15. Us Us Cembokur

56.4K 5.2K 345
                                    

Pada ngeh gak kalau Rayval udah ada sejak part awal? Tentang cowok paling ganteng satu kompleks yang suka ngajak makan Irene dan bikin Irene GR, eh ternyata ujung2nya nanyain kakaknya. Cek lagi gih hahaha.

Irene tak menyangka, Rayval benar-benar datang. Ia pikir Rayval bercanda ingin main ke Purwokerto, karena itu Irene tak keberatan memberi tahu alamat pondok. Dulu ia memang sempat mengagumi Rayval. Belum sampai tahap suka, hanya nge-fans, tapi setelah tahu Rayval menyukai kakaknya, Irene mundur teratur menjadi pengagumnya.

"Nggak nyangka banget Rayval datang. Bi Rohmah, temani Irene ke ruang tamu, yuk." Irene melirik Bibi Rohmah yang tengah mengiris buncis.

"Ini kerjaan Bibi gimana?"

"Terusin nanti aja," timpal Irene.

"Aku juga ikut," sahut Arham. Ia tak mau berdiam diri sementara sang calon istri dikunjungi laki-laki lain.

Irene menoleh Arham.

"Ayo, nanti kamu kenalan sekalian sama Rayval." Irene tersenyum. Rasanya tak masalah jika Arham berteman dengan Rayval. Rayval hanyalah bagian dari masa silam yang turut memeriahkan masa pubertas Irene ketika awal tertarik dengan lawan jenis.

Arham mengerucutkan bibirnya. Sepertinya Irene tak peka dengan kecemburuan yang tengah bergemuruh di dalam dada.

Irene didampingi Bibi Rohmah menemui Rayval di ruang tamu, sementara Arham menguntit di belakang.

Saat Irene melangkah menuju ruang tamu, Rayval menganga sekian detik. Jika diibaratkan tengah menonton film, Irene seolah berjalan dengan mode slow motion dan ujung kerudung yang berkibar-kibar. Tak lupa helaian daun yang beterbangan seolah mengiringi langkah Irene. Musik nan mengalun syahdu menjadi pengawal. Sempurna, Irene terlihat begitu cantik.

Rayval tak menyangka si tomboy yang sudah ia kenal dari kecil dan selalu tampil awut-awutan itu kini sangat jauh berbeda. Dulu dekil, sekarang bersih. Dulu kacau, sekarang memukau. Dulu berantakan, sekarang menawan. Dulu burik, sekarang cantik. Dulu bengal, sekarang anggun maksimal. Benar-benar luar biasa. Rayval sadar satu hal, jangan memandang remeh perempuan yang kau lihat dekil dan tak terawat. Mereka akan cantik pada waktunya.

"Wah Irene cantik banget ya sekarang. Nggak sia-sia aku samperin jauh-jauh ke sini. Akhirnya ketemu bidadari." Rayval tersenyum merekah.

"Kamu bisa aja Ray. Gimana kabarmu? Lama nggak kontak." Irene duduk di sofa seberang. Bibi Rohmah duduk di sebelah. Sedang Arham berdiri di belakang Irene, agak jauh sedikit.

Arham tak menyukai cara Rayval memuji Irene. Terlalu lebay dan cari perhatian.

"Alhamdulillah baik. Kamu juga baik, kan? Terlihat dari perubahan positif kamu," jawab Rayval sembari tersenyum manis.

"Alhamdulillah baik juga. Kamu ke sini sendiri? Katanya mau ke tempat teman kamu?" Irene bertanya lagi.

"Iya, aku tadi ke tempat temanku dulu. Terus aku ke sini. Temanku baru nikah, aku nggak bisa dateng waktu itu soalnya lagi ada kerjaan di luar kota. Jadi baru bisa ke sini hari ini."

"Oh, teman kamu di Purwokerto mana?"

"Nggak jauh kok dari sini. Kamu pasti kenal. Orang dia nikah sama mantan santri sini. Si Azka yang nikah sama Mira."

Irene membulatkan matanya.

"Oalah jadi kamu temannya Azka? Ya Allah, dunia sempit." Irene tertawa.

Begitu juga dengan Rayval. Dia ikut tertawa.

Arham merasakan ada hawa panas yang tengah membakar. Bahkan Irene lupa akan keberadaan dirinya. Asik ngobrol bareng Rayval, tertawa-tawa seolah dunia milik berdua. Lupa ada calon suami di belakang.

Nikah Yuk, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang