Part 4

4.6K 131 0
                                        

Ari mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ari tak perduli apa yang akan terjadi pada dirinya. Yang Ari pikirkan sekarang hanya Aisyah.

Ari merasa bersalah sekaligus menyesal.

Hanya dengan waktu kurang lebih dua jam Ari sudah sampai di depan rumah Aisyah. Ari langsung turun dari mobil.

Ari berlari masuk ke dalam rumah Aisyah. Ari melihat Rasyifa yang tengah memainkan ponselnya di depan pintu kamar Aisyah.

"Aisyah mana?"

"Di dalem. Dia baru aja diperiksa dokter." Terang Rasyifa.

Ari menghembuskan nafasnya lega. Meskipun dia masih sedikit cemas.

"Aisyah sakit apa kok sampai pingsan?"

"Kata dokter tadi, dia cuma kurang istirahat sama banyak beban pikiran aja. Jadinya dia pingsan."

Ari membuka pintu kamar. Dia melihat Aisyah yang tengah tidur dengan lelap.

Ari duduk di samping Aisyah yang terbaring. Ari menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Aisyah.

"Maaf." Lirih Ari.

Ari mengusap pipi Aisyah pelan takut Aisyah terbangun.

"Aku minta maaf. Aku nggak bisa jaga kamu."

"Ari." Panggil Rasyifa yang baru masuk.

"Gue pulang dulu."

"Hm."

---

Aisyah merasa perut nya terasa berat. Sebuah tangan melingkar di pinggang nya. Aisyah sedikit terkejut melihat Ari yang kini tidur di sampingnya.

Ketika melihat Ari, Aisyah teringat akan kejadian tadi pagi. Aisyah kecewa kembali.

Tak lama setelah itu Ari terbangun. Dia senang Aisyah sudah bangun. Tapi Aisyah kali ini jadi pendiam.

"Kamu kenapa?" Tanya Ari.

"Enggak. Aku nggak papa."

"Nggak usah bohong, aku tau kalo kamu lagi mikirin sesuatu sampai kepala kamu sakit."

"Ari..." Aisyah menatap mata Ari dalam.

"Hm..."

"Aku boleh tanya?"

Ari menaikkan alisnya.

"Tapi kamu jawab yang jujur aku nggak suka kamu bohong."

"Iya."

"Kamu tadi pagi pergi kemana?"

Ari menegang seketika.

"Aku.. tadi pagii.. ke rumah nenek. Kan kamu tau?" Kata Ari gugup.

"Aku tau kamu bohong. Kenapa kamu bohong?" Tanya Aisyah kecewa.

"Aku nggak..."

"Kamu tadi pergi muncak kan?" Potong Aisyah cepat.

Darimana Aisyah tau?

"Kamu..."

"Iya aku tau. Tapi kenapa kamu bohong?"

Sial! Ari harus menjawab apa????

"Aku nggak mau buat kamu kecewa."

"Kecewa kenapa? Dengan kamu bohong seperti tadi, kamu juga udah buat aku kecewa, ri. Kenapa kamu nggak jujur?"

"Maaf."

"Aku tau kamu pasti kangen bareng temen-temen kamu. Aku ngerti. Tapi kenapa kamu bohong? Kalo kamu jujur aku bakal bolehin kok."

"Aku minta maaf, Syah." Sesal Ari.

"Lain kali jangan gini ya ri, hati aku sakit banget kamu bohong sama aku. Lebih baik kamu jujur aja. Meskipun itu buat aku marah, setidaknya aku nggak kecewa."

"Iya aku janji!" Ari meraih tangan Aisyah dan mengecup nya.

Pipi Aisyah merona seketika. Membuat Ari gemas sendiri.

"Makan yuk?" Ajak Ari.

Aisyah mengangguk dan mengikuti langkah Ari keluar kamar.

Di meja makan Aisyah melihat ada beberapa makanan yang terlihat lezat. Tapi ada satu yang dia hindari. SALAD SAYUR.

"Ayo duduk. Kamu mau lauk apa?"

"Aku mau udang, ayam tepung, sama sayur sop. Aku nggak mau sayurnya. Aku mau kuah nya aja."

Ari mengambil apa yang Aisyah ingin. Tapi Ari juga mengambilkan Aisyah sayuran. Aisyah mendelik.

"Nggak mau!" Teriak Aisyah tak seperti orang yang sedang sakit.

"Dikit aja."

"Aku nggak mau! Pahit!" Tolak Aisyah mentah-mentah.

Ari mendapatkan tubuh Aisyah ke pangkuan nya. Dengan segera Aisyah menutup erat mulutnya dengan tangan.

"Ayo buka mulut nya, aku suapin." Bujuk Ari.

"Jangan pakek sayur!"

"Dikit aja. Lagian enak kok."

"Dibilangin kok. Rasanya itu pahit."

Ari menghela nafasnya mencoba sabar.

"Kali ini aku nggak akan paksa kamu, tapi lain kali kamu harus mau." Tegas Ari.

"Iya iya tapi kapan-kapan." Sahut Aisyah.

"Besok ya?"

"Bulan depan deh aku mau makan sayur!"

"Lusa aja."

"Nggak! Aku bilang bulan depan!"

"Oke, tapi kamu harus makan banyak sayur. Ngerti?"

"Oke, sekarang aku mau makan. Suapin!" Rengek Aisyah.

Dengan telaten Ari menyuapi Aisyah layaknya anak kecil. Setelah habis Ari mengambil air putih untuk Aisyah minum obat.

"Ari..."

"Hm?" Ari sibuk merapikan piring.

"Aku kekenyangan deh kayaknya." Lirih Aisyah.

Ari menoleh mendapati Aisyah yang kini terlihat bingung sendiri.

"Kenapa?"

"Badan aku, ri."

"Badan aku nggak bisa gerak. Aku kekenyangan! Gimana?!" Aisyah mulai histeris.

Ari tertawa lepas melihat tingkah nya.

"Kamu kok ketawa! Ini badan aku nggak bisa gerak." Kata Aisyah kesal.

"Terus aku harus gimana?"

"Kamu gak peka banget! Gendong kek apa kek!"

Tanpa banyak bicara Ari langsung menggendong tubuh Aisyah. Aisyah terkejut dan langsung mengalungkan tangannya di leher Ari.

"Kamu kok kuat?" Tanya Aisyah polos.

"Hm.."

Ari mulai menaiki tangga menuju kamar Aisyah. Dan membaringkan Aisyah di sana. Tak lupa Ari menaikkan selimut hingga leher Aisyah.

"Kamu jangan pulang dulu!"

"Kenapa?" Ari bingung.

"Siapa tau nanti aku mau buang air kecil tapi nggak ada yang gendong?"

Ari mengacak rambut Aisyah pelan.

"Iya, kamu tidur aja."

"Oke. Good night!" Kata Aisyah dan memejamkan matanya.

"Too.." kata Ari mengusap kepala Aisyah sayang.



My Childish GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang