Hari ini. Tepatnya hari sabtu, Aban sedang menemani Amanda memeriksa kandungannya yang kian membesar. Yap kandungan Amanda sekarang sudah menginjak usia sembilan bulan, namun sampai sekarang Amanda belum merasakan tanda-tanda bahwa ia akan melahirkan.
"Tante mohon. Untuk kali ini kita cek jenis kelaminnya ya?" Pinta Ressi. Ressi adalah Tantenya Amanda yang tinggal di daerah ini. Namun Amanda baru mengenalnya satu minggu lalu.
Amanda tampak berfikir, "Mmm. Iya deh Tan." Amandapun menyetujui permintaan Ressi.
"Wah selamat sayang! Anak kamu perempuan." Ujar Ressi.
"Alhamdulillah. Impiannya Mas perempuan akhirnya ter-ijabah!" Ucap Amanda. Mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan syukur.
"Yaudah, sekarang bantu Manda turun ya Tan. Agak susah ini, heheee." Amanda.
"Sini. Pegangan tangan Tante." Suruh Ressi.
Tangan Amanda dan Ressi bertautan, Ressi tidak merasa keberatan, justru ia merasa senang.
"Gimana Tan?" Tanya Aban ketika mereka sudah kembali dihadapannya.
"Je--" Baru saja Ressi ingin berbicara, Amanda langsung membekap mulut Ressi rapat-rapat.
"Hehe, calon anak baik-baik aja Mas." Ucap Amanda.
Ressi merasa sesak, ia bersusah payah membuka bekappan Amanda, "Le ... Pasin." Ucap Ressi terbata-bata.
Dengan cepat. Amanda melepaskan bekappannya, dan meminta maaf dengan kedipan matanya, maklumi saja, sifat Amanda masih seperti ke kanak-kanakkan.
"Oouuu, begitu. Alhamdulillah kalau begitu." Balas Aban.
"Oh iya. Perkiraan lahirnya kapan Tan?" Tanya Aban.
"Pertanyaan yang bagus!" Ressi menjeda ucapannya, dan kembali melanjutkannya, "Kemungkinan satu minggu lagi atau bisa saja dua hari lagi." Ucap Ressi.
"Kita harus siappin perlengkapannya." Ucap Aban.
Amanda bingung apa lagi yang harus dipersiapkan? Bukannya semua sudah siap?
"Mas. Kan kita udah belanja tiga hari yang lalu."
"Astaghfirullah lupa aku. Heheee," Ucap Aban.
"Dasar pikun ishh!!" Amanda memukul lengan Aban sampai Aban mengaduh kesakitan.
"Maaf deh. Tapi gapapa kan kalau aku pingin beli baju lagi buat calon anak?" Tanya Aban.
"Ga perlu Aban. Karena bayi itu bajunya hanya dupakai sampai umur empat atau lima bulan, setelah itu pakaiannya disimpan karena sudah terlalu kecil." Ujar Ressi.
Aban mengangguk, lalu beralih ke perut buncit Amanda, "Assalamu'alaikum calon anak Ayah, sehat-sehat didalam ya sayang. Nanti kalau waktunya kamu mau keluar, jangan lupa berdo'a sama Allah supaya dilancarkan semuanya. Kasihan Bunda, belum apa-apa sudah kalah nantinya." Ucap Aban.
Oh ya! Ada satu yang belum sempat aku ceritakan.
Amanda mengidap penyakit anemia, jadi kecil kemungkinan untuk bertahan ketika melahirkan secara normal, do'akan saja semoga proses persalinannya lancar. Aamiin.
"Wa'alaikumsalam Ayah! In Shaa Allah aku gabakal buat Bunda sakit. Ayah tenang aja." Amanda mencoba memberikan kekuatan pada Aban.
"Jadi. Mau lahir secara normal atau cesar?" Tanya Ressi.
"Manda maunya normal supaya Manda tau bagaimana rasa sakitnya. Dan Manda ingin menjadi ibu sejati." Tegasnya.
Ressi salut dengan perkataan Amanda, terkadang Wanita hamil diluarran sana ataupun pasiennya banyak yang ingin lahir secara cesar. Namun tidak dengan ponakannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A(Azmi, Ahkam, Aban)🌻🌼💛
FanfictionHaaaiiii, Assalamualaikum warahmatullahi ta'ala wabarokatuh semuanya, heheee selamat datang dilapakku yang sangat sangat abstrak iniii, ingaatt yaaaa cerita ini hanya berupa fiksi (tidak nyata) jadi jangan menilai cerita ini dengan sebelah mata okke...