SBA. 18

1K 50 11
                                    

Sorry baru up sekarang:(

Don't forget to vote:)

Selamat membaca...

Mentari pagi tlah menampakkan sinarnya menandakan bahwa sang rembulan telah undur diri dari tugasnya.

Cahaya nya yang menerobos masuk melalui celah gorden berhasil membangunkan gadis yang masih terlelap tersebut.

Ia membuka mata lantas mengerjap menyesuaikan cahaya. Dipandangi nya ruangan bercat hitam putih tersebut. Ia mengedarkan pandangannya sambil terduduk hingga pandangannya terhenti pada pakaian yang ia kenakan sekarang. Sebuah piyama putih lengan panjang dan celana panjang dengan corak tulisan-tulisan random. Siapa yang mengganti bajunya?

Pikirannya belum jalan alias masih stuck di satu tempat. Memorinya seolah terlempar kembali mengenai kejadian semalam, ia mengingatnya bahkan detail tiap percakapannya sebelum ia kehilangan kesadaran. Satu nama yang muncul di benaknya akhir-akhir ini sekarang menjadi nama yang begitu memuakkan. Arlingga d'collin

Air mata mulai berjatuhan mengiringi setiap putaran kejadian yang ia alami selama bertemu dengan lelaki tersebut. Kenapa harus dia. Sedikit lebihnya ia telah menaruh harapan dan sepercik rasa untuk lelaki tersebut. Ia tidak munafik perhatian yang arlingga berikan tak lantas membuat hatinya menghangat dan merasakan desiran tersebut.

Perhatian? Mungkinkah arlingga tau pembunuh ayahnya adalah sosok yang lelaki tersebut panggil daddy sehingga ia merasa bersalah oleh sebab itu ia mendekati dirinya lalu kemudian memberikan perhatian lebih yang mampu membuatnya terbang ke atas awan. Tapi naasnya fakta ini tlah menghempas nya jatuh ke tanah.

Ceklek

Arvie mengalihkan atensi nya ketika mendengar pintu terbuka sambil menghapus kasar airmatanya yang mengalir. Seketika ia membuang muka, raut wajahnya berubah datar dan dingin melihat sosok yang berjalan tenang ke arahnya lalu terduduk di tepi kasur king size yang berada di kamar tersebut yang arvie duga milik lelaki tersebut dengan.

Darimana ia tau? Jelas saja bau maskulin yang menguar dari lelaki tersebut persis seperti bau maskulin yang melekat pada kamar tersebut.

"Apa masih ada yang sakit?"

Hell. Arvie serasa ingin menampar mulut lelaki tersebut. Ia berbicara seolah perhatian tetapi pandangannya datar dengan ekspresi sulit ditebak.

"Kenapa?"

Tanya arvie tenang. Ekspresi lelaki tersebut sedikit terpancing. Ia tetap bungkam seolah menanti ucapan gadis tersebut selesai.

"Kenapa ayah mu tidak membunuhku juga?"

Arlingga sedikit tersentak secepat kilat ia bisa mengendalikan diri. Sorot matanya semakin menajam dan dingin.

"Bukankah... Mafia seperti kalian menjadikan kekerasan dan pembunuhan adalah sebuah hobi"

Ucapan tenang tersebut terus mengalir dari bibir arvie. Ia terus menatap lurus dengan pandangan kosong mengabaikan arlingga yang menyorot dirinya bak hewan buruan.

Stay Because accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang