17: Our Feeling

38 3 0
                                    

"Kok Chianya gak diajak ke sini?" Tanya Rere sambil meminum minuman yang Elang belikan.

Elang memang selalu tahu kesukaan Rere. Melewati masa kecil bersama membuat mereka terbiasa. Bahkan walaupun mereka terpisah karena Elang pindah ke ibukota. Bagi Elang Rere adalah teman, sahabat, sekaligus saudara yang harus dijaga dan bagi Rere Elang itu adalah saudara selain dari Jevi serta Bintang. Elang sudah menganggap Rere seperti adiknya sendiri karena kakaknya sudah lama tidak tinggal di rumah. Kakaknya mengejar karirnya sendiri sebagai dokter. Memiliki Rere di sampingnya adalah cara untuk mengatasi kesepian dan perasaan itu tak akan pernah berubah meski wanita yang tersisa di bumi ini hanya Rere.

"Ada pasien tadi. Lagian shiftnya udah mau selesai. Kasihan dia gak tidur semaleman." Elang juga ikut menyeruput minuman yang ia beli. Miliknya sendiri.

"Cie udah perhatian aja sama Chia." Goda Rere, senyuman jahil muncul.

"Apaan sih Re. Namanya juga calon istri mau gimana lagi. Mau gak mau gue harus perhatiin. Pesan mamah gitu." Elang memutar bola mata malas. Ia tak suka digoda.

"Bilang aja lo mulai suka sama Chia." Rere semakin menjadi-jadi dalam menggoda Elang.

Rere tahu Elang tak akan bisa marah padanya. Mungkin Elang agak lemah terhadap Rere saking sayangnya dia. Kalau saja Elang ini adalah kakak kandungnya mungkin ia akan bekerja sama dengan Jevi untuk menjaga Rere dan menjadi sangat protektif.

"Diem gak lo. Nyesel gue nih beliin lo minuman sebelum jaga. Mending gue langsung jaga."

"Cie ngambek." Rere mentoel-toel dagu Elang.

"Sharena!" Kesal Elang sambil menarik pelan tangan Rere.

"Ekhem." Pandangan Rere teralihkan mendengar dehaman.

Elang segera melepaskan tangan Rere. Ia ikut melihat siapa yang datang. Bukan Jevi ataupun Bintang, jadi kemungkinan adalah pacar Rere. Pikirnya.

"Nah kebetulan ada Thala. Nah Lang kenalin ini pacar gue Athala Irawan. Tha ini Elang. Dokter koas di sini." Rere memanggil Thala untuk mendekat.

"Athala Irawan."

"Elang Dirgantara."

Entah hanya perasaan Elang atau memang sepertinya Thala meliriknya tajam. Tatapan yang seakan menegaskan bahwa Rere adalah miliknya, juga seakan Thala menganggap Elang adalah saingannya. Mungkin hanya perasaan Elang saja. Ia tak ingin berburuk sangka dengan orang yang baru dikenalnya. Apalagi itu pacar Rere, sepupunya.

"Kalau gitu gue langsung jaga aja ya. Lo juga udah ada yang nemenin. Salamin ke keluarga elo ya. Gue gak sempet mampir lagi soalnya jadwal koas padat, di sini juga malah jarang ketemu." Jelas Elang, ia melihat jam tangannya memastikan lagi ia tak salah jam.

"Okedeh Lang. Semangat." Jawab Rere.

"Duluan Tha."

"Yoi bro." Jawab Thala dingin.

"Kamu bawa makan siangkan?" Tanya Rere sepeninggalannya Elang, sepertinya Rere tak begitu menyadari suasana dingin antara Thala dan Elang.

"Bawa. Kamu juga nitipkan. Katanya bosan makanan rumah sakit."

Rere tersenyum lebar. Ia segera menyambar plastik yang ada di tangan Thala. Sepertinya kelakuan Rere membuat Thala lupa sejenak tentang Elang.

"Sini aku bantu." Thala membantu Rere.

"Makasiiih sayang." Rere mentoel-toel dagu Thala gemas.

Selesai makan siang Rere dan Thala bingung hendak melakukan apa. Tontonan di televisi pun tidak ada yang menyenangkan. Rere jadi rindu nonton di bioskop dengan Thala. Biasanya dia akan mengajak Rere nonton setiap bulannya sambil mereview film, entah barat atau dalam negeri. Rere sangat menyayangkan padahal bulan ini sangat banyak film seru yang keluar.

Sharena | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang