Kehadiranmu mampu membuat semua terlihat hanya ilusi, namun semua itu benar-benar nyata.
-SEGENGGAM HARAPAN-Tania telah selesai mengerjakan tugas barunya, yaitu memaksa Fikar untuk makan dan minum obat. Ternyata tampang cool Fikar sangat berubah derastis ketika sakit, lelaki itu begitu manja dan sedikit keras kepala. Sebenarnya, Tania merasa tak enak hati melihat Fikar jatuh sakit karena mencari uang sampai malam. Sedangkan ia? Ah, Tania seperti tidak berguna saja di sini.
Gadis itu mendudukan diri di kursi meja belajarnya. Matanya menatap sebuah bingkai foto yang membuat dirinya merasakan kerinduan yang amat besar. "Ibu, Ayah ... Tania rindu kalian," gumamnya.
Tatapannya di alihkan pada buku pelajaran yang menumpuk, ia tidak ingin melanggar janjinya pada Fikar untuk tidak menangisi orang tua mereka. Karena itu hanya membuat ibu dan ayah sedih di sana.
Jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk pelan meja belajar, sepertinya ia sedang berfikir tentang ... ah, iya buku diarynya!
"Coba aku cek." Tania mengeluarkan isi tasnya, namun tak di temukan buku itu. Tangannya beralih pada tumpukan buku di rak, tetap saja hasil nya nihil."Oh god! Bagaimana, kalo itu benar bukuku?" Tania mulai panik, ada rasa takut bila lelaki itu mengetahui perasaannya.
"Tapi tunggu, siapa tahu ada di loker?" Gadis itu bertanya pada diri sendiri. "Ya, siapa tahu ada di sana!" Tania mulai berfikir positif, ia harap bukunya memang ada di loker sekolah.
Ting nong
Suara bel rumah berbunyi, Tania segera keluar kamarnya dan mencari tahu siapa yang bertamu. Di bukanya pintu utama.
"Ya tuhan." Batin Tania menjerit ketika tahu siapa yang datang. Di depannya ada Revan dan ... Angga!
"Hai, Tania. Boleh kita masuk? Kita mau jenguk Fikar nih." Ucapan Revan membuyarkan rasa kaget Tania.
"Boleh, silahkan masuk. Langsung ke kamar Bang Fikar aja." Kedua cowok itu melanggang masuk, tanpa di kasih tahu Revan dan Angga sudah hafal letak kamar Fikar. Karena pernah waktu dulu, om Andre mengajak mereka mampir ke rumah itu. Namun pada saat itu Fikar belum tahu kalo itu ialah rumah peninggalan orang tuanya.
Tania masih dia di tempat, ia masih tak percaya kalo Angga datang ke rumahnya. Ah, kalo begitu tadi Tania persiapkan diri dahulu. Pasalnya, sekarang ia sekarang penampilannya sungguh tidak etis. Gadis itu berdecak, seraya melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman serta cemilan untuk kedua tamu ganteng itu.
Sebelum memberikan ke kamar Fikar, Tania berganti baju terlebih dahulu. Entah mengapa ia degdegan sendiri ketika ingin memasuki kamar Fikar, mungkin ia terlalu berlebihan.
"Permisi, aku bawain minum dan cermilan nih." Semua pandangan menatap Tania, hal itu membuatnya salah tingkah.
"Wah, adek pengertian memang! Terima kasih adek manis," ujar Revan.
"Hili mata keranjang!" Fikar yang ada di ranjang lantas memberi lemparan guling kepada Revan. "Eh, anjir!" Namun langsung di tangkis oleh lelaki itu.
Tania menahan senyum saja, "heumm, kalo gitu aku balik ke kamar dulu." Gadis itu lantas melangkah keluar kamar, dan menutup cepat pintunya. Tania tersenyum sendiri, ketika membayangkan wajah Angga tadi di dalam. Lelaki itu kalo memakai baju biasa, cukup meningkat ketampanannya.
"Ah, apaan sih kamu Tania!" Gadis itu malu sendiri jadinya. Ia melangkah ke kamar kembali. Menenangkan jantung yang masih berdebar kencang.
Sementara di dalam kamar, Revan sibuk memakan cemilan yang di bawa Tania tadi. Memang tamu menyusahkan! Begitulah kata Fikar. Sedangkan Angga malah cuek dengan mengalihkannya pada layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Ficção AdolescenteKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...