Sekali lagiku katakan, jika sikapmu mampu membuat hati ini semakin secapat mendayung untuk menepi pada ujung perjalanan.
-SEGENGGAM HARAPAN-Peluh keringat mengalir secara indah di dahi seorang gadis yang kini berlari sekuat tenaganya. Sesekali gadis itu melihat jam tangan yang melingkar, dan mengusap keringat itu.
"Jangan sampai telat!" Pekik gadis bername tag Tania itu. Dipercepat langkahnya itu dengan sisa-sisa tenaga. Tidak biasanya Tania telat seperti ini, tapi entah karena lelah tadi gadis itu harus sampai dibangunkan oleh Caca, teman satu pantinya.
Sampai di depan gerbang yang sudah tertutup, Tania menghela nafas lirih. Rasanya ia ingin menangis juga di sana. Dia sudah telat!
Masa sih, barus dua hari sekolah di sini sudah mendapatkan hukuman. Sangat sial sekali, Tania hari ini."Pak satpam, boleh bukain gerbangnya tidak!" Pekik Tania seraya menggedor-gedor. Namun, apalah daya satpam seolah menulikan telinganya. Ini memang mustahil untuk Tania menghindari hukuman, kecuali jika dia bolos, namun sekali lagi itu tidak akan di lakukannya walaupun dalam kedaan genting sekalipun.
"He, kamu!" Tania tersentak oleh suara besar yang sungguh membuat bulu kuduk berdiri. Dia bu Renna, guru BK di sekolahan ini. Habislah Tania.
"Kenapa telat?" Bu Renna bertanya setelah pak satpam membukakan gerbang untuk Tania. "Bangun kesiangan, Bu." Sungguh itu alasan yang sangat tidak membantu Tania.
"Sebagai hukuman, kamu harus bersihkan ruang OSIS saat istirahat. Sekarang kamu ke kelas!" Tania mengangguk seraya berpamitan pada guru yang mempunyai tahi lalat di bawa bibirnya itu.
Ruang OSIS, itu berarti Tania akan bertemu Angga? Ah, spertinya gadis itu perlu melatih jantungnya agar berdetak tidak berlebihan.
____•°•____
Dengan menenteng alat pembersih, Tania menatap pintu ruang OSIS yang tertutup didepannya. Beberapa kali gadis itu menghela nafas, dan menyakinkan diri untuk tidak bersikap bodoh bila bertemu Angga.
Akhirnya dibuka pintu itu, menampilkan beberapa anak OSIS yang sepertinya telah melakukan rapat. Tatapan semua di alihkan aoda Tania, itu semaki membuatnya gugup saja.
"Tania? Ada apa kemari?" Dan ya, itu dari Angga. Tania tidak mampu menatap lelaki itu secara sempurna.
"Maaf ganggu, Kak. Saya ke sini ingin menjalankan hukuman dari Bu Renna untuk membersihkan ruangan ini."
"Oh, silahkan. Kami sudah selesai ko," sahut Rizki, si ketua OSIS yang pernah membentak Tania waktu itu.
Sejuru kemudain satu persatu mereka meninggalkan ruangan itu, hingga menyisakan Tania dengan Angga yang masih sibuk menatap layar laptopnya. Jika sudah seperti ini hanya kesunyian yang mendominasi.
"Kamu dihukum karena apa?" Hampir saja Tania dibuat jantungan oleh Angga. Lelaki itu bertanya begitu langsung to the poin.
"Karena telat, Kak." Jawab Tania masih menjalankan hukumannya itu, padahal jika boleh jujur Tania merasa lapar. Namun, apa daya waktu istirahatnya harus di relakan.
Angga beranjak dari duduknya dan langsung menghampiri gadis itu, "lain kali jangan telat lagi, oke?" Hal yang tak tak terduga terjadi, yaitu ketika Angga mengacak-ngacak pucuk kepala Tania. Sontak saja gadis itu seperti terbang ke angkasa lepas, pipinya pun bersemu merah.
"Aku pergi keluar dulu, tak apa kan sendiri?" Tania mengangguk, lalu Angga pun berlalu dari ruangan itu dengan menyisakan perasaan Tania yang berbunga-bunga karena sebuah sentuhan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Ficção AdolescenteKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...