Sepanjang perjalanan pulang dari acara ulang tahun Ara, Ari meminta maaf atas sikap kasar nya tadi. Aisyah sudah memaafkannya. Tapi Ari masih saja merasa bersalah.
Sesampainya di rumah Ari, Aisyah langsung masuk tanpa menunggu Ari seperti biasanya.
"Kamu belum makan malam." Kata Ari mencegah Aisyah yang akan ke kamarnya.
"Aku mau makan di kamar sendiri."
"Kamu makan sama aku Syah."
"Aku mau makan di kamar."
Sebenarnya Aisyah tak ingin makan sama sekali. Dia hanya ingin beristirahat di kamar. Sungguh kejadian tadi masih membekas.
"Tangan kamu hangat." Kata Ari sedikit cemas.
"Aku nggak apa-apa. Aku capek." Aisyah masih dengan senyum palsu nya.
"Ya udah kamu sekarang ganti baju kamu. Nanti aku bawain makan kamu ke kamar." Putus Ari. Aisyah hanya mengangguk dan langsung menuju kamarnya.
Ari menyuruh salah satu pembantu nya menyiapkan makan malam serta susu hangat. Setelah itu Ari mengganti pakaian nya.
***
Di kamar keadaan Aisyah masih sama. Aisyah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Aisyah menangis diam-diam. Pipi nya masih terasa sakit. Sudut bibirnya juga demikian.
"Hiks..hiks..perih.." Isak nya.
Aisyah mencengkram selimut sebagai penghilang rasa sakit.
Aisyah menangis tersedu-sedu di dalam selimut. Aisyah tak sadar kini Ari baru masuk ke kamarnya.
"Aisyah ayo makan dulu." Kata Ari sambil membawa nampan berisi makanan.
Buru-buru Aisyah menghapus air matanya dan keluar dari selimut.
"Ayo buka mulut kamu. Aku suapin." Kata Ari mulai menyendok makanan.
Aisyah membuka sedikit mulutnya.
"Awhh!" Ringis Aisyah.
"Kamu kenapa?" Tanya Ari keheranan.
Aisyah tak menjawab hanya menunduk. Ari mengangkat dagu Aisyah. Matanya melebar saat melihat sudut bibir Aisyah berdarah karena ulah nya tadi.
"Astaga Aisyah! Bibir kamu." Ari panik keluar menyuruh pembantunya mengambil air hangat dan obat.
"Kamu kenapa nggak bilang bibir kamu berdarah." Kata Ari kecewa dengan dirinya sendiri.
"I..ini nggak apa-apa kok. Cuma perih sedikit." Kata Aisyah menenangkan Ari.
"Itu parah Syah, maaf in aku."
"Aku nggak apa-apa."
Setelah air hangat dan obat sudah datang, Ari langsung mengobati luka Aisyah.
"Aw sakit!" Aisyah meringis kembali.
"Kamu tahan sedikit lagi selesai." Kata Ari menenangkan.
Ari menatap Aisyah dengan perasaan penuh salah.
"Sekarang kamu makan ya."
"Aku makan sendiri aja nggak perlu kamu suapin." Kata Aisyah.
Ari tau jika Aisyah mulai berubah setelah kejadian tadi. Aisyah mencoba untuk mengerjakan semuanya sendiri.
Aisyah menarik piring berisi makanan dari Ari. Aisyah memakannya hingga habis tak tersisa lalu meminum susu hangat nya.
"Aku mau tidur." Kata Aisyah pelan.
Ari mengerti jika Aisyah butuh waktu untuk sendiri.
***
Aisyah bangun lebih pagi kali ini. Dia memang sudah sengaja menyalakan alarm di ponselnya. Aisyah langsung bergegas bersiap-siap untuk ke sekolah.
Sedangkan di sisi lain Ari baru selesai bersiap untuk ke sekolah. Ari langsung turun menuju meja makan.
"Apa Aisyah masih tidur?" Tanya Ari ke salah satu pembantu.
"Nona Aisyah sudah selesai bersiap tuan."
Ari mengangguk dan menunggu Aisyah di meja makan.
Tak lama kemudian Aisyah turun ke meja makan. Aisyah sedikit gugup akan adanya Ari. Padahal biasanya Aisyah akan senang jika bertemu Ari.
"Kamu mau sarapan apa?" Tanya Ari yang akan mengambilkan sarapan untuk Aisyah.
"Aku ambil sendiri aja."
Aisyah mengambil sedikit nasi juga lauk. Ari menatap Aisyah bingung. Biasanya Aisyah tak makan sedikit seperti ini.
"Kok dikit?" Tanya Ari.
"Aku pingin aja."
Tak biasa juga Aisyah makan dengan keterdiamannya. Aisyah biasanya selalu mengajak Ari berbicara saat makan. Kali ini Aisyah sibuk menghabiskan makanannya.
Setelah selesai sarapan, mereka langsung pergi ke sekolah.
Saat sampai di sekolah pun Aisyah langsung pamit ke kelas duluan. Biasanya dia meminta Ari mengantarkannya sampai ke kelas. Aisyah benar-benar berubah.
Semua murid di sekolah juga heran dengan sikap Aisyah hari ini. Aisyah banyak diam hari ini.
"Aisyah kamu kok ke kantin duluan?" Tanya Ari bersama Azka yang baru masuk kantin.
"Maaf, aku tadi udah laper banget. Makanya aku duluan." Kata Aisyah tersenyum.
Azka menatap Ari penuh tanda tanya.
Azka memang tidak tau kejadian tadi malam karena dia tidak datang."Lo kenapa Syah?" Tanya Azka heran.
"Aku nggak kenapa-kenapa kok."
"Bibir Lo kenapa luka gitu?"
"Kemarin aku habis jatuh." Bohong Aisyah. Ari yang mendengarnya terkejut. Jelas-jelas Aisyah terluka karena nya.
"Oh ya kemarin Minggu Lo ulang tahun kan?" Tebak Azka.
Aisyah yang awalnya sibuk makan siang jadi menatap Azka sambil tersenyum kecil.
"Kamu tau dari mana?" Tanya Aisyah semangat.
"Di line gue ada notifikasi. Maaf ya gue telat ngucapin. Happy birthday ya!"
"Makasih Azka."
Ari yang mendengarnya menjadi terdiam. Jadi Minggu kemarin adalah hari ulang tahun Aisyah? Bagaimana dia bisa lupa? Ari bahkan tak mengucapkan selamat ulang tahun untuk Aisyah. Ari sungguh menyesal.
"Gue duluan ya, mau ke kelas." Pamit Azka lalu pergi.
"Jadi hari Minggu kemarin kamu ulang tahun?" Tanya Ari tak enak.
"Iya."
"Maaf ya aku nggak tau. Aku beneran..."
"Nggak apa-apa. Lagian udah kelewatan juga. Nggak terlalu penting juga." Aisyah memaksakan senyumnya.
Ari yakin hari itu Aisyah sangat sedih. Bagaimana tidak? Hari itu Ari membelikan Ara sebuah kado spesial sedangkan Ari tak memberi apa-apa untuk Aisyah.
"Bego Lo ri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Girlfriend
Teen FictionCerita tentang seorang gadis yang selalu posessive pada kekasihnya. Semua keinginan nya harus di turuti. "Ari! Kok banyak pesan dari cewek sih!" "Itu kan cuma chat biasa..." "Tapi dia cewek ri..." "Tapi..." "Gak mau tahu, nanti aku blokir kontakny...