Damian bergerak cepat dengan membopong tubuh lunglai Lucy ala bridal. Lelaki itu merengkuh erat-erat tubuh putri yang dicintai nya dengan hati yang remuk redam.
Bagaimana rasanya ketika melihat orang yang kita cintai rela mengorbankan diri demi melindungi kita, terlebih orang yang kita cintai sampai tidak berdaya seperti ini?
"Dokter Ben sedang tidak bisa hadir. Dia sedang ke luar negeri. Bagaimana ini?" isak Alzbeta sambil menatap nanar keadaan sang cucu yang bersimbah darah.
Damian tidak menghiraukan ucapan ibunya. Dengan langkah lebar, lelaki itu menuju ke garasi. Ia berpapasan dengan Marry yang kini sudah menangis melihat keadaan sang nona kecil nya.
"Ambilkan kunci mobilku, Marry. Cepat!" titah Damian dengan nada frustasinya.
Marry mengangguk cepat dan segera berderap tergopoh mengambilkan kunci mobil sang tuan besar.
Langkah Damian yang lebar itu seketika terhenti ketika bahunya terasa diremas erat oleh seseorang yang ia yakin pasti adalah ayahnya.
"Kau bawa ke mana cucuku?" tanya Jakub dengan nada getir yang tidak bisa tertutupi.
"Ke tempat di mana pemilik hatiku bisa segera ditangani akibat ulah barbarmu, Dad!" balas Damian dengan nada mengetat menahan amarah.
Jakub paham kalau kini Damian begitu membenci dirinya. Biar bagaimanapun juga, ini kesalahannya meskipun ia tidak pernah berniat menyakiti cucu nya barang sedikitpun.
"Tuan, ini kunci nya." Marry mengulurkan kunci mobil milik Damian yang dengan cepat diserobot oleh Jakub.
"Biar aku yang menyetir." sergah nya sambil memutari mobil menuju balik kemudi.
"Dad! Aku bisa melakukannya sendiri."
Jakub menatap tajam pada Damian yang kini tampak sangat emosi. "Apa kau mau menambah korban lagi? Dengan ugal-ugalan di jalan? Sebaiknya kau cepat masuk." titah Jakub tegas tanpa mau dibantah.
Damian berpikir sesaat. Ayahnya benar. Ia yakin seratus persen kalau ia pasti akan menjadi pembalap dadakan karena memburu waktu demi menyelamatkan wanita tercinta nya.
Lalu dengan cepat Damian masuk ke kursi belakang yang pintu nya sudah di buka kan oleh Marry.
"Terima kasih, Marry."
"Tolong selamatkan nona, tuan." pinta wanita paruh baya itu dengan sendu.
Damian mengangguk. "Tolong jaga Mommy."
Marry mengangguk patuh dan segera menutup pintu mobil yang kemudian melesat cepat meninggalkan area perumahan. Marry menghela napas sedih. Semoga saja keadaan nona kecilnya baik-baik saja.
☀☀☀☀
Damian menunggu Lucy di depan pintu gawat darurat dengan cemas. Sudah hampir tiga puluh menit gadisnya di dalam penanganan dokter, namun tidak ada tanda-tanda usai sedikitpun. Ia cemas. Apakah keadaannya kritis? Apa Lucy nya bisa diselamatkan?
Kepala nya lalu menggeleng cepat. Tidak! Lucy harus selamat. Lucy tidak boleh meninggalkannya seorang diri di dunia yang kejam ini.
"Nak, tenanglah. Lucy sedang di bawah penanganan dokter ahli. Kendalikan dirimu."
Damian masih membisu. Seolah segala daya dalam dirinya menguap tak bersisa bersama dengan terluka nya Lucy.
"Aku tidak akan memaafkan diriku jika sampai terjadi sesuatu pada Lucyku, Dad." lirihnya.
Jakub terdiam, menatap lekat wajah putra nya yang tampak hancur dan kacau. Bukan dalam artian luka pukul yang ia berikan, namun pada gestur dan juga raut wajahnya. Apakah sedalam itu putra nya mencintai sang cucu?