20. Manisnya Pengantin Baru

70.4K 5K 175
                                    

Maaf baru update. Semalam udah ngetik tapi belum selesai. Sebenarnya setelah Isya rencananya mau langsung ngetik sampai selesai, tapi mendadak tambah pusing dan enek. Dari sore udah ngrasa nggak enak badan. Akhirnya muntah-muntah sampai tiga kali. Ditawari sama hubby pingin apa, mau makan apa. Saya bilang pingin ayam geprek. Suami beliin karena gak ada ayamnya, udah habis dibikin nugget, jadi gak bisa masak sendiri. Alhamdulillah habis makan ayam geprek dengan sambal bawang yang mantap, keadaan jadi lebih baik. Ini mah kayaknya pingin makan enak 😂. Belum lagi dipijit sama hubby, bikin tambah enakan.  Jadi bisa ngetik part ini atas dukungan hubby. Dia turut andil atas terselesaikannya part ini. Untuk author yang udah berkeluarga, peran pasangan itu luar biasa berarti untuk terus menyemangati.

Oya soal bahasa, karena ini genrenya romance ringan, dan dari awal aku bilang, awal nulis itu iseng, kurang serius, tokoh maupun ceritanya yg absurd, jadi aku sering pakai bahasa santai, non baku, kadang bahasa sekarepe dewek. Misalnya, no kawe-kawe, no kaleng-kaleng, diuwel-uwel, teu naon-naon. Kemarin ada yg bilang teu naon-naon disingkat jadi teu nanaon. Ini aku sengaja ya. Suamiku orang sunda dan kami pernah tinggal di Bandung. Istilah teu nanaon nggak asing. Cuma aku sengaja pakai teu naon-naon karena untuk seru-seruan, disesuaikan dgn genre ceritanya yg ringan, lucu, absurd, jadi pemakaian bahasa kadang nggak sesuai pakem. Toh karya ini bukan dicetak fisik dan hanya dipost di wattpad, jadi nikmati saja karena aku emang nggak selalu pakai bahasa baku di cerita ini.

Happy reading...

Kedua pasang pengantin baru kini menapaki kehidupan baru dengan melangkah menuju level yang setahap lebih tinggi. Mereka tinggal terpisah dengan orang tua dengan tujuan agar bisa hidup mandiri dan bertanggung jawab pada rumah tangga sendiri.

Arzan dan Sabrina tinggal di ruko, di counter Arzan. Jadi lantai bawah adalah counter, sedang lantai atas adalah rumah mini yang terdiri dari satu kamar, satu ruang tengah, dapur, dan kamar mandi. Tentu impian punya rumah itu ada. Namun mereka harus menabung terlebih dahulu sampai akhirnya memiliki rumah impian.

Arham dan Irene sempat diterpa kegalauan, mau tinggal di Bandung atau Purwokerto. Arham punya pekerjaan di Purwokerto, sedangkan Irene punya dua toko buku di Bandung. Irene memutuskan untuk mengikuti suami. Dua toko bukunya dikelola oleh mama dan kerabatnya. Dia berencana untuk membuka cabang toko buku di Purwokerto. Selain mengajar, Arham juga punya bisnis sampingan, menjadi supplier madu dan habbatusauda.  Mereka menyewa satu rumah untuk tempat tinggal dan berharap suatu saat akan membangun rumah sendiri. Sebenarnya tak sulit bagi Tommy dan Pambudi untuk membelikan rumah untuk anak-anak mereka. Hanya saja Arham dan Irene, juga Arzan dan Sabrina memilih mengumpulkan uang dari hasil jerih payah sendiri untuk kemudian dialokasikan sebagai dana membangun rumah.

Sabrina sudah mulai beradaptasi dengan tempat tinggal barunya. Memang tidak luas, tapi juga tidak terlalu sempit. Apalagi cuma ditinggali berdua.

Hari ini ia libur mengajar. Sedang Arzan tetap akan membuka counter-nya. Namun Sabrina keberatan suaminya membuka counter di saat dirinya libur.

"Mas, jangan buka counter-nya ya. Khusus hari ini tutup dulu aja." Sabrina yang sudah mengganti panggilannya pada Arzan dengan panggilan "Mas", merajuk manja sembari memainkan kerah kaos sang suami.

Digoda dengan rajukan manja begini membuat Arzan menggalau. Di satu sisi counter biasanya ramai di hari ini, di sisi lain ia tak mau mengecewakan Sabrina yang setelah menikah terkadang menjadi super manja.

"Kok pingin ditutup? Nanti nggak dapet uang. Memangnya kamu nggak pingin duit?" Arzan mencubit pipi Sabrina pelan.

"Rezeki nggak akan kemana. Insya Allah nggak akan berkurang, apalagi alasan tutup counter pingin nemeni istri. Cuma sekali aja. Besok-besok nggak, deh." Sabrina masih memilin-milin kerah kaos Arzan.

Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang