DELAPAN BELAS

4.8K 369 19
                                    

Merry Christmas everyone🎄🎄🎄
Semoga damai natal menyertai kita semua ya💖💖maaf juga kalo part ini tidak maksimal karena aku buat nya pas ide nggak terlalu lancar. Aku ngerasa berhutang sama kalian karena udah lama nggak up Damian.

Sorry typos.

25 Desember 2019

Xylinare.

Damian berulang kali menghembuskan napas nya gusar. Lelaki itu melirik sinis seseorang yang kini duduk manis dengan senyum cerahnya, mengabaikan raut si pengemudi di samping nya yang begitu kentara sangat terpaksa akan keinginan wanita cantik itu.

"Berhenti lah menatapku seperti itu, Damian. Aku yakin kau akan jatuh cinta padaku jika kau masih terus menatapku seperti itu selama sepuluh menit ke depan." ujar nya santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Damian mendengus kesal. "Aku justru yakin jika sepuluh menit ke depan aku masih menatapmu seperti ini, tubuhmu akan terbakar amarahku alih-alih oleh cinta." tukas Damian berang.

Chloe terkekeh merdu mendengar betapa sinis dan lugas nya kalimat Damian. Ia sepertinya harus mulai terbiasa dengan ucapan kasar dari sang pujaan hati.

"Well, sepertinya itu konsekuensi yang harus kuterima. Tidak masalah, hasilnya sepadan."

Damian semakin mendesis kesal. Lalu dengan masa bodoh, lelaki itu menekan pedal mobilnya dalam-dalam, mengebut keluar dari basement kantor dengan kecepatan luar biasa hingga menimbulkan decit akibat gesekan dari ban dan tentu saja lantai basement.

Jalanan yang lumayan padat merayap itu tidak menjadi penghalang bagi Damian untuk mengebut hingga kecepatan di atas 120 km per jam. Ia dengan sigap menyalip kendaraan yang menurutnya berjalan bak siput.

"Hentikan, Damian. Kau akan membunuh dirimu sendiri." peringat Chloe yang kini sedang mencengkeram kuat seatbelt yang melingkari tubuhnya.

Damian menyeringai ketika menemukan raut ketakutan di wajah Chloe. "Aku hanya akan berhenti jika kau turun dari mobilku." tekannya penuh emosi.

Chloe memejamkan mata. Tidak! Sampai ia matipun, ia tidak akan mau turun dari mobil ini. Chloe akan tetap ikut dengan Damian.

"Kau hanya berharap sesuatu yang tidak akan pernah terjadi, Damian."

Damian mengangguk. "Baik, tidak masalah. Siapkan saja jantungmu baik-baik."

Setelahnya, kaki Damian semakin menekan dalam-dalam pedal gas dan bermanuver semakin mengerikan yang memancing pekik ngeri keluar dari bibir berwarna mencolok itu.

Bukannya merasa iba, lelaki itu justru makin menyeringai ketika melihat bibir bergetar milik Chloe. Salah siapa keras kepala!

Lain hal nya dengan Chloe yang ketakutan, Damian justru sempat-sempatnya bersiul seolah menikmati hal yang ia lakukan.

Sepanjang sisa perjalanan itu mereka lewati dengan hati yang sama-sama gusar. Damian yang gusar karena pendirian kukuh Chloe, sedangkan Chloe gusar karena Damian yang seolah-olah bermain dengan sebuah nyawa.

Chloe buru-buru keluar dari mobil ketika Damian memarkirkan mobil kesayangannya itu di depan teras rumah kedua orang tua nya.

Wanita itu menghirup napas sebanyak-banyak nya, berusaha menghilangkan tremor yang kini menggila di tubuh sintal nya. Namun yang tidak wanita itu sadari, dia lengah. Begitu melihat Chloe yang seolah sedang menghirup rakus oksigen, Damian dengan cepat bermanuver, menjalankan mobil nya dengan kecepatan penuh, mengabaikan Chloe yang kini menganga tak percaya.

Damian memang sengaja membawa mobilnya menuju ke kediaman sang Mama Papa karena lelaki itu tidak sudi keberadaan rumah nyamannya dengan Lucy terendus oleh Chloe.

Damian kembali bersiul, kali ini benar karena bahagia bisa terbebas dari lilitan ular betina bernama Chloe.

☀☀☀☀

"Jujur padaku, apa kau memiliki perasaan lain pada Papamu?"

Deg!

Kepala Lucy kontan menoleh cepat pada Alex yang kini tengah memandang nya dengan raut serius. Kening nya berkerut, seolah berusaha menelaah kedalaman hati Lucy.

"Ap-apa yang kau bicarakan?" Lucy tertawa gugup, berusaha menutupi rasa terkejut nya akan vonis Alex pada dirinya.

"Kau tahu apa yang kumaksud, Lu." tukas nya lembut. Dengan berani, lelaki itu meraup jemari Lucy untuk ia genggam. "Meskipun kau tidak pernah bercerita banyak denganku, tapi aku tahu apa yang terjadi pada dirimu. Bisakah kita menjadi teman yang lebih dekat mulai sekarang, Lu? Kau bisa bercerita banyak hal padaku. Karena entah kenapa, aku selalu merasa ingin dekat denganmu dan ingin selalu melindungimu, Lu."

Lucy menganga. Perbuatan Alex benar-benar di luar dugaannya. Lelaki itu begitu tulus mengatakan isi hatinya serta keinginannya untuk menjalin persahabatan. Belum lagi panggilan baru yang lelaki itu sematkan untuk diri nya.

Lu...

Begitu lembut, namun seolah memiliki kekuatan tersembunyi, dan Lucy menyukai nya.

"Tentu, Alex. Kita bisa menjadi sahabat mulai sekarang." sahut Lucy dengan sebuah senyuman manis nya. Jemari lentik gadis itu sudah mengait pada jemari besar milik Alex, seolah balas melakukan apa yang Alex lakukan.

Alex tersenyum lebar. "Suatu kehormatan untuk ku atas kesempatan yang kau berikan, cantik." goda Alex yang langsung membuat pipi Lucy merona.

Alex terkekeh melihat pipi memerah milik Lucy. "Blushing eh?" kembali, Alex melontarkan godaan pada Lucy. Gadis tujuh belas tahun itu hanya bisa terkekeh geli.

"Terlihat sekali ya?" tanya nya.

Alex mengendikkan bahu. "Tergantung. Jika yang kau maksud adalah blushing nya, itu sangat kentara. Tapi jika perasaanmu pada your daddy, i don't know. Terlihat semu bagiku."

Lucy seketika terdiam mendengar kata penuh makna dari bibir Alex. Hanya mata gadis itu yang seolah berbicara pada mata Alex. Ia tahu seharusnya ia marah akan rasa penasaran tinggi Alex pada kehidupan pribadinya. Namun alih-alih marah, Lucy justru di buat gugup olehnya.

"Kenapa sejak tadi kau terus saja menyinggung ayahku, Alex?" tanya Lucy dengan tawa sumbang nya.

Alex tersenyum simpul. "Karena gestur serta mata mu tidak bisa berbohong, Lu."

Lucy tersedak saliva nya sendiri. Ia menatap tak percaya pada Alex. "Benarkah aku seperti itu?" tanya nya heran. Ia bahkan baru mulai dekat dengan Alex pada hari ini, dan hebatnya lelaki itu seolah sudah lama mengenal dirinya.

Alex terbahak geli melihat raut milik Lucy yang terkejut sekaligus takjub. Ia mengacak rambut lembutnya. "Kau itu seperti buku yang terbuka, Lu. Begitu mudah di baca." kedipnya jahil.

Lucy melongo, masih menatap Alex yang kini mengulurkan tangannya di hadapan Lucy. "Saat nya pulang, Lu. Sebelum your daddy membunuhku karena menculik putri tercinta nya."

🔶🔶🔶

The Depth of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang