ANOTHER SIDE

30 8 3
                                    

Keesokan paginya jelas Gravity bangun lebih awal. Sebelum berangkat ke kantor ia bertekat untuk membuatkan bubur terlebih dahulu. Bagaimanapun Gravity masih punya hati untuk tidak menelantarkan orang yang lagi sakit, tak ada maksud lebih dari itu.

Setelah berkutat dengan urusan dapur Gravity bergegas mandi. Hari ini Gravity mempunyai jadwal yang padat dia harus meeting dengan kakak-kakaknya membahas next project yang akan mereka luncurkan pertengahan tahun ini. Kemudian dia harus meninjau lokasi bersama frank. Malamnya ia harus terbang ke Dubai untuk meninjau lokasi juga yang sedang ada masalah disana. Mungkin sebelum berangkat ia akan pamit ke Gavin kalau dia tak pulang malam ini dan bila ada perlu tinggal suruh bodyguardnya saja yang sudah di tugaskan stand by 24 jam.

Saat masuk membawa bubur dan minuman ke kamar ternyata Gravity sudah mendapati Gavin sudah bangun dan sudah mencopot infusnya bersiap-siap untuk bangun dari tempat tidur.

"Mau kemana lu. Kata dokter kamu harus istirahat dulu minim 3 hari untuk mengembalikan kondisimu. Kemarin habis minum apa sih kok bisa sampai keracunan gitu???"

"Pertama yang tau soal tubuh gue it gue sendiri bukan dokter. Kedua bukan urusan lu minuman apa yang gue minum. Ketiga Thank you udah nggak bawa gue kerumah sakit." balas Gavin sinis

"Begini ya, pertama jadi orang jangan keras kepala napa, dikasih tau malah sewot. Kedua sorry gua nggak butuh terima kasih lu, gua bantu lu karena gua punya hati bukan demi dapat ucapan terima kasih." balas Gravity tak kalah sinis.

"Sebelum lu cabut lebih baik lu makan dulu buburnya buat isi tenaga dan perkataan gua ini bersifat memaksa tak ada penolakan" lanjut Gravity sambil menyodorkan ampan berisi bubur dan jus.

Gavin yang lagi malas berdebat karena dirinya merasa memang belum sembuh 100% menggambil nampannya tanpa perlawanan. Gravity setelah melihat Gavin mulai memakan beberapa sendok memutuskan untuk meninggalkan kamarnya.

"Tunggu Grav sebelum pergi. Tolong beri beberapa sentuhan make up di muka gue donk biar gue nggak kaya mayat hidup gini."

Gravity yang mendengar pekataan Gavin tercengang bukan main. Apa yang ada dalam pikiran ini orang coba, laki kok minta di make up segala. Apa sebegitu antinya dia tampil didepan umum dengan tampang jelek.

"HEELLOOOWWW GRAVITY.... gue bicara sama elu bukan sama tembok." Sela Gavin untuk membangunkan Gravity dari lamunannya. Semua ini dilakukannya demi bertemu dengan orang itu, Gavin tak mau terlihat lemah dihadapan orang itu.

"Ookkeeyy tuan boossiii... sini gua make up in." Beranjaklah Gravity ke meja riasnya mengambil beberapa senjata andalannya lalu menghampiri Gavin yang masih duduk di pinggir kasur.

"Tetap makan sana. Jangan diam saja nanti buburnya dingin."suruh Gravity.
"Memang sih mukanya pucat banget dan nggak layak untuk mulai bekerja. Tapi kenapa dia memaksakan diri."batin Gravity.

"Ok done.Gua cabut dulu ada rapat penting pagi ini. Butuh kemeja tinggal ambil di kamar sebelah, disana ada kemeja milik Ed. Kalau pergi tinggal suruh bodyguard gua aja antar kemana tempatnya soalnya mobilmu gua tinggal di club." kata gravity langsung berdiri dan bergegas meninggalkan kamarnya.

Setelah mendengar Gravity menutup pintu tanda sudah meninggalkn penthousenya Gavin berusaha berdiri menuju kamar sebelah sesuai instruksi Gravity tadi. Badannya masih terasa lemas sehingga membuat jalannya cukup lama meski kamar yang dituju bersebelahan. Kalau tadi bangun tak melihat chat dari Daddynya mungkin Gavin tak akan terlalu memaksakan diri. Berhubung melihat puluhan misscall dan chat dari Daddynya yang menunjukkan pertanda buruk Gavin harus mau tak mau memaksakan diri menemui Daddynya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

my own worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang