19

7.6K 270 5
                                    

Di rumah sakit mama Clara tak henti-hentinya menangis. Papanya juga tampak gusar, sambil sesekali mondar mandir di depan ruang ICU tempat dilakukan tindakan kepada Clara.

Vicky tiba tak lama kemudian. Langsung memeluk mama Clara. "tante.. Clara gimana?" tanya Vicky sambil berlinang air mata.

Mama Clara hanya menggeleng masih terus menangis. "yang sabar ya tante, yakin Clara pasti kuat, kita doain sama-sama ya." Vicky berusaha menguatkan mama Clara juga dirinya sendiri.

Vicky menelepon mamanya, juga Alisa dan Raya.

Tiba-tiba pintu ICU terbuka, dan dokter keluar.

"maaf adakah keluarga pasien nona Clara abigail?"tanya dokter itu.

"saya ayahnya dok. "ucap papa Clara. Mamanya dan Vicky juga ikut menghampiri dokter itu.

"maaf sebelumnya, keadaan putri anda sangat kritis, sampai sekarang masih koma, harus segera dilakukan tindakan karena ada benturan yang sangat keras di bagian kepala." jelas dokter itu." Dan juga apakah dia sedang hamil?" lanjut dokter.

"lalukan yang terbaik yang anda bisa untuk selamatkan anak saya dok. "ucap papa kalut. " iya benar dia sedang hamil 2bulan."jawab papa membenarkan.

Dokter tampak menghela nafas. Turut prihatin dengan keadaan yang menimpa Clara.

"ada berkas yang harus ditandatangani untuk persetujuan tindakan. Apakah suaminya ada?"tanya dokter itu lagi.

"suaminya sedang di Bandung dok, saya yang akan tandatangani, tapi tolong jelaskan apa yang terjadi. "ucap papa Clara.

" baiklah mari silahkan masuk. "Dokter mengajak papa untuk masuk ke ruang administrasi gawat darurat di samping ICU.

"ada pendarahan di kepala Clara, ini harus segera di oprasi,kalau tidak Clara bisa meninggal. Dan ada tulang rusuk yang patah di beberapa bagian, juga kaki kirinya retak. jelas dokter.

"ya Allah."papa menutup mulutnya. Matanya berkaca-kaca.

"lalu kondisi kandungannya juga lemah karena terkena benturan. Clara mengalami pendarahan juga disitu. Janinnya mungkin tidak bisa diselamatkan karena masih sangat muda usia kehamilannya. Ini juga harus segera dilakukan kuretase pak. Apakah anda setuju?kalo iya segera ditandatangani berkas ini. "jelas dokter panjang lebar.

" baik dok, lakukan yang terbaik yang anda bisa, yang penting nyawa anak saya terselamatkan. "ucap papa Clara pasrah.

Papa lalu menandatangani berkas itu. Dokter bergegas menyerahkannya kepada suster untuk segera di urus. Kemudian dokter mempersilahkan papa Clara untuk kembali menunggu di luar. Dokter akan segera melakukan tindakan.

Ketika papa keluar dari ruangan, mama langsung menghampiri papa.

"bagaimana mana keadaan Clara pa?"tanya mama cemas.

"Clara harus dioprasi ma, dia mengalami pendarahan di kepala. Lalu bayi yang ada dalam kandungan Clara juga tidak bisa dipertahankan. Jadi dokter juga akan melakukan kuretase pada Clara. "jawab papa lunglai.

" ya Allah Clara." mama Clara histeris. Papa Clara dan Vicky berusaha menenangkan.

"tenang ma, kita harus kuat, kita doakan saja yang terbaik untuk Clara, serahkan semua pada dokter juga pada Yang Kuasa ma. "papa berusaha menenangkan mama, walau beliau sendiri sangat terpukul.

Vicky mengajak mama Clara duduk, sambil mengusap-usapa punggung mama Clara.

Mama papa vicky juga oma tuti, mama om Zyan, tiba di rumah sakit.

"bagaimana keadaan Clara vic?" tanya oma tuti.

Vicky lalu menceritakan semuanya. Dari mulai tante Rima yang datang ke sekolah mereka hingga keadaan Clara saat ini.

Om Zyan bolak balik telepon ke ponsel papa Clara juga Vicky untuk menanyakan perkembangan Clara.

Om Zyan baru dapat tiket pesawat jam 5 sore. Jadi sekitar satu jam lagi om Zyan baru bisa sampai ke sini.

Keadaan tante Rima juga tak kalah parah dengan Clara. Tapi dia sedikit lebih beruntung karena tidak sampai pendarahan di kepala walau kepalanya juga mengalami benturan. Tapi wajahnya penuh dengan luka akibat pecahan kaca dan mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya.

Tantenya yang tinggal di Jogja yang menungguinya. Mereka berada di ruangan yang berbeda. Tante Rima sudah dibawa keruang perawatan.

Tantenya sempat menemui papa dan mama Clara juga Vicky. Meminta maaf atas kejadian ini. Dan bersedia bertanggung jawab sepenuhnya. Tapi papa Clara bilang, nanti saja untuk soal itu. Sekarang mereka fokus pada keadaan Clara dulu. Papa Clara memberikan kartu namanya begitu juga tantenya tante Rima.

Satu jam telah berlalu, belum juga ada kabar terbaru dari dokter maupun suster. Lampu ruang ICU masih menyala. Tandanya operasi masih sedang dilangsungkan.

Mama papa Vicky mohon pamit. Tapi Vicky tetap di rumah sakit bersama orang tua Clara juga oma Tuti.

Selepas magrib om Zyan baru sampai di rumah sakit. Pesawatnya delay. Lalu segera menuju ruang ICU.

"om Zyan. " teriak Vicky yang membuat lainnya menoleh.

" Clara bagaimana pak, vic?" tanyanya kalut.

"duduk dulu Zyan? Sabar ya nak, Clara pasti akan baik-baik saja. " oma tuti berusaha menenangkan anaknya.

" mama, aku gak mau kehilangan Clara. "tangis om Zyan pecah.

"sabar Zyan, yang bisa kita lakukan hanya berdoa,kamu harus kuat ya." papa memeluk om Zyan sambil menangis.

"maafkan saya pak, ini semua gara-gara saya. "om Zyan terisak, menyalahkan dirinya sendiri. Dia tidak menyangka Rima akan bertindak seperti ini.

"sudah Zyan, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini sudah takdir Tuhan. Kita hanya bisa pasrah dan mendoakan, semoga dokter bisa mengatasi." ucap papa Clara bijak.

Om Zyan mengacak-acak rambutnya. Kemeja kerjanya sudah tak karuan. Dasinya sudah longgar di lehernya. Lalu duduk disamping mamanya. Kalau sedang seperti ini om Zyan seperti anak remaja yang sedang manja pada mamanya. Dia sandarkan kepalanya di bahu mamanya. Mamanya mengusap-usap kepalanya.

Lalu pintu ruang ICU terbuka. Om Zyan langsung bergegas berdiri, begitu juga yang lain.

"Bagaimana keadaan Clara sekarang dok?"tanya om Zyan tidak sabar.

"seluruh operasinya berjalan lancar. Tapi Clara masih dalam masa kritis, dia masih koma. Kami akan segera memindahkannya di ruang perawatan khusus pasien ICU. Agar kalian bisa bergantian menengoknya dan menjaganya. "jelas dokter.

Om Zyan bersandar pada tembok. Dia pejamkan matanya. Menyesali semua yang terjadi. Aku akan buat perhitungan pada Rima, batinnya.

" om Zyan mau kemana?"tanya Vicky mencegah om Zyan, karena Vicky tahu om Zyan pasti akan ke ruangan tante Rima untuk meluapkan amarahnya.

"aku akan minta Rima bertanggung jawab atas semua ini. "ucap om Zyan penuh amarah.

"cukup Zyan. Kamu tidak perlu kesana. Ada yang sudah mengurusnya. Pihak kepolisian akan menanganinya. Kamu tidak usah cemas. Sekarang yang lebih penting adalah Clara." papa Clara mencoba membuat om Zyan mengurungkan niatnya.

Om Zyan berhenti lalu menutup wajahnya. Dia sangat frustasi. Dia ingin sekali segera melihat Clara.

I Love You OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang