaan. Jelas Arzan sebenarnya adalah sosok calon suami idaman para perempuan lajang dan calon menantu idaman bagi para mertua yang menyadari betapa istimewa dirinya.

Sabrina semakin galau tak menentu. Semakin hari semakin besar rasa cintanya untuk Arzan. Namun di saat yang sama semakin tinggi tembok yang dibangun orang tuanya untuk menghalangi niat tulus keduanya. Ia terpaksa mengirim pesan whatsapp untuk calon yang disanjung-sanjung ibunya bahwa dirinya telah mencintai orang lain dan meminta maaf karena tak bisa menikah dengannya.

Ustaz calon pilihan orang tua Sabrina menuruti keinginan gadis cantik itu kendati ia menyukai Sabrina. Namun ia tak mau menikahi seseorang yang terpaksa menikah dengannya. Ia tak mau menghancurkan kebahagiaan Sabrina. Ia mendatangi orang tua Sabrina dan memohon maaf bahwa ia tak bisa meneruskan perjodohan.

Lagi-lagi orang tua Sabrina kecewa dan sakit hati. Dua kali berturut-turut putrinya selalu ditolak, pertama ustaz Arham, kedua ustaz Abizar. Mereka bertanya-tanya, apa yang salah dengan Sabrina? Dia cantik, seorang guru di pesantren, hormat sama orang tua, nggak neko-neko, kenapa selalu ditolak?

"Ibu nggak tahu lagi. Anak kita ini gadis baik-baik, cantik, tapi selalu ditolak." Halimah mengelus dada. Hasrat ingin melihat putrinya menikah sudah sedemikian membumbung.

"Itu artinya, cuma Arzan aja yang mau sama Sabrina, Bu. Kalau Ibu nolak Arzan, Sabrina nggak nikah-nikah nanti." Sabrina menunduk seraya melirik ibunya sesekali.

"Kok malah ngomong begitu? Pasti masih banyak laki-laki baik yang mau sama kamu, laki-laki yang lebih baik dari Arzan. Pokoknya Ibu sama Bapak mau cari kandidat lagi."

Sabrina kecewa mendengar penuturan ibunya. Ia tak habis pikir, orang tuanya masih terus saja mencari calon untuknya.

Arzan tak berhenti berusaha. Ia tetap menjalin silaturahim dengan keluarga Sabrina meski kadang disambut dingin. Aliran makanan, barang-barang kerajinan, atau buku-buku religi masih terus berlanjut, menjadi buah tangan setiap kali bertandang. Cita-citanya dalam jangka waktu pendek ini hanya satu, "bisa nikah barengan dengan sang adik", selain irit biaya, ia juga bisa selamat dari pertanyaan horor seandainya Us Us alias Arham benar-benar nikah duluan : kapan nikah? Kapan nyusul adikmu? Adikmu aja nikah, kamu kapan? Waduh kesusul adine, mbok ya cepet nikah, keburu karatan engko!

Arzan tak mau menjadi orang yang berbahagia sekaligus nestapa di pernikahan sang adik. Waktu yang ia miliki semakin sempit karena tanggal pernikahan Us Us dan Mas Irene semakin dekat.

Sabrina tak kalah berusaha. Ketika sang ibu mengenalkannya dengan pria, anak teman lama sang ibu dan berniat menjodohkan, buru-buru Sabrina meminta tolong pada sang pria untuk menolaknya. Alasannya selalu sama, sudah mencintai orang lain, babang Arzan yang gantengnya seperti Hamishnya Raisa.

Lagi-lagi rencana perjodohan ibunya pun gagal. Halimah kembali pusing tujuh keliling. Pikirannya makin semrawut kala sang tetangga nyeplos, "Sabrina ini gagal terus ya perjodohannya. Hati-hati Bu, kalau sampai gagal lagi, takut jadi perawan tua. Mending anaknya suruh nyari calon sendiri, siapa tahu jadi. Kalau terus-menerus dijodohkan, nanti gagal mulu, keburu tua. Teman-temannya Sabrina udah pada nikah, ada yang udah punya anak juga, Sabrina masih bingung nyari jodoh."

Tiga hari tiga malam omongan nyeklit tetangga selalu menghantui, mengakar hingga sanubari, menggalau menusuk hati, sungguh membuat meriyang dan panas hati. Ia meminta petunjuk atas masa depan putrinya. Hingga akhirnya Halimah membuat keputusan bulat, ia menerima Arzan. Waluyo yang awalnya keras pun akhirnya sepakat dengan sang istri. Apalagi Sabrina tampak tak bersemangat dan selalu menghindar setiap kali membicarakan soal perjodohan.

Sabrina begitu lega dan terharu bahagia kala orang tuanya memintanya untuk memberi tahu Arzan, bahwa mereka siap menerima lamaran Arzan. Ia segera menelepon calon ibu mertua untuk mengabarkan kabar bahagia ini.

Arzan senang bukan kepalang. Ia tahu, Sabrina menjaga diri dengan tidak mengirim pesan untuknya tapi langsung memberi tahu ibunya. Ia mengirimkan pesan whatsapp untuk Sabrina, meski ia tahu, kemungkinan Sabrina tak akan membalas.

Assalamu'alaikum. Alhamdulillah, aku seneng banget, akhirnya kita mendapat restu. Insya Allah secepatnya aku akan melamarmu. Mungkin pernikahan kita nanti akan disamakan dengan tanggal pernikahan Arham. Makasih banyak ya, kamu udah mau berjuang bareng aku.

Senyum tak lepas dari bibir Arzan. Ia berharap semuanya berjalan lancar.

******

Pernikahan kakak beradik itu akan diselenggarakan di waktu yang sama, di kediaman rumah Arham. Arham dan Irene selain mengadakan resepsi di Banjarnegara, juga akan mengadakan resepsi di Bandung. Resepsi dua kali ini untuk memenuhi keinginan dua keluarga.

Semua calon pengantin merasa deg-degan menunggu momen sakral itu tiba. Irene kembali ke Bandung untuk mempersiapkan segalanya. Ia tidak boleh bertemu dengan Arham terlebih dahulu. Bahkan jika ingin berkomunikasi lewat telepon pun harus didampingi orang tua Irene. Mereka dilarang teleponan berdua maupun berkirim pesan. Sabrina dan Arzan pun dilarang bertemu dan saat berkomunikasi lewat telepon harus didampingi mahram dari Sabrina. Semua dilakukan untuk menjaga mereka agar tak gegabah dalam berkomunikasi, takut tak bisa mengendalikan diri dan sayang-sayangan via telepon.

Selama masa penantian tanggal pernikahan, para calon pengantin memanfaatkan waktu untuk berbenah, belajar lebih giat entah ilmu agama, mengurus rumah dan memasak bagi Irene dan Sabrina, serta semakin getol menabung dan bekerja bagi Arham dan Arzan.

Semakin dekat menuju pernikahan, debaran itu kian menjadi. Doa selalu terlantun bahwa Allah akan memudahkan semua.

******

Segini dulu ya. Maaf pendek. Insya Allah kalo besok luang, akan dilanjutkan lagi. Oya sekedar informasi, ceritaku yang berjudul Dear Pak Dosen, My Baby, My Strength, Brondong, I'm in Love, Mengejarmu Sampai Halal, My Lesbian Wife, Adira-Axel, Arranged Marriage, Dear, Pak Dosen 2 bisa dibaca di Dreame juga. Karena aku milih kontrak non ekskusif, jadi semua cerita tersebut tetap ada di wattpad. Meski nilai kontrak non ekskusif lebih kecil dr eksklusif, tapi gak apa2, yang penting masih bisa dipajang di wattpad, untuk kalian juga cerita-cerita yang saya tulis. Mudah-mudahan bisa menghibur dan bermanfaat.

Untuk penulis yang ingin nyoba post di dreame, kontak aku ya. Nanti aku jelaskan lebih lanjut. Ada payment yang akan diberikan.

Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang