♡Kenyataan Besar♡

1.1K 66 0
                                    

Dunia kecilku kini telah kembali, Tuhan telah mengabulkan doaku serta membantuku dalam pencarian.
-SEGENGGAM HARAPAN-

Bel istirahat telah berdering, semua murid berhamburan ketempat yang bernama kantin. Ya, itu salah satu tempat tujuan para murid untuk meredem konser di perut.

Tidak untuk Tania yang melangkahkan kakinya ke lantai atas dengan tangan memegang jas lab Angga yang kamarin ia pinjam. Ia tak ingin jas itu lebih lama didirinya, bukan apa-apa nih tapi cuma menghindari jatuh cinta untuk kedua kalinya pada lelaki itu. Aneh, bukan?

Tepat didepan kelas Angga, gadis itu mengintip didaun pintu terlebih dahulu untuk memastikan kalo lelaki itu ada atau tidak di kelas. Namun, sayang mata Tania tidak melihat sosok itu. Hanya ada Revan di sana yang sedang siap-siap keluar kelas. Baiklah, Tania akan menunggu mereka keluar baru menitipkan jas ini.

"Kak!" Beo Tania.

"Astaga! Ngagetin lo." Tania memberikan cengirannya ketika Revan merasa kaget karena kedatangannya.

"Lo Tania kan? Mau apa kesini? Cari Angga? Dia lagi di kantin."

Tania dibuat melongo ketika Revan mengungkapkan hal itu, sampai-sampia matanya mengerjap beberapa kali.

"Yeh malah diem. Woi!" Sentakan Revan membuat gadis itu tersadar kembali. "Ah, iya. Aku, cuma mau nitip ini kekalian. Tolong kasih ke Kak Angga."

"Lo minta tolong sama gue?" Revan menuntujuk dirinya sendiri. Kemudain Tania memberikan anggukannya.

"Ogah, mendingan lo anterin sendiri. Ayok!" Lelaki dengan mata sipitnya itu menarik tangan Tania secara tiba-tiba.

Gadis itu tidak memberontak karena toh ia menemui Angga cuma ingin mengembalikan jas lab saja, setelah itu sudah ia akan menemui Cindy dan Lily yang memang sedang berada di kantin.

Langkah Revan terhenti ditengah koridor, begitupun Tania yang ada dibelakangnya.
"Ada apa, Kak?" Tanya gadis itu.

"Tunggu, kenapa gue genggam tangan lo? Ah, lo bisa jalan sendiri kan." Ujar Revan seraya melepas genggaman tangannya dan berlalu saja. Tania yang melihatnya malah mengangkat sebelah alisnya. Sejuru kemudian gadis itu mengikuti langkah Revan dari belakang.

Sampai di sana, tepat di meja kantin yang memang ada Angga dan juga Fikar. Kedua lelaki itu menoleh bersama karena menyadari kedatangan Tania dan juga Revan.

"Nih, Ga. Tania rindu katanya." Mendengar ungkapan Revan, sontak Tania membulatkan matanya. Ah, bisa-bisanya lelaki itu bilang demikian.

"Rindu?" Angga memastikan pendengarannya.

"Nggak, kok Kak. Aku kesini mau mengembalikan jas lab Kakak. Makasih ya." Tania menyimpan jas berwarna putih itu ke meja kantin.

"Oh iya. Sama-sama"

"Heumm, yasudah aku pamit. Maaf ganggu acara makan Kakak." Tutur Tania seraya membalikan badannya, lalu melangkah ke meja Cindy beserta Lily yang memang tak jauh dari meja Angga dan teman-teman.

Tania tak menyadari kalo sendari tadi sepasang mata memperhatikannya, mata yang begitu tajam namun memberikan kehangatan bagi siapa saja yang menatapnya. Ya, itu mata Angga.

Entah mengapa pandangannya tak bisa di elakan ketika punggung Tania kian berlalu dari hadapannya. Seperti ada sebuah magnet di sana.

"Natapnya udah kali, Ga." Teguran Revan membuat Angga kekalabakan sendiri karena tercyduk oleh sahabatannya itu.

"Kalo suka ya tembak, jangan dianggurin gitu dong," sindir Fikar yang memang dari tadi diam menyimak.

"Ngomong apa lo? Mati lah anak orang kalo di tembak." Sungguh Angga mengeluarkan alasan yang bisa dibilang basi.

Segenggam Harapan(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang