25

9.7K 386 309
                                        

Sudah berhari-hari Aisyah masih belum sadarkan diri. Namun kondisinya sudah lebih stabil. Ari sungguh menyesal. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Aisyah, Ari benar-benar tak memaafkan dirinya.

Selama itulah juga Ari selalu di rumah sakit. Ari bahkan tak perduli dengan keadaannya sendiri. Ari sering lupa makan karena harus menjaga Aisyah.

"Aisyah, aku minta maaf. Kamu boleh pukul aku atau bunuh aku. Tapi kamu bangun dulu ya. Aku janji, aku akan menuruti semua permintaan mu."

Ari berbicara pada Aisyah yang masih menutup matanya.

"Setelah kamu bangun, kamu boleh minta apapun. Aku janji!"

Sungguh, Ari ingin sekali menggantikan posisi nya dengan Aisyah saat ini yang sakit.

"Kamu mau punya ruangan dengan banyak boneka panda kan? Aku akan membelinya jika kami bangun. Ayo bukalah matamu!" 

"Aku akan beli puluhan bahkan ratusan untukmu jika kau bisa bangun kembali. Aku janji!"

Ari masih menatap wajah Aisyah yang mulai kurus. Ari sungguh tak tega melihatnya.

"Aku minta maaf, aku memang bodoh! Aku memaksamu untuk donor darah. Padahal bukannya kamu tidak mau, tapi kamu tidak bisa. Aku memang lelaki bodoh!" Ari menjambak rambut nya kasar.

Ari melihat tangan kanan Aisyah yang terbebas dari selang infus, Ari menggenggamnya.

Perlahan Ari bisa merasakan jari tangan Aisyah yang mulai bergerak. Ari yakin Aisyah pasti akan sadar.

"Aisyah kamu sadar?" Ari tersenyum senang. Ari segera menekan tombol agar dokter datang.

Aisyah mengerjapkan kedua matanya perlahan. Pandangan yang awalnya buram menjadi jelas. Aisyah melihat Ari ada di dekatnya. Tubuh Aisyah rasanya mati rasa.

"Aku senang sekali kamu akhirnya sadar." Kata Ari sedikit terharu. Aisyah nya akhirnya sadar.

Aisyah merasakan kecupan hangat dari Ari di dahinya. Aisyah ingin sekali menolaknya, tapi tubuhnya masih sangat lemas.

Jika kalian tanyakan perasaan Aisyah saat ini, jawabannya adalah kecewa. Perlakuan Ari kepadanya membuat Aisyah tau, Ara penting bagi hidup Ari.

Ari paham jika Aisyah sedang marah sekaligus kecewa. Perempuan mana yang mau diperlakukan seperti itu.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar bodoh. Maafin aku." Kata Ari pelan sambil menggenggam tangan Aisyah.
Aisyah hanya bisa mengalihkan pandangannya. Aisyah tidak mau bertemu Ari saat ini.

"Aku tau kamu pasti marah sama aku. Kamu boleh pukul, jambak atau yang lainnya ke aku. Tapi kamu jangan diem gini."

Keheningan mulai tercipta saat Ari tak lagi mengajak Aisyah berbicara. Ari sudah kehabisan kata-kata. Hingga akhirnya seorang dokter muncul beserta suster.

"Bagaimana keadaan nona?" Tanya dokter itu tersenyum.

Aisyah masih diam tak berkata. Aisyah benci. Aisyah benci semua orang yang ada di dekatnya saat ini.

Dokter itu saja paham jika Aisyah sedang marah.

"Sakit..hiks..." Kata Aisyah saat seorang suster memberinya suntikan.

Ari menatap tajam suster itu.

"Heh! Lo nggak liat dia baru sadar! Kenapa di suntik!" Bentak Ari ke suster itu.

"Maaf tuan, nona Aisyah perlu suntikan ini." Kata suster itu ketakutan.

"Pergi kalian berdua!" Usir Ari pada dokter maupun suster itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Childish GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang