Tok!
Tok!
Pintu itu diketuk dari luar, membuat atensi kedua kakak beradik yang sedang saling berbagi cerita seketika teralihkan.
"Bentar dulu, Kak." Izin si bungsu yang kemudian diangguki si sulung.
Tungkainya kini berjalan mendekati sepotong kayu persegi sebelum tangannya memutar knop dan menariknya.
Melihat siapa yang datang, wajah Ivan pun nampak terlihat ceria dan ia menoleh menatap Bara.
"Kak. Ada someone special yang dateng jenguk Kakak." Katanya.
"Hmm?... Siapa?" Bara menyimpan buku yang ia baca ke atas nakas dan membenarkan duduknya.
Tak berapa lama sesosok kepala muncul dari balik pintu dengan wajah sumringah.
"Didin?!" Bara cukup kaget melihatnya dan lantas kembali melempar pandangan pada si adik yang masih berdiri di depan pintu.
"... yang kamu bilang someone special tu... Bang Didin?" Tanyanya."Ehehehe.... pakabar Mas?!" Sapa Didin, ia masih hanya memunculkan kepalanya saja disana.
"Ya, gini-gini aja, Bang." Jawab Bara dengan sedikit acuh tak acuh.
"Bukan. Bukan Bang Didin." Bantah si adik membuat kening kakaknya mengkerut.
"... tapi yang dibelakangnya."
Dan saat itulah Didin masuk perlahan dengan dua tangan orang lain memegangi bahunya. Seketika itu juga wajah Bara terlihat cerah.
"Eh? Kamu?!"
"Hehehe... iya, Kak."
"Alhamdulillah. Akhirnya." Bara terlihat sangat bahagia saat mengetahui jika Lenno lah yang ikut datang bersama Didin.
Dengan kedua kakinya mulai berjalan normal meskipun masih tertatih sembari berpegangan pada bahu supirnya.
Didin mengantarkan Lenno mendekat ke Bara sebelum mendudukannya pada kursi disisi ranjangnya.
"Makasih, Bang." Ucap Lenno.
"Sans aja."
"Udah dibolehin jalan sendiri sama dokternya?" Tanya Bara antusias.
"He-em. Pas kemaren terapi, dokter bilang udah dibolehin jalan gak pake kursi lagi. Tapi masih gak boleh lama-lama." Urai si adik.
Mendengarnya sungguh membuat mood Bara yang semula down kini kembali naik. Dan dengan senyuman luas sang kakak mengusak rambut si adik pelan.
"Aku seneng banget liatnya." Ujarnya.
"... akhirnya kamu bisa jalan lagi kek dulu.Yang diajak bicaranya seketika menunjukan gigi geligi putih bersihnya dengan bangga.
Satu impian Bara telah terwujudkan.
-----
"Mas Ivan mau kemana?" Tanya Didin saat si bungsu berjalan mendekati pintu.
"Nyari makanan, Bang. Kenapa? Mau ikut?" Tawarnya.
"Eh? Boleh deh." Didin pun beringsut bangun dari tempatnya duduk dan menyusul Ivan yang berjalan keluar ruangan.
"Kak, kita keluar bentar ya." Izinnya pada kedua kakaknya itu.
"Iya." Jawab Bara singkat.
"Van, nitip teh botol dong sama keripik." Timpal Lenno.
"Okray!" Jawab adiknya seperti sebelumnya, dengan kerlingan mata genit membuat kedua kakaknya tertegun.
Dan kedua cowok manis itupun berlalu di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About My Brother ✔ [Banginho]
Ficção Adolescente(belum direvisi, masih tulisan newbie) "Tak semua luka dapat diobati oleh waktu. Waktu yang melupakan, namun waktu juga yang mengingatkan." ••••• [Season 1: About Lenno] Lukman Ardiansyah, atau yang biasa dipanggil Lukman hanyalah cowok biasa. hidup...