tujuh

806 154 57
                                    

"Lukman! Tangan kamu kenapa?" Anika nampak panik karena tak sengaja melihat ada noda hitam besar di tangan kiri Lukman, ketika lengan panjang bajunya tiba-tiba tergulung sendiri saat dirinya tengah berusaha mengganti lampu dapur yang mati.

"Hah?!" Lukman buru-buru menurunkan lengan bajunya, berusaha menutupi bekas luka bakar akibat siraman kopi panas dari Bara beberapa hari yang lalu.

"Sini! Coba saya liat!" Titah Anika namun Lukman diam saja takut untuk menunjukannya.

Hingga wanita dewasa itu mendekat dan meraih tangannya seraya menyibak kain yang menyembunyikan noda tersebut.

"Ini kenapa?!!" Tanyanya cemas.

"E... emm... gapapa kok, Bu." Lukman menutupi lagi bekas lukanya dengan wajah takut.

"Jangan bohong! Saya tau ini noda apa! Ini bekas luka bakar! Kamu kenapa bisa sampai luka begini?!"

Lukman diam lagi. Bingung mau mengatakan apa, karena ia juga tidak mungkin menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Anika.

"A-anu. Saya kena siram air panas, Bu." Jawabnya pelan.

"Hah?! Kok bisa?!"

Yang ditanya nampak diam. Berpikir mencari alasan logis untuk menutupi kejaidan sebenarnya.

"Saya mau bikin kopi, tapi gak sengaja nyenggol termos sampe tumpah dan kena tangan saya." Alasannya. Tidak sepenuhnya berbohong namun tak seluruhnya juga jujur.

"Ya ampun, Lukman! Kenapa kamu ceroboh sekali. Coba kalau wajah kamu yang kena bagaimana? Kenapa kamu gak ngomong sama saya? Luka kamu ini bisa aja infeksi kalo gak diobati, kamu tau?!"

Omelan sang majikan seketika dijawabnya dengan gelengan pelan. Namun ada rasa tenang dan bahagia dalam hati Lukman saat Anika mencemaskan dan memarahinya. Entah kenapa Lukman seolah menemukan sosok ibu lagi dalam hidupnya setelah berminggu-minggu lamanya.

"Duduk dan diam disini! Saya carikan salep untuk lukamu dulu." Titahnya yang diangguki dengan patuh oleh Lukman.

Dengan penurutnya anak lelaki itu langsung mendudukan dirinya di kursi terdekat dan menunggu sang majikan pergi mencarikan obat untuknya.

Hanya selang beberapa menit Anika kembali lagi dengan sebuah tub yang dikatanya berisikan cream ampuh untuk menghilangkan bekas luka bakar di kulit.

"Mana tangan kamu, sini!"

Remaja itu pun mengangkat lengannya yang terluka dan Anika dengan cekatannya mengoleskan cream tersebut ke selebar luka bakar di kulit putih Lukman.

Terasa sejuk di kulit terlebih tangan Anika begitu lembut mengoleskannya dengan perlahan. Dan setelah selesai, wanita itu tersenyum padanya. Membuat Lukman seketika terdiam mematung dengan darah yang berdesir hangat menuju jantung.

Lantas bibirnya pun tertarik untuk memberikan senyuman balasan pada sang majikan yang sudah berbaik hati menolongnya.

"Lain kali lebih berhati-hati ya kalau mau melakukan sesuatu. Saya gak mau liat ada luka lain setelah ini." Ujarnya sembari bangun dan mengusak rambut Lukman pelan sebelum kakinya melenggang pergi--menghilang dibalik salah satu pintu.

Lukman terdiam dengan senyuman tipis di wajahnya dan manik yang terus mengarah ke tempat terakhir ia melihat sosok bak malaikat tersebut menghilang.

Namun sepeninggalnya wanita bak malaikat tersebut, sang iblis yang sesungguhnya pun kembali muncul menuruni tangga di lantai dua dengan manik menyalang, pun pandangan bengis yang menusuk. Membuat yang ditatap seketika merundukan kepalanya karena takut.

About My Brother ✔ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang