Destiny

29 7 2
                                    

Hal pertama yang dilakukan Gavin saat menginjakkan kaki di Dubai langsung menuju perusahaannya yang ada di sana. Ia langsung meminta semua laporan perkembangan proyek termasuk penjualan mereka.

Kali ini perusahaan mereka membangun apartemen di Dubai dengan hunian yang serba esklusif. Dengan fasilitas mewah akses terketat dengan sistem security tercanggih. Entah kenapa penjualan unit apartemen yang ditawarkan laku tak sampai 50%. Melihat harga yang ditawakan mereka juga tak telalu mahal sebanding dengan fasilitas yang ada. Gavin harus memutar otak untuk memasarkan kembali agar orang-orang tertarik membeli unit apartemennya.

Dari segi pembangunan ini juga molor dari target yang di tentukan. Seharusnya pembangunan sudah mencapai 80% agar awal tahun depan bisa dilaunching tetapi Gavin mendapati bahwa bangunan mereka baru selesai 50%. Mendapati hal seperti ini Gavin seperti mau makan orang saja.

"Mike apa yang kamu lakukan selama ini? Kenapa proyek ini bisa kacau seperti ini?"

Gavin memang dalam kasus ini dia jarang turun langsung. Ia hanya memantau melalu laporan dari Mike. Ia sudah mempercayakan ini kepada Mike karena ia fokus terhadap proyek lain.

Mike menjelaskan bahwa sempat ada sabotase orang lapangan mereka karena ada pihak proyek lain yang menawarkan kesepakatan gaji yang lebih besar. Itu membuat banyak orang yang berpindah. Selain itu mengenai pemasokan bahan bangunan mereka juga sempat mendapatkan kendala. Jadi menyembabkan pembangunan mereka sedikit terhambat.

"Memangnya siapa yang berani-beraninya mensabotase karyawan kita??"

"Seperti biasa dari perusahaan Lubov. Dia disini juga lagi membangun proyek perkantoran sekaligus yang akan dijadikan kantor cabang perusahaannya disini. Untuk proyek ini mereka menggandeng Gravity Keanu."

"Brenggsekkk... kenapa setiap aku melangkah selalu ada dia? Tak bisakah dia tak muncul dalam hidupku?"

"Aku ingin meninjau langsung lapangan sekaligus bangunan Lubov. Panggil penanggung jawab pembanguanan ini agar ikut denganku. Tak lupa siapkan whiskey untukku di mobil."

"Kamu belum makan apapun dari tadi. Jangan mengisi perutmu terus dengan alkohol Gav."

"Tak apa aku hanya butuh itu untuk sekarang Mike jangan mendebatku untuk saat ini. Aku sedang ingin melahap orang dan aku tak ingin kamu jadi orang pertama yang terkena amukanku."

Gavin langsung menuju mobil sedangkan Mike pergi mengambil minuman di ruangan penyimpanan alkohol Gavin. Disetiap kantor yang di miliki Gavin selalu disediakan satu ruangan kusus untuk penyimpanan alkoholnya.

Dalam perjalanan Gavin memeriksa lagi semua laporan yang ada dangan tak henti-hentinya meminum whiskey nya. Bahakan Gavin meminumnya sudah seperti meminum air putih seperti tak ada yang spesial dari minuman itu. Satu botolpun habis dalam perjalanannya. Gavin benar-benar mempush dirinya meskipun sebenarnya kepalanya sudah sangat pusing dan bagian lambungnya terasa tak enak.

Gavin menanyakan hal ini itu pada orang lapangan. Ia benar-benar tak bisa lepas dari alkohol sekarang saat berkeliling bangunan ia membawa corona di tangannya. Sangat tak mencerminkan atasan yang berwibawa tapi itulah Gavin. Ia punya karisma sendiri saat berbicara. Tak bisa diremehkan berbanding terbalik apabila memandang pembawaannya yang santai.

Tak terasa susah malam dan masih ada yang ingin mereka bahas. Mike mengusulkan mereka meeting sambil makan malam di hotel. Gavin memilih menyetujuinya dari pada berdebat panjang dengan Mike. Ia tau kalau Mike sengaja mengusulkan itu agar ia mengisi perutnya dengan makananan.

Sebelum memulai meeting, mereka memesan menu terlebih dahulu dan tak lupa kali ini Gavin memilih brandy untuk menemain meetingnya kali ini. Tentu lagi-lagi terjadi perdebatan terlebih dahulu saat memesannya dan tetap Gavin lah yang menang.

my own worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang