WANT U

23 3 2
                                    

Kamu telah menjadi tamu tak diundang.
Tak hanya di mansionku tetapi juga dihatiku.
~Gravy-

Sesuai namamu. Kamu adalah Gravity bagiku. Kamu menarikku dari kegelapan duniaku.
Kamu membuatku dapat bediri tegak.
~Gavin~

       Gravity kaget melihat orang yang ada didekapannya adalah seorang Gavin. Gavin yang sepertinya mengetuk sambil menyandarkan tubuhnya pada pintu seketika jatuh dalam dekapannya. Gravity mengusap wajahnya meyakinkan dirinya tidak salah lihat.

      Meski dengan wajah yang layu dan lusuh tak membuat ketampanannya luntur dan itu membuat Gravity yakin tak salah melihat orang. Ketika tangannya mengusap wajahnya ia merasakan keringat dingin diwajahnya. Dengan posisi setengah sadar orang yang ada dipeluknya ini balas mendekapnya erat.

"Tak perlu kaget. Ketampanan wajahku memang tak akan pernah pudar." katanya lirih. Gravity langsung menarik tangannya dari wajah Gavin.

"Perkataanmu makin membuatku yakin kalau orang menyebalkan ini adalah Gavin yang kukenal. Masuklah dan berikan aku penjelasan yang masuk akal." Gravity berjalan dengan memapah Gavin. Tak menuju ruang tamu Gravity masuk membawanya menuju kamarnya. Seperti sudah menjadi kebiasaan Gravity otomatis langsung membawanya masuk kekamarnya bukan ketempat lain.

Setelah membantu mendudukkan Gavin pada sandaran tempat tidurnya, Gravity ingin beranjak keluar untuk mengambil P3K dan menelepon dokter.Namun tangannya dicekal oleh Gavin.

       "Kenapa keluar??? katanya aku harus kasih penjelasan."

       "Tanganmu yang berdarah itu lebih penting dari pada penjelasanmu."

        "Tapi kehadiranmu disini lebih penting dari pada luka ini bagiku."

        "Duh jangan mulai Vin. Aku perlu memanggil dokter juga tau. Hpku ada di depan."

        "Nggak usah. Aku sudah baikan."

"Anti banget sama dokter. Nggak mau aku panggilkan dokter ya udah tapi aku tetep pengen keluar dan ambil Hpku. Jaga-jaga ada yang nyari bukan buat nelpon dokter. Tenang aja aku pasti menuruti apa yang kau mau." jawab Gravity kesal.

Saat Gravity keluar Gavin langsung meringis kesakitan memegang dadanya. Dadanya makin kesakitan, jantungnya masih belum berdetak normal. Entah sampai kapan efek obat itu akan bertahan yang pasti akan lebih lama dari waktu ia disiksa karena obatnya disuntikan 2x di tubuhnya.

Gavin mendengar langkah kaki mendekat dan ia duga itu pasti Gravity. Ia ingin menahannya seperti tadi tapi tak bisa. Sakitnya kali ini makin menyiksanya. Dosisnya yang diberikan sepertinya sangat kuat dan tubuhnya tak bisa kompromi dengan dosisnya.

"OMG viinn.." Gravity datang kekamanya sudah melihat Gavin bergelung di kasur seperti anak kecil namun bedanya Gavin sedang merintih kesakitan.

Gravity mendekat dan memeriksa suhu tubuhnya. Bukannya deman Gavin terus mengeluarkan keringat dingin, mukanya pucat dan ia sekarang sedang menggigit bibirnya kuat-kuat.Gravity ingin membetulkan posisi tidur Gavin tapi tak bisa. Gavin makin mengeratkan posisi tubuhnya seperti sedang menahan sesuatu.

"Gavin i know you hide something for me. Tapi buat kali ini aku harus memaksa. Aku akan panggil dokter."

"Just you. Just you Gravity."

my own worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang