SBA .3

3.2K 85 0
                                    


Don't forget to vote:)

Selamat membaca...

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Tentu saja. Apa itu?"

"Hmm apa kau bukan asli dari daerah sini? Maksud ku rupa wajahmu sedikit asing dengan mayoritas penduduk di sini"

Hening sejenak. Lelaki tersebut menatap lama pada perempuan di sampingnya yang sedang asik memakan permen gulali di tangannya.

"Apa kau bisa memegang sebuah rahasia?"

Deg

Perempuan tersebut membeku ia merasa dejavu dengan kalimat seperti ini. Kenapa semua orang slalu menyimpan rahasia dan yang paling penting kenapa harus dirinya yang menjadi sandaran ketika rahasia itu terungkap.

"Kurasa aku bisa june. Tapi sepenting itukah? aku hanya bertanya mengenai hal yang tidak terlalu penting"

"Tentu saja arvie"

Yap lelaki dan perempuan tersebut adalah arvie dan june. Sepasang anak manusia yang tengah duduk sore hari di bangku sebuah taman sehabis pulang sekolah.

"Baiklah aku janji akan menjaga rahasiamu"

"Apa yang ku dapat jika kau mengingkari janjimu"

"Hmm apapun. Apapun yang kau mau"

"Baiklah aku setuju"

Ucap june sambil mencubit pipi arvie gemas sehingga membuat sang empu meringis kesakitan kemudian dibalas gelak tawa oleh june sendiri. Yap mereka memang sudah akrab bahkan mereka sudah membangun pondasi persahabatan.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memperhatikan interaksi mereka. Dadanya bergemuruh menahan sesak yang melanda melihat gadisnya tertawa lepas dengan lelaki lain. Matanya menajam rahangnya mengeras menandakan bahwa dirinya sangat geram sekaligus marah saat ini.

"Dia milikku"

Ucapnya dengan nada penekanan di setiap kalimatnya kemudian berlalu pergi karna dirinya harus menerima panggilan dari ponselnya yang terus menerus berbunyi sedari tadi.

"Aku blasteran indo-korea kalau kau ingin tau. Aku baru menetap di daerah ini beberapa bulan yang lalu sama seperti dirimu aku juga murid pindahan."

"Lalu kenapa kau pindah?"

"Hanya ingin. Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau pindah?"

Tatapan arvie melemah ia sedikit bingung harus memulainya darimana. Ia yakin june pasti akan bingung dengan apa yang akan ia katakan.

"Aku tidak tau"

Hanya tiga kata tersebut yang mampu keluar dari bibir merah muda milik arvie. Alis june berkerut sehingga menampilkan ekspresi bingung yang cukup kentara. June belum berkata apa-apa ia ingin menyimak apa yang akan arvie sampaikan tanpa berniat memotongnya. Arvie menghela napas pelan.

"Huft entahlah aku sendiri juga pusing dengan jalan hidupku"

"Tak apa jika kau belum siap menceritakannya. Aku tidak akan memaksamu. Mari langit sudah hampir gelap aku akan mengantarmu"

June bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu arvie berdiri, arvie menyambut uluran tangan june lalu menariknya pergi meninggalkan taman yang sudah lenggang oleh manusia.

Stay Because accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang