♡Si Pemilik Buku♡

875 49 0
                                    

Lantaskah setelah semua itu kamu ketahui, kebencian akan mendominasi hatimu? Baiklah, sepertinya perahu ini tak akan menepi di dermaga cintamu.
-SEGENGGAM HARAPAN-

Tepat setelah kepergian Fikar untuk kerja kembali di cafe, sebuah motor besar hitam memasuki perkarangan rumah berlantai dua itu. Si pengendara menampakan senyuman sapanya ketika helm di buka dan matanya menangkap sosok gadis dengan rambut tergerai panjang tengah menunggu di teras. Dia, Tania yang memang sudah siap untuk pergi ke acara rapat OSIS hari ini bersama Angga.

Tania menghampiri Angga, si pengendara motor tadi. "Langsung berangkat saja, Kak. Bang Fikar sudah berangkat tadi."

"Yasudah, ayok." Ujar Angga seraya memberi kode kepada Tania agar segera menaiki jok belakang.

"Sudah, Kak." Setelah di rasa Tania sudah aman menaiki jok belakang, Angga mulai melajukan motornya meninggalkan rumah Tania.

Motor Angga memecah kemacetan jalan raya di pagi hari itu, walaupun hari minggu aktivitas jalanan yang ramai tetap tidak kondusif.

Tania yang ada di jok belakang mengerutkan dahinya ketika menyadari kalo jalan yang di lajukan Angga bukanlah arah untuk ke sekolahannya. "Kak, ini bukan jalan ke sekolah loh?" Tania mencoba mengingatkan Angga, siapa tahu lelaki itu lupa jalan.

Namun, tidak ada jawaban dari Angga. Lelaki itu malah tetap menggas motornya. Ada terbesit rasa takut di benak Tania, takut jika nantinya Angga membawa ke tempat yang enggak-enggak. Ah, tidak mungkin Angga melakukan itu!

Hingga akhirnya Angga menghentikan lajunya di sebuah restoran, Tania semakin dibuat bingung saja. "Ko ke restoran?" Tanya Tania seraya turun dari motor.

"Kamu tidak buka pesan grup tadi malam? Kan rapat di ubah jadi di laksanainnya di sini."

"Ah, begitu toh." Ujar Tania dengan cengirannya.

Angga tersenyum kecil, "ayo masuk." Lelaki itu berjalan terlebih dahulu kemudian diikuti Tania di belakang.

Di sana di salah satu meja panjang sudah terdapat beberapa anggota OSIS lainnya, mereka tengah bercengkrama ringan. Tania dan Angga pun ikut gabung, bersamaan dengan itu anggota lainnya yang tersisa termasuk Cindy datang memenuhi meja yang sudah di pesan.

"Sebelum rapat di mulai, kalian bisa pesan makanan dahulu," ucap Rizki.

Mereka akhirnya memesan makanan dengan teratur, dan untuk menunggu makanan datang mereka bercengkrama lagi. Entah soal organisasi atau yang lainnya, namun di situ justru membuat Tania tidak tahu harus menimbrug obrolan dari mana. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, akhirnya Tania menoel Cindy yang asik berceloteh dengan anggota OSIS pria yang ada di samping gadis itu.

"Apa sih, Ta?" Cindy menoleh.

"Ajakin aku ngobrol ke, masa aku diam aja."

"Uluh, iya iya aku sampe lupa kalo ada temanku juga di sini." Cindy terkekeh. "BTW, hubungan kau dengan si waketos gimana?" Tanay Cindy yang membuat Tania menatap tajam.

"Ko malah ngomongin itu," bisik Tania.

"Ya kenapa bebas dong, hehe." Cindy semakin terkekeh saja. Tania melirik lelaki yang tengah menjadi topik pembicaraannya itu, ia berjaga-jaga kalo Angga-si waketos tidak mendengarnya. Bisa habis dia!

Belum Tania melanjutkan sahutannya, peramusaji datang dengan membawa makanan mereka yang sudah di pesan termasuk minumannya.

Acara rapat di adakan di sela-sela kegiatan makan, kata Rizki agar tidak terlalu serius banget dan tidak menjadi pikiran bagi anggotanya.
"Cindy, sudah dapatkan sponsornya?" Tanya Rizki seraya melahap chees cakenya.

Segenggam Harapan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang