Tama masuk ke dalam rumah Olin paksa. Rasanya baru saja semalam ia berbaikan dengan Olin dan kenapa sekarang wanita itu malah membuatnya repot? Gebrakan pintu mengagetkan Olin yang sedang menonton televisi.
"Sayang? Kok ke sini gak bilang-bilang?" Olin tersenyum dan hendak memeluk Tama.
Tama menghempaskan tangan Olin kasar. Ia mencengkeram keras pundak Olin.
"Kamu kenapa lagi sih!" Kesal Olin.
"Sakit tahu!" Olin berusaha melepaskan cengkeraman Tama.
"Aku yang tanya sama kamu! Kenapa kamu celakai Rere?" Tama mengucapkannya pelan namun penuh dengan penekanan.
"Ma-maksud kamu apaan sih! Aku gak ngerti!" Elak Olin.
"Gak usah ngelak Lin! Orang suruhan kamu sendiri yang ngaku! Ayu dan mas Bayu. Mau ngelak gimana lagi?" Mata Tama memancarkan kemarahan. Jelas saja karena Olin mengganggu orang yang tak pernah mengganggunya.
"Ini semua tuh karena kamu juga!" Teriak Olin dan ia berhasil melepaskan cengkeraman Tama.
"Kalau aja semuanya gak tentang Rere Rere atau Rere aku gak bakal begini! Sekarang aja kamu terlihat sangat peduli sama dia!"
"Apa kamu pernah memikirkan perasaanku?" Suara Olin memelan dan melemah. Ada rasa sakit pada setiap pengucapannya.
"Kamu tahu bagaimana sakitnya hidup pada bayang-bayang masa lalu? Kamu tahu bagaimana perasaanku!!!" Olin menangis meratapi kenyataan yang ada. Semesta memang tak pernah mendukungnya.
"Aku berikan semua tapi apa yang kamu beri? Luka Tam! Luka!" Olin masih menguasai percakapan mereka.
"Gue sakit. Sakit!" Olin memukul dada kirinya. Hatinya perih.
Tama mendekati Olin lagi. Memaksanya berhenti untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Padahal gue mau memulai hal yang baru sama lo. Setidaknya gue pengen menciptakan satu aja kenangan diantara seribu kenangan gue sama Rere. Bagaimanapun Rere masa lalu gue yang artinya cuma masa lalu. Satu kenangan lo nantinya bakal bertambah sekian waktu. Gue cuma pengen lo sabar Lin. Sabar. Gue sedang menata hati gue lagi." Ucap Tama lirih.
"Gue pengen lo sabar tapi gak dengan begini Lin. Lo nyakitin orang lain. Olin yang gue kenal gak begini sesakit apapun hatinya." Lanjut Tama.
Olin tak menjawab namun tangisan itu semakin terdengar menyakitkan. Tama membawa Olin ke dalam pelukannya.
"Gue pengen lo minta maaf sama Rere Lin. Gue gak pengen lo berurusan sama polisi. Gue gak pengen kehilangan kepingan hidup yang sedang gue susun. Gue gak bisa kehilangan orang lagi Lin. Gue perlu elo." Pinta Tama.
"Ayo kita mulai lembaran yang baru. Biarkan gue belajar mencintai lo."
"Please." Kali ini suara Tama memohon.
...
"Bang Jev." Panggil Rere.
Jevi terlihat tak ingin berbicara sama sekali dengan Rere. Ia merajuk. Hanya ada mereka berdua di ruangan Rere. Juga ada Thala tapi di luar ruangan. Duduk menunggu interaksi kedua saudara ini.
"Bang, lihat Rere dong." Pinta Rere.
Dengan terpaksa Jevi menatap Rere. Ada kekecewaan di mata lelaki itu. Tentu saja ia kecewa saat Rere mengatakan dengan jujur bahwa ia kembali bersama Thala. Siapa yang tak kecewa saat adiknya memilih kembali pada hal yang membahayakan dan menyakitkan baginya? Jevi hanya ingin Rere bahagia. Apalagi ia sudah tak mungkin sepenuhnya menjaga Rere lagi karena ia sudah memiliki keluarga sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sharena | ✔️
General FictionWARNING! : a lil bit (18+) Banyak cinta yang ditawarkan untuk Sharena namun banyak pula luka yang harus ia tanggung. Sekarang bukan lagi tentang komitmen namun tentang kepercayaan. Begitu besar cinta yang Athala dapatkan namun tak pernah membuatnya...