Guys maaf banget karena aku lama nggak up Damian atau pun Alan ya. Aku baru selesai acara kampus, belum lagi masih ada acara yg belum kelar. Dan ke hectic an itu masih ditambah dengan adanya tawaran dari penerbit!😱😱😱😱 aku excited sekali, dan makanya aku makin lama up karena harus revisi naskah. Apa teman2 semua merestui kalo aku terbitin Marco dalam bentuk ebook?
Sorry typos.
14 Desember 2019
Xylinare.
Damian menatap ponsel nya berulang kali untuk meyakinkan dirinya jika memang sambungan teleponnya masuk pada nomor tujuan.
Kening lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu mengerut. Sudah lebih dari sepuluh kali ia menelpon ke nomor ponsel Lucy, dan hasilnya nihil. Tidak ada tanda sedikitpun jika putrinya akan mengangkat telepon.
Damian menghembuskan napas lelah. Ia memijit pelipis nya yang terasa berdenyut. Sejak semalam memang mood lelaki itu tercampur aduk setelah mendengar ucapan selamat dari sang putri terkait dengan kehamilan Chloe yang bahkan ia sendiri tidak tahu.
Chloe...
Damian menggeretakkan gigi nya. Emosi membayangi sang adonis ketika menyadari bahwa Chloe lah pemicu kesalah pahaman Lucy padanya. Damian sesungguhnya mengerti jika Lucy terlihat sedih tiap kali nama Chloe tersebut dari bibirnya, atau bahkan dari Cosma yang jelas menyangkut tentang pekerjaan.
Ia memejamkan mata. Penat membayangi dirinya. Chloe sungguh bukan siapa-siapa baginya. Wanita itu hanya Damian anggap sebagai kesalahan semalam yang ia perbuat karena lepas kendali dibawah pengaruh alkohol.
Hanya ia dan Tuhan yang tahu kalau sesungguhnya, hanya Lucy lah yang setengah mati ia inginkan di hidup nya. Damian sendiri bingung bagaimana bisa perasaan tak wajar ini timbul untuk sang putri.
Memang tidak ada larangan dan tidak ada yang salah dari perasaannya, karena Lucy bukanlah putri kandung nya. Namun tetap saja. Bukannya waktu selama tujuh tahun bersama dengan Lucy, melakukan segala kegiatan bersama dan berbagi suka dan duka bersama harusnya bisa menjauhkan Damian dari perasaan bernama cinta?
Harusnya, ia sudah benar-benar menganggap kalau Lucy adalah putrinya. Bukan malah memendam rasa dan menginginkan status dari putrinya.
Dan lagi, ada apa dengan Chloe yang tiba-tiba terseret dalam obrolan mereka? Hamil? Chloe? Yang benar saja!
Baru saja hendak memejamkan mata, tiba-tiba bunyi interkom dari sekretarisnya menggema. "Sir, ada nona Chloe yang ingin bertemu Anda.
Damian mendesah. Tamu yang tidak tepat dan tidak diharapkan kedatangannya. Namun demi keprofesionalitas nya, Damian tentu saja mengiyakan ucapan sang sekretaris.
Suara pintu yang terbuka serta serbuan harum aroma elegan seketika menyentakkan Damian. Tubuhnya menjadi kaku penuh waspada.
Harapan bahwa sosok yang hadir di ruangannya hanyalah ilusi pupus sudah. Rahang nya mengetat dan mata nya bergerak gelisah menyadari bahwa sang momok kini hadir kembali dan menawarkan sebuah senyum lembut
"Damian."
Damian memejamkan mata. Ia benci mendengar panggilan itu dari bibir si pembuat onar.
"Selamat siang. Silakan duduk." Damian memilih menggunakan bahasa formalnya untuk menghadapi
Chloe yang kini terlihat sangat terkejut akan respon dirinya.Memilih bungkam, Chloe akhirnya mengikuti langkah Damian menuju sofa di dekat meja. Chloe diam memperhatikan Damian yang kini duduk dengan menyilangkan kaki panjang nya dan menatap penuh intimidasi padanya.