DUA

9.2K 650 30
                                    

Hal yang langsung Damian lakukan ketika ia sampai di apartemennya adalah mengganti pakaian dan juga pakaian si gadis cantik.

Untuk pakaiannya, Damian jelas tidak memusingkan apapun. Tapi, bagaimana dengan pakaian gadis kecil ini? Damian mengusap dagu nya lalu teringat sesuatu. Dengan cepat ia menyambar ponsel di atas nakas.

Tak butuh waktu lama hingga panggilan itu direspon. "Bro, apa kau masih memiliki pakaian Stella?"

Seseorang di ujung telepon ternganga kaget karena telepon dari sahabat nya. Yang paling membuatnya nyaris jantungan adalah pertanyaan tentang pakaian milik Stella, keponakannya.

"Untuk apa kau menanyakan pakaian Stella? Astaga! Berhenti mengincar keponakanku, Damian! Dia masih dua belas tahun Demi Tuhan."

Damian meringis mendengar pekikan Zero, sahabat nya. "Hei, bukan seperti itu. Aku menelponmu untuk meminjam sehelai pakaian serta pakaian dalam nya juga, itupun jika masih ada."

"Untuk apa? Jangan bilang kau memiliki fetish terhadap hal seperti itu?!" Damian lagi-lagi meringis mendengar teriakan sahabatnya.

"Hell, aku tidak serendah itu! Aku hanya tidak ingin gadis kecil ini kedinginan." jelas Damian ambigu.

"Apa?!"

"Wait, jangan berteriak!" sela Damian cepat. Oh yang benar saja. Ia tidak mau telinga nya menjadi korban lagi. "Aku tadi menemukan anak perempuan sedang menangis di pinggir jalan. Dia kehujanan dan kedinginan, jadi aku membawa nya ke apartemen."

"Ya Tuhan, kenapa kau tidak bilang dari tadi?"

Damian mendengus. "Seperti kau memberikanku kesempatan untuk berbicara saja."

Zero terkekeh. "Maaf dude. Kau tahu aku cukup terkejut. Kau tiba-tiba menelponku malam-malam begini hanya untuk meminjam pakaian dan dalaman gadis cilik."

"Jadi, ada atau tidak?"

"Seperti nya ada yang tertinggal di sini. Stella sering meninggalkan pakaiannya kalau menginap. Apa kau mau aku mengantarnya?"

"Tentu, jika tidak merepotkan."

"Omong kosong. Aku akan tiba dalam lima belas menit."

Sambungan terputus. Damian lalu kembali mendekati gadis kecil yang kini meringkuk dalam atas ranjang nya.

Ia mengusap singkat rambut basah gadis itu sebelum keluar menuju dapur untuk mengambil semangkuk air hangat dan juga washlap.

Damian duduk di sisi kosong ranjangnya. Dengan lembut, ia membuka pakaian basah gadis kecil itu satu persatu. Tubuh gadis itu sepenuhnya telanjang kali ini. Damian terkesiap ketika menemukan bilur biru di sepanjang perut kecilnya.

Tangan Damian gemetaran ketika menyentuh bilur itu. Seperti masih baru jika dilihat dari luka dan juga respon sang gadis kecil yang terkesiap saat tangannya menyentuh luka itu, kendati ia dalam keadaan tertidur.

Ya Tuhan, siapa kira nya yang begitu tega menyakiti gadis semanis ini? Terlebih gadis ini masih begitu kecil.

Akhirnya dengan sangat berhati-hati, Damian menyeka tubuh kurus itu. Ia membersihkan tiap inci tanpa terlewat dengan mata yang terus menelusuri tubuh itu.

"Engghh." lenguh gadis manis yang kini membuka mata nya.

"Halo sayang." sambut Damian lembut dengan mata yang berkaca. Ia bukan seorang melankolis sebetulnya. Tapi siapa yang tidak bersedih jika melihat kondisi seperti ini?

Gadis kecil itu terkesiap dan langsung bangun. Ia bahkan syok melihat tubuhnya yang telanjang. Gadis itu meringkuk ke sudut ranjang sambil menatap Damian penuh waspada. Walau wajahnya berusaha tegar, tapi Damian melihat ketakutan disana.

The Depth of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang