Terkadang hidup bukan hanya pasal cinta saja, karena hidup juga membutuhkan sebuah warna baru agar tidak monoton.
-SEGENGGAM HARAPAN-Awal hari menjadi seorang siswi resmi di SMA Jaya Karsa membuat gadis dengan kepangan rambut itu bersemangat datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Masa-masa yang menyedihkan serta penuh tangis telah berlalu.
Derap langkah lebarnya menggema di koridor yang masih cukup sepi ini, sepertinya memang terlalu pagi gadis itu datang. Bahkan pengumuman kelas yang seharusnya ditempel di mading pun belum terpampang. Jika sudah begini, terpaksalah gadis itu menunggu di bangku lapangan.
Kaki jenjangnya mengayun di udara, pupil mata coklatnya mengikuti setiap kendaraan siswa yang mulai berdatangan. Tatapan Tania yang awalnya kesana kemari, tiba-tiba saja terkunci pada satu titik. Di mana seorang laki-laki berjas OSIS baru saja menuruni motor besarnya. Walaupun bisa dibilang jarak Tania dan lelaki itu cukup jauh, namun sangat terlihat aura ketampanannya. Gadis itu semakin dibuat salah tingkah sendiri ketika menatap lama sosok itu. Angga, ya dia orang yang membuat Tania tidak bisa mengalihkan pandangannya.
____•°•____
Senyuman Tania tidak bisa terelakan lagi ketika menyadari bahwa dirinya akan sekelas dengan dua orang wanita yang kemarin mengajaknya gabung makan di kantin. Ya, siapa lagi kalo bukan Cindy dan Lily, bayangkan betapa senangnya mereka di tempatkan di satu kelas yaitu kelas 10 IPA 2.
Bisa di telisik penghuni kelas yang di tempati Tania, sangat cukup familiar di mata gadis itu. Semoga saja mereka bisa diajak kerja sama dalam hal tugas sekolah atau ulangan, misalnya.
Di hari pertama ini pembelajaran masih belum aktif, mereka masih dalam memperkenalkan diri terhadap sesama atapun terhadap wali kelas nan cantik juga kalem, yaitu bu Inggit namanya. Tania kira, wali kelaanya itu akan kewalahan menghadapi muridnya di hari pertama ini, tapi ternyata tidak ibu guru itu sangat ahli sekali mengolah perkataan yang mampu merubah suasana menjadi santai.
Keasikan kelas itu tiba-tiba saja senyap ketika seorang lelaki memasuki kelas, bisa dilihat dari punggungnya Tania menebak kalo lelaki itu ialah Angga. Ya, benar ternyata tebakan gadis itu ketika Angga berbalik badan setelah berbicara pada bu Inggit.
"Assalamualaikum." Dengan lantangnya Angga mengucapkan salam dan itupun langsung di sahut oleh para murid yang ada di kelas.
"Saya kemari ingin memberitahukan jika besok kita akan melakukan LDKS di Bandung dan ini khusus kelas 10. Diharapkan ikut, jika berhalangan maka silahkan bilang kepada kami para OSIS. Bisa di pahami semua?" Jelasnya.
"Bisa!" Jawab serentak.
"Baiklah, bu saya pamit." Setelah menyalami bu Inggit, lelaki itu pergi berlalu meninggalkan sorak sorai murid kelas 10 IPA 2.
"Kulit aku bisa hitam dong kalo kemping," beo Lily di sela-sela riuhnya kelas. Tania dan Cindy sama-sama menautkan kedua alisnya, bingung.
"Lebay kau! Nanti bisa kan perawatan lagi," sahut Cindy dengan sengitnya.
"Ah iya, benar. Oke deh aku ikut! Kamu ikut kan Tania?" Kedua wanita itu menatap Tania dengan penasaran.
"Tidak tahu, nanti aku coba izin ke ibu panti dulu," jawabnya. Sungguh Tania tidak menjamin akan ikut dalam kemah itu, terlebih ibu panti tidak gampang memberikan izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Harapan(END)
Ficção AdolescenteKetika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, karena dia menyimpan segenggam harapan yang begitu mempunyai arti. Takdir mungkin tidak akan berpihak...