Diantara aku dan kamu memang belum tercipta kata kita, tapi apakah salah jika aku menuntut waktu untuk mewujudkan hal itu lebih cepat.
-SEGENGGAM HARAPAN-
Hari senin di pagi hari ini Tania haruslah berolahraga jantung, pasalnya sendari tadi tanpa sadar Angga telah memberikan perhatian-perhatian sederhananya. Ya, sederhana namun berakibat tidak baik untuk ritme jantung Tania.
Kedatangan Angga pagi-pagi ke rumah Tania bukan tanpa alasan, karena Fikar lah Tania harus berangkat sekolah bersama dengan Angga. Si pemilik Cafe itu, sudah mirip sekali orang penting. Bagaimana tidak Tania mencetus Fikar demikian, pasalnya abangnya itu pagi-pagi buta haruslah ke Cafe nya karena ada sedikit masalah katanya.
Jadilah sekarang, motor Angga membawa Tania menembus jalanan perkotaan yang mulai ramai akan pengendara. Sendari tadi gadis itu menggigit bibir bawahnya karena debaran jantung yang semakin menjadi. Dalam jarak yang lumayan dekat ini, harum parfum khas Angga menelusuk hidung runcing Tania dan itu membuat dirinya nyaman, aman, damai. Bisakah Tania memeluk punggung itu? Ah, pikiran gila mulai merasukinya.
"Tania, kita sudah sampai." Sang empunga nama tersentak kaget, lamunannya buyar. Segera gadis itu turun dari motor seraya memberikan helm pada Angga.
"Aku duluan ya, Kak dan terima kasih."
"Iya." Angga menatap Tania yang kian menciptakan jarak. "Jangan lupa nanti rapat!" Teriaknya.
Tania menoleh, kemudian memberikan jempol kanannya ke udara sebagai jawaban. Angga yang melihatnya hanya menyunggingkan senyuman.
Langkah Tania kian melambat ketika matanya menangkap kelasnya. Gadis itu memasuki kelas yang hanya terdapat siswa sedang menyalin tugas sesama teman. Tak ada Lily maupun Cindy di sana.
Kaki Tania melangkah lagi ke arah tempat ia duduk. Di saat Tania ingin mendaratkan bokongnya di kursi, matanya menemukan secarcik kertas hitam(lagi).
Tania menghembuskan nafas kesal, lagi-lagi si peneror mengganggu hidupnya. Tatapan Tania menyeluruh ke segala arah, hingga ia menghampiri sosok kutu buku di kelasnya yaitu Renata, wanita itu yang selalu datang pertama kali.
"Ren, boleh nanya gak?" Tanya Tania secara baik-baik.
Renata yang sedang membaca, lantas menurunkan bukunya itu. "Tanya apa, Ta?"
"Kamu kan suka datang pertama kali, tadi pas kekelas ketemu seseorang yang mencurigakan gak ke kelas kita?"
Tampak wanita berkaca mata itu berpikir, "nggak ada, sekolah masih sepi seperti biasa."
"Kertas ini, pas kamu masuk udah ada di meja aku?" Tania menunjukan kertas hitam yang ada di tangannya.
Renata mengangguk dengan sempontan, "iya, itu udah ada di meja kamu."
Tania menggeram lirih, ternyata tidak semudah itu mengungkap si pelaku. "Yaudah deh, makasih ya."
Gadis itu kembali mendudukan dirinya di bangku, tangannya mulai membuka kertas hitam tadi.
Peringatan terakhir!
Jauhi Angga, atau akan berakibat buruk bagi Fikar---kakak lo.
![](https://img.wattpad.com/cover/197741176-288-k801523.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Genç KurguKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...