Aku tidak pernah berharap akan awal yang bahagia, namun aku berharap awalku di sini akan membawaku menetap pada hatimu.
-SEGENGGAM HARAPAN-Terik mentari siang itu mampu membuat para calon murid SMA Jaya Karsa mengaduh kepanasan. Saking panasnya, ada yang menjadikan name tagnya sebagai kipas dadakan. Mereka semua meruntuki dalam hati kelakuan para senior alias OSIS yang bertugas dalam MOS ini, karena telah membiarkan mereka duduk di tengah lapangan sekolah yang amat terlihat gersang sedangkan mereka tengah berunding di koridor sekolah, entah apa yang dirundingkan kendati percayalah rundingan itu begitu lama.
"Arrghh! Gila tuh OSIS ngebiarin kita kepanasan kaya gini! Tidak berperikemanusiaan!" Cerca wanita tomboy berambut pendek, yang membuat gadis di sebelahnya menoleh. Gadis itu bersependapat kali ini kepada wanita tomboy tadi, ini memang begitu menyiksa. Sendari tadi gadis berambut panjang itu mengelap keringat yang bercucuran.
Tak selang beberapa lama para senior berjas warna coklat muda itu kembali kelapangan tanpa ada wajah bersalah.
"Karena hari mulai terik, kegiatan MOS akan di lakukan di aula. Ayo semua ke aula!" Titah salah satu anggota OSIS yang langsung diikuti peserta didik baru.Aula sekolah yang ada di dekat perpustakaan hampir setengahnya dipenuhi peserta didik baru, mereka duduk dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Dan yang para OSIS tadi berdiri paling depan.
"Oke kita mulai acara kegiatan MOS di hari kedua ini. Kalian hari ini akan ditugaskan untuk menampilkan bakat kalian di depan semuanya, terserah bebas asalkan masuk akal ya!" Ujar lantang seorang lelaki dengan tinggi badan semapai, lelaki itu memang terlihat lebih tampan dibandingkan para senior lainnya. Begitu sih menurut para peserta didik baru, bahkan gadis berambut panjang tadi ikut membenarkan pernyataan itu.
"Silahkan, siapa yang mau maju terlebih dahulu?" Mendengar hal itu, lantas para peserta didik saling menyuruh untuk tampil terlebih dahulu.
"Saya!" Semua tatapan mengarah pada sosok gadis yang bername tag Tania. Ya, dia lah seorang gadis berambut panjang yang tadi sempat mengaduh di lapangan karena kepanasan.
Ia berjalan ke depan dengan pasti, namun terdengar suara tawa renyah menelusuk gendang telingannya. Awalnya gadis itu tak mempedulikan, namun tawa itu semakin menjadi. Alhasil setelah sampai depan, tepat di samping para seniornya. Gadis itu membalikan badannya, melihat wajah teman-teman barunya yang seperti menahan tawa bahkan ada yang terlihat tertawa terbahak-bahak.
Apa yang terjadi?-gadis itu bertanya dalam hati.
"Kamu bisa ikut saya kebelakang, rokmu tembus," bisik salah satu senior wanita yang membuat Tania bergerak dengan sempontan menutupi belakang roknya dengan tangan. Sungguh ini malu sekali, terlebih baru dua hari di sini ia harus mengalami kesialan.
Kemudian Tania mengikuti senior wanita tadi, dengan tangan masih menutupi bagian rok belakang. Tatapannya menunduk, seolah menyembunyikan wajah di balik rambut panjangnya.
"Sudah-sudah! Jangan ada yang ketawa lagi. Mari kita lanjut, siapa yang akan tampil silahkan maju ke depan!" Lerai lelaki berwajah tampan itu, yang tak lain ialah Angga Revaldo Rahajiman. Siapa dia? Nanti kalian akan tahu siapa dia sesungguhnya.
____•°•____
Kali ini perpustakaan menjadi tempat Tania di waktu istirahatnya, gadis itu terlanjur malu jika harus ke kantin, menurutnya di sana ia akan di tertawakan oleh yang lain ketika mengingat kejadian tadi yang begitu memalukan.
Gadis itu menangis secara pelan di balik buku besar yang ia baca, ralat bukan di baca tapi memang hanya sekedar menutupi wajahnya yang sedang menangis. Ini lah cara Tania menyalurkan kesedihannya serta kekesalan, yaitu dengan menangis di pojokan atau di balik buku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Ficção AdolescenteKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...