6: Conflict

82 6 0
                                    

Rere memilih untuk makan siang di luar kampus. Sendirian. Ia menikmati yakiniku yang ia pesan. Beberapa kali ia abaikan telepon maupun pesan dari Farah. Ia bahkan hanya menjawab pesan Thala seadanya hingga lelaki itu menyusulnya ke KFC. Mau tak mau Rere harus mengatakan keberadaan dia agar Thala tak berpikiran aneh. Walau sebenarnya Rere ingin menikmati waktu sendirinya setelah terkejut akan kedatangan Tama. Seharusnya ia tak terkejut lagi begitu tahu Olin ada di sini juga. Hanya saja ia tak menyangka Olin akan kembali ke Yogyakarta bukannya Jakarta.

"Kok gak minta jemput? Padahal mumpung aku lagi kosong, kan bisa makan siang bareng." Thala mengusap lembut pucuk kepala Rere.

"Tadi kamu bilang sibuk. Gak enak akunya. Jadi aku pergi sendiri. Lagian mobil juga udah balik dari bengkel."

"Farah nyariin. Kok pesan sama teleponnya gak dibalas atau diangkat?" Thala ikut menyuap makanan Rere.

"Farah suka lebay ah. Males ngangkat. Lagian dia juga sibuk sama Arda." Rere mengerucutkan bibirnya.

"Cemburu ya Farah sama Arda mulu?" Goda Thala.

"Thala ah." Rere menyuapkan makanan ke mulut kekasihnya agar diam.

Rere memberikan tisu karena mulut Thala yang penuh. Ia terkekeh melihat pipi gembul Thala. Asik-asiknya bercanda dan makan sebuah nampan ditaruh di samping mereka. Rere dan Thala menoleh. Ada Tama. Ia juga memesan makanan yang sama dengan Rere. Tahu persis apa yang akan dipesan oleh wanita itu jika sedang gelisah atau galau. Tama duduk persis di sebelah Rere. Thala mengerutkan dahinya.

"Boleh gabung?" Tanya Tama.

Rere dan Thala bertatapan bingung. Thala hanya mengangguk kikuk. Hanya ada keheningan di antara mereka bertiga. Rere menghabiskan sisa makanannya sedang Tama juga fokus makan. Sesekali Tama curi-curi pandang ke arah Rere.

"Kalian sudah lama pacaran?" Tanya Tama disela makannya. Ia tersenyum seramah mungkin dan senyuman itu tak Rere mengerti.

"Baru setahun." Jawab Thala.

Rere hanya menundukkan kepala tak ingin melihat keduanya. Ia tahu saat ini Thala sudah menatapnya dengan tatapan bertanya atau bahkan Thala menatapnya sengit.

"Oh iya kita belum benar-benar kenalan ya. Gue Tama. Pratama." Tama menjulurkan tangannya.

"Thala. Athala."

"Ngomong-ngomong gue mantannya Rere." Tama tersenyum miring menatap Thala, ada sedikit ekspresi meremehkan.

"Uhuk uhuk..." Rere terbatuk mendengar ungkapan Tama. Thala dan Tama langsung memberikan Rere minuman. Tentu saja Rere mengambil minuman yang ada di tangan Thala. Tama hanya tersenyum miring.

Thala mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia menatap datar Tama.

Maksudnya apa?

"Pulang yuk Tha." Ajak Rere.

"Kok buru-buru? Padahal gue masih mau nostalgia sama lo." Kata Tama.

"Apaan sih lo Tam. Gak ada nostalgia-nostalgiaan ya."

Rere menatap Thala yang wajahnya semakin memerah. Thala marah besar dengan kelakuan Tama. Rere mengamit jemari Thala memintanya untuk pergi dari tempat itu.

"Tha." Ujar Rere lagi.

Thala menurut. Tama tersenyum simpul saat Rere dan Thala pergi. Rere mengalah dengan meninggalkan mobilnya. Ia akan meminta Bintang mengambil mobilnya nanti. Selama perjalanan pulang Rere dan Thala tak berbicara sama sekali. Rere tahu Thala marah besar. Thala memberhentikan mobilnya agak jauh dari rumah Rere. Tempat yang lebih sepi. Rere menatapnya heran.

Sharena | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang