♡Masa Lalu♡

1K 58 0
                                    

Cukup simpan masa lalumu dalam hati, karena dia tidak pantas untuk terus di ingat apa lagi di kenang.
-SEGENGGAM HARAPAN-

Pekatnya kegelapan mendominasi angkasa, bersamaan dengan itu secerca cahaya yang di pancarkan bintang mulai memperindah kehadiran sang malam. Sekarang mungkin waktu yang pas untuk melepaskan segala kelelahan yang dipikul setelah melakukan aktivitas siang tadi, namun tidak bagi seorang gadis dengam baju santainya itu. Benar adanya jika ia sangat ingin mengistirahatkan tubuhnya, tapi sekarang ada hal yang dia tunggu. Yaitu kehadiran sang abang.

Kini gadis itu sudah menyiapkan beberapa makanan hasil racikan tangannya sendiri, ia harap abangnya itu menyukai masakan itu. Tania, ingin sekiranya berguna di rumah ini, terlebih ketika abangnya bekerja mencari uang sendiri di cafe omnya. Tadinya Tania bersihkeras untuk ikut kerja membantu perekonomian mereka berdua, namun di larang katanya biar abangnya saja yang mencari uang. Baiklah Tania tidak bisa membantah.

Suara bel rumah membuat gadis itu membuyarkan lamunannya, senyuman terbit dari bibir manis Tania. Segera gadis itu membukakan pintu, dan benar saja itu abangnya yang sudah terlihat lelah bekerja setelah pulang sekolah tadi.
"Masuk, Bang. Aku sudah masak tadi, kita makan bersama ya?" Tania menanyai dengan semangat ketika lelaki bernama Fikar itu memasuki rumah seraya melepas jaket yang dikenakan.

"Iya, tapi Abang mandi dulu ya." Tania mengangguk, hal itu membuat Fikar tersenyum seraya melenggang pergi kekamarnya.

Setelah beberapa menit menunggu, lelaki itu akhirnya keluar dan duduk di bangku bersama Tania sekarang. Di hadapannya sudah banyak makanan nusantara yang begitu menggoda. "Kamu beneran masak semua ini?" Tanya Fikar masih tidak percaya.

"Iya, dong. Ayo makan."
Mereka akhirnya memulai kegitan makannya, beberapa kali pujian dilontarkan Fikar atas masakan adiknya itu, dan beberapa kali juga senyuman Tania terukir.

Memang tidak usah di ragukan lagi kemandirian Tania di dapur, karena semua itu sudah tercekat jelas di pikirannya semenjak ibu panti mengajarkan untuk menjadi seseorang yang ahli dalam apapun. Tak sia-sia orang tua Tania memasukan gadis itu pada panti, karena kini kedua anaknya telah bertumbuh menjadi orang yang mandiri walaupun om Andre selalu menawarkan hartanya untuk di nikmati oleh mereka.

"Bang, Tania boleh tidak ikut OSIS?" Tanya Tania secara tiba-tiba di sela kegitan makan mereka.

"Alasan kamu apa mau masuk organisasi itu? Karena ada Angga, iya?" Fikar menyahut dengan nada menggoda, sehingga membuat Tania salah tingkah sendiri.

"Tidak. Tania cuma mau ada kegiatan aja di sekolah, lagipun ini buat nambah pengalaman Tania."

"Abang izinin, kalo kamu dapat memenuhi syarat ini."

Tania mengerutkan dahinya, "syarat apa?"

"Jangan lupakam kesehatan kamu pada saat melaksanakan tugas, jangan gila kerja seperti Angga."

Lagi-lagi Fikar membawa nama lelaki yang membuat Tania bersemu merah. "Iya, Bang. Tania janji gak akan gila kerja, ko."

"Baguslah, Abang izinin kamu."

"Makasih, Bang."

____•°•____

Gemericik air terdengar begitu syahdu dengan kicauan burung. Langit pun terlihat bersahabat kini, semesta seolah menaungi seorang gadis bergaun putih dengan rambut sebahu yang sedang duduk di kursi itu.

Gadis itu menatap lurus ke arah hamparan rerumputan hijau nan menenangkan jiwa. Ekspresinya begitu ceria, sepertinya dia tengah menunggu seseorang.

Segenggam Harapan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang