Kutahu semuanya, semua hanya tentang mengikhlaskan saja. Memang itu sangat sulit, namun jika kamu terus larut dalam pusar itu maka itu akan menambah sulit dan yang pasti akan rumit.
-SEGENGGAM HARAPAN-
Pagi-pagi sekali Tania sudah berada di sekolah, dengan rasa kantuk yang masih tersisa tentunya. Pasalnya tadi malam tidurnya bukan di jam yang semestinya, alhasil ya beginilah. Ini pun Fikar turun langsung untuk membangunkan gadis tersebut.
Sebelum sekolah ramai para OSIS mengecek pengeras suara dan juga mengecek konsumsi yang nanti akan di bagikan. Sementara bagian tiket sudah stay di depan gerbang dan yang lain pergi keruangan masing-masing untuk menghandel semuanya.
Tania yang telah selesai mendata siapa saja yang akan tampil, sekarang ia tinggal duduk saja menunggu para murid dan tamu undangan datang. Bangga rasanya bisa ikut serta menyiapkan sebuah event di sekolah.
"Hai, Kakak OSIS!" Suara cempreng yang begitu familiar membuat Tania langsung menoleh. Yap, itu suara Lily.
"Ada apa, Ly?"
"Sudah sarapan belum? Suruh sarapan tuh sama mak Cindy di kantin. Yuk kita ke sana!" Lily
"Nanti saja, Ly. Kalian sarapan duluan saja."
"Oke, harus sarapan ya. Jangan sampe nanti pingsan lagi." Tania membalas denga senyuman, sejuru kemudian Lily berlalu ke arah kantin.
Tania mengalihkan kembali tatapannya pada gerbang sekolah yang menampilkan segorombol siswa dan siswi yang mulai berdatangan. Mata Tania tiba-tiba saja tersingkap ketika sosok lelaki yang selama ini mengantui pikirannya, ya dia Angga. Lelaki itu tampak tengah asik berseda gurau bahkan tertawa bersama anggota OSIS perempuan. Tania tersenyum kecut melihatnya, ia sekarang hanya bisa menatap tawa itu, karena sosok Angga yang hangat, akan berubah dingin ketika bersamanya.
"Dek." Kini suara berat membelai telinga Tania, sehingga gadis itu menoleh tanpa di minta.
"Bang Fikar, ada apa?" Terlihat Fikar datang dengan tangan yang memegang kantung plastik.
"Kamu belum sarapan, ayo sarapan dulu. Tidak boleh ada kata nanti." Baiklah, sekarang perintah Fikar tidak boleh di ganggu gugat. Akhirnya Tania mengangguk.
Mereka duduk di salah satu bangku lapangan yang terbuat dari beton. Fikar mulai membuka isi dari kantung plastik itu, ternyata isinya ialah nasi goreng dan air mineral. Tania mulai menyuap nasi goreng itu, sesekali gadis itu melirik Fikar yang menampilkan senyumannnya. Terkadang Tania merasa ini hanya mimpi ketika Fikar benar-benar perhatian kepadanya.
Tania tak pernah berharap lebih untuk kebahagiannya, ia hanya ingin tuhan cukup membuatnya tersenyum saja. Namun, sekarang tuhan memberinya lebih kebahagian dan tak lupa tuhan juga membawa sedikit luka untuk Tania agar gadis itu tidak terlalu lupa akan berjuang dalam kehidupan.
____•°•____
Acara event pun di mulai, para murid ataupun tamu undangan begitu sangat antusias. Terutama ketika perwakilan kelas mereka tampil di atas panggung dan kini giliran Lily tampil bersama Rizki, yap gadis itu telah berhasil membujuk si ketua OSIS cuek itu untuk tampil bersama. Entah bagaimana Lily membujuknya dengan apa.
Tania dan Cindy tentunya sibuk memberi suport Lily agar tidak gugup nantinya. Bagaimana tidak gugup, jika tampil bersama orang yang kita cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Fiksi RemajaKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...