Sekarang, perjuanganku telah usai. Kini kamulah yang berjuang dalam menggapai sebuah bukti,
Untuk meyakinkan hati ini
Bahwa kamu tulus mencintai.-SEGENGGAM HARAPAN-
Senja telah hadir dan berlalu, begitupun rembulan dan mentari yang silih berganti menguasai langitnya. Namun, selama itu tak ada yang berubah, termasuk suasana hati. Semua berjalan tanpa perubahan ataupun kehilangan.
Bagi Tania selama satu bulan menanti harapannya terbalas bukanlah sesuatu yang mudah. Hatinya masih bertahan, namun otaknya kadang kala merayu untuk mencari hati yang lain. Di saat itulah Tania bergelut dalam diamnya, tiada siapapun yang tahu. Termasuk sosok yang ia nanti akan pembuktiannya itu. Ya, sosok yang Tania maksud ialah Angga.
Semenjak kejadian waktu itu, Angga seolah menyibukan dirinya pada organisasi ataupun tugas sekolah. Apakah lelaki itu menganggap perkataan Tania bercanda?
Tania masih mencoba untuk sabar dan mengerti. Tapi, ia sekarang mengambil keputusan kalau dalam waktu dekat ini Angga tidak menyatakan cintanya pada Tania, lebih baik gadis itu menyerah tanpa kembali lagi. Bukannya Tania memaksakan Angga, tapi hatinya terlalu lelah, genggamannya terhadap harapan kian merenggang.
Apakah Tania salah jika membuat keputusan seperti itu? Tidak, ya semua orang berhak mencintai dan di cintai.
Kini di ruangan kelas yang mulai di ramaikan oleh para siswa, Tania menatap kosong buku diarynya. Terdapat coretan sajak indah yang Tania tuliskan sebagai jejak perjuangan cintanya. Namun, sekarang semua itu tak berarti, hanya bermakna luka.
Aku benci di ambang ketidakpastian--batin Tania.
Gadis itu memejamkan mata sekejepa lalu ketika terbuka kembali sebuah air mata meluncur. Secepat mungkin Tania menghapusnya dengan punggung tangan. Tidak ada air mata untuk hal yang sia-sia.
Jika boleh jujur di balik hati kecilnya yang paling dalam, dia masih mencintai Angga, cintanya masih terjaga untuk lelaki itu. Namun, kejujuran hatinya itu sekarang seperti tertutup kabut yang tercipta karena luka.
"Taniaaa!!!!" Gadis berambut panjang itu tersentak kaget karena suara yang menghancurkan suasana saja. Tania menatap tajam si pemilik suara tadi, dia Cindy.
"Eh, santai dong. Matanya kaya mau nerkam aja." Cindy berucap dengan cengirannya.
"Ada apa?" Tanya Tania dengan dingin, ya ini lah sosok baru gadis itu.
"Tugas yang dari Pak Warto udah belum?! Pelajaran kedua di kumpulin loh!" Ungkap Cindy dengan hebohnya.
Mata Tania membola, ia melupakan hal itu. Ya tuhan!
"Aku pikir kalian sudah mengerjakan! Ah, gimana dong!" Sekarang Tania ikut panik."Heum, kita ke lab komputer yuk sekarang."
"Tapi nanti kan ada pelajaran Bu Ika."
"Tenang, nanti biar Lily yang izinnin." Cindy menoleh ke arah Lily yang sedang sibuk membaca novel di sebelah Tania. "Bantu kita ya, Li?"
"Iya, iya nanti aku izinkan kalian. Alasannya ada tugas OSIS kan?"
"Sip, pinter sekali. Makasih sahabatku!" Cindy mengacungkan jempolnya, "ayo, kita ke lab!" Wanita tomboy itu menarik tangan Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Novela JuvenilKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...