enam

815 158 96
                                    

Dum!

Dum!

Dum!

Ditempat inilah Bara datang kembali setelah seharian meluntang-lantung tidak jelas arah.

Ya. Sepulangnya ia dari pemakaman, Bara tidak langsung kembali ke rumah. Ia justru pergi berputar-putar di kota, datang ke taman, dan tempat-tempat lain yang sekiranya bisa membuatnya tenang kembali. Tapi alhasil ia malah semakin stress dan down.

Maka dari itu, satu-satunya tempat terakhir yang biasanya ia sambangi adalah diskotik ini. Tak peduli jika ia tidak bisa membayar saat pulang nanti. Yang Bara inginkan kini hanyalah melupakan kejadian 16 tahun silam.

Setidaknya untuk sesaat.

Kepalanya tertunduk, dengan wajah yang tersembunyi dibalik lipatan tangan. Ia bahkan tidak memperdulikan dua wanita yang kini duduk dikanan-kiri dengan tangan bergerilya seraya menggoda untuk bercinta.

Tapi semua diacuhkan, karena Bara terlalu lelah untuk melakukan one night stand dengan mereka. Dan bahkan terlalu lelah untuk membuka mulutnya seraya berbicara. Disaat Chiko si bartender itu menyapa dan bertanya apa yang ingin diminumnya, Bara hanya menjawab dengan jari telunjuk yang terangkat, seolah berkata 'satu' lalu menunjuk ke arah sebotol vodka.

Tak berapa lama, Chiko memberikan botol minuman yang ia minta beserta gelas kecil. Dan tanpa pikir panjang, Bara langsung menuangkan cairan putih bening tersebut ke gelas sebelum menyesap hingga habis.

"Permisi ya para ladies, gue pinjem ni orang dulu." Mendadak Hansel dan Jason datang dan seketika menyingkirkan kedua wanita yang sedari tadi tak ada hentinya melemparkan kata rayuan disertai gemulai jemari yang masih setia menari diatas kulit pucat Bara.

"Bar? Bukannya kartu lo diblokir Om Rama ya? Kok elo nongkrong disini lagi?" Tanya Hansel pemilik tempat tersebut sekaligus sepupu dari orang yang ia tanya.

"Engh? Bacot lu ahk! Gue lagi mumet!" Jawab Bara masih dengan kepala yang menelungkup diatas meja.

"Jangan mabok disini, Bar!" Celetuk Jason.

"Ngapa emang? Lo takut gue gak bisa bayar lagi, huh?! Tenang aja! Gue emang lagi gak ada duit, tapi gue juga punya otak buat inget kalo gue punya utang ke elo!"

Kepala itu terangkat dengan wajah memerah dan bau alkohol yang menyeruak keluar dari mulutnya.

"Bukan gitu, Bar! Elo mau mabok sampe mampus juga kita gak ngelarang! Masalahnya elo kan bawa mobil, entar kalo lo kecelakaan lagi gimana?" Jawab Hansel.

"Bagus dong! Biar sekalian mati juga gapapa." Hantamnya.

Ucapan Bara sukses membuat dua cowok itu mengernyit dan saling melempar pandangan.

"Ya ampun, Bar. Elo kalo ngomong suka gak pake otak ya?!" Tandas Jason.

"Lo kenapa sih, Bar?! Gak biasanya gue liat lo galau begini? Ribut sama Azura?!" Teliti Hansel.

"Lo kalo mau tau tanya sama Tante kesayangan lo aja sana kenapa anaknya bisa begini!" Bentak Bara dengan mata menyalang dan merah padam.

"Hah? Kenapa emang sama Tante Anika?"

"Bisa diem gak sih elo?! Bacotan banget jadi lelaki! Pantesan aja tu bibir lo dower gitu!! Mulut lo beneran kek emak-emak!! Berisik!"

Ucapan Bara yang pedas itu seketika membuat Hansel bungkam. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada anak dari adik ibunya itu.

Yang jelas, Bara sedang tidak dalam mode normalnya dan itu adalah masalah untuk Hansel serta Jason. Sebab jika ada yang berani mengusik Bara barang sedikit saja, keduanya takut kalau cowok itu akan mengamuk di dalam tempat tersebut.

About My Brother ✔ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang