SBA. 14

1.8K 50 1
                                    

Don't forget to vote:)
.
.
.
.

Selamat membaca...

Disebuah ruangan yang memiliki cahaya begitu temaram. Terdapat rak-rak buku berjejer rapi. Sebuah jendela kecil dengan tirai yang terbuka seolah mengijinkan sang cahaya untuk menerangi ruangan tersebut

Meskipun cahaya yang masuk hanya sedikit, cahaya tersebut mampu menyulap ruangan bernuansa hitam tersebut menjadi agak hidup

Begitu pula yang dialami oleh sang pemiliknya saat ini. Tanpa sadar ia melengkungkan bibirnya untuk tersenyum layaknya orang idiot.

Dan hal tersebut sukses menarik atensi heri yang terduduk didepannya. Tak dapat dipungkiri ia terkejut sekaligus bahagia melihat pancaran kebahagiaan yang terpancar dari beberapa menit yang lalu.

Leadernya tersebut tak terlalu menanggapi ucapannya sedari awal mereka terdampar diruangan ini. Ruang kerja arlingga sekaligus mendiang sang ayah.

Mengingat sebelum ia berhasil membawa arlingga kesini. Ia memergoki lelaki tersebut sedang serius menguping dibalik pintu kamar ibunya sendiri.

Menguping! Suatu hal yang tak mungkin dilakukan oleh Arlingga D'Collin karna jika ia menginginkan suatu informasi mutlak ia dapat dengan cepat mengingat anak buahnya dan heri bukan termasuk kategori bawahan yang lelet.

"Bisa kau ulangi lagi heri? Hari ini aku sedikit tidak fokus"

Ucap arlingga tenang tanpa merasa bersalah

"Baik leader"

Ucap heri. Sejujurnya ia sudah lelah berbicara sedari tadi tapi ia lebih baik berbicara berulang-ulang seribu kali dibanding menghadapi kemarahan leadernya tersebut.

"Markas anda yang yang kedua yaitu De cla di serang oleh sekelompok orang tak dikenal-"

Brakk

Beruntung meja tersebut terbuat dari kayu kualitas terbaik. Suara gebrakan tersebut lantas membuat heri sadar. Ia telah menghancurkan mood leadernya.

"Keparat! Kapan kejadiannya? "

Sungguh arlingga tak dapat mengontrol emosinya sekarang. Kebahagiaan tadi seolah lenyap begitu saja. Napasnya terengah-engah. Hidungnya kembang kempis serta rahang yang mengeras sudah cukup membuktikan yang ia rasakan.

"Sekitar pukul 04.13 pagi waktu setem-"

Bughh

"brengksek! Kenapa kau baru memberi tahuku sekarang bajingan"

Hantaman keras tersebut sukses membuat heri terjungkal dengan sudut bibir yang berdarah. Ia bangkit kemudian berdiri tegak kembali tak ia hiraukan darah segar yang terus mengalir. Baginya sudah biasa dijadikan pelampiasan oleh lelaki didepannya ini untuk meluapkan emosinya.

"Maaf leader. Titanius baru memberitahu informasi tersebut 15 menit setelah anda sampai dirumah"

Arlingga mendengus kasar. Sungguh ia tak habis pikir bagaimana bisa anak buahnya begitu lemah dan bodoh

"lanjutkan!"

Nada perintah tersebut terdengar dingin. Heri mengangguk kemudian kembali berucap

"Mereka mencuri beberapa senjata dan anak buah kita banyak yang terluka bahkan meninggal. Satu diantara anggota sekelompok orang tersebut berhasil di tangkap. Anak buah disana sudah mencoba mencari informasi mengenai kelompok asing tersebut melalui orang tersebut."

Stay Because accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang