2

12K 368 2
                                    

Hari ini Clara bangun pagi-pagi. Entah semangat apa yang membuatnya seperti itu. Mungkin dia sudah tidak sabar berangkat sekolah dan bertemu Vicky. Apalagi kalau bukan mengorek tentang om Zyan.

"Pagi ma, pa." sapa Clara ketika bergabung di meja makan.
"Pagi sayang, tumben kamu sudah rapi jam segini?" tanya mama Clara heran.
" Tadi kebangun ma, terus gak bisa tidur lagi deh. " jawab Clara sambil mulai menikmati sarapannya.

Clara anak tunggal. Mama Clara pernah menjalani operasi pengangkatan rahim ketika Clara berusia 2 tahun. Jadi tidak mungkin memiliki keturunan lagi. Clara masih duduk di bangku kelas 12. Dia lebih dulu berulang tahun ke 17 daripada Vicky. Lebih tepatnya 2 bulan yang lalu.

Tapi berbeda dengab Vicky. Clara lebih memilih merayakannya dengan sederhana di sebuah cafe. Hanya keluarga dan teman dekat saja yang di undang. Walau sebenarnya papanya pun mampu untuk menggelar pesta mewah seperti Vicky tapi Clara tidak mau. Alasannya Dia tidak mau ribet mengurus ini itu.

Clara sedikit tomboy. Walau memiliki paras yang cantik seperti perempuan Jawa asli tapi kelakuannya jauh dari lemah lembutnya perempuan Jawa. Hanya sesekali saja mau berdandan jika perlu. Terkadang membuat yang lain surprise melihatnya ketika dandan, manglingi kalau orang Jawa bilang.

Setelah selesai sarapan Clara bergegas berangkat ke sekolah. Dia lalu berpamitan pada kedua orang tuanya. " Clara berangkat dulu ya, pa." sambil mencium tangan papa.

" Hati-hati Ra. " ucap papa yang sedari tadi serius membaca koran.

" Siap bos" lalu Clara mencium pipi mamanya. " daah ma."

"tiati sayang."

Mobil Clara memasuki gerbang sekolah. Sekolah yang cukup elite, karena sebagian muridnya sudah mengendarai mobil ke sekolah. Sudah seperti showroom, berbagai merk, bentuk dan warna mobil berjejer rapi di parkiran samping.

Vicky belum datang, namun di kelas sudah terlihat Alisa dan Raya.

"Vicky belum datang ya? " tanya Clara.

" Vicky kalo datang kecepetan, kasian pak umar gak dapet uang rokok. " jelas Raya yang tahu banget kalau Vicky langganan telat. Tapi selalu diloloskan pak umar satpam sekolah. Dan setiap kali dibukakan pintu gerbang selembar uang 10 ribuan masuk ke saku pak umar.

" Lama banget sih tu anak. " Clara gelisah di bangkunya. Rasa penasarannya sudah di ubun-ubun.

Raya dan Alisa heran melihat sikap Clara yang kaya orang kebelet BAB." kenapa sih emangnya? Tungguin aja lagi tar juga datang. " ucap Alisa melihat Clara yang tumben gak sabaran.

Vicky datang tepat bel sekolah berbunyi. Dasar lelet, pikir Clara.

Terpaksa Clara menunda interogasinya. Karena begitu Vicky masuk kelas, Pak Salim guru Matematika juga masuk ke kelas.

" Lama amat sih datangya. "semprot Clara ketika Vicky duduk di sebelahnya.

" Emang kenapa nungguin aku? Tumben, perasaan gak ada PR yang mau dicontek. "Vicky heran melihat sohibnya uring-uringan sendiri.

" Mau nanya. " jawab Clara dengan senyum yang kalau diartikan ada udang dibalik batu.

Vicky pura-pura bergidik jijik melihat Clara yang aneh." Salah makan ya kamu? "

Clara masih tetap senyam-senyum." om kamu ganteng ya vic."

"om? Om yang mana? " tanya Vicky heran.

Clara mendekatkan bibirnya ke telinga Vicky." itu om Zyan, vic." ucap Clara nyengir.

"Om Zyan? Kok bisa tau om Zyan? " bisik Vicky.

" Aku gak tau kok, makanya nanya kamu hehehe. "

" trus tau namanya dari siapa?

" Dari gak sengaja kenalan pas di ulang taun kamu. " ucap Clara masih cengar-cengir.

" Clara, vicky! Mau ngobrol apa mau belajar! " gertak pak salim ketika melihat Clara dan Vicky tidak fokus padanya.

Dua-duanya terdiam, Clara sibuk membuka-buka buku dan Vicky pura-pura mencatat.

I Love You OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang