BAB 16

4K 161 1
                                    

Hanum merasakan getaran pada ponsel di tas miliknya. Hanum lalu merogoh ponsel miliknya, di lihatnya layar ponsel persegi itu, nomor ponsel yang tidak di kenal. Hanum melirik Jo, laki-laki itu masih fokus dengan setir mobilnya. Hanum juga melirik Daniar di belakang, wanita itu hanya diam, menatap ke arah jendela.

Hanum mengalihkan tatapannya ke arah ponsel itu. Beberapa notifikasi masuk, Hanum membuka layar kombinasi itu. Hanum membuka isi pesan itu, dan lalu membaca.

"Kamu lebih cantik dengan scraf itu,"

Hanya satu orang yang tahu tentang scraf. Orang itu adalah Tibra, laki-laki itulah yang memasangkan scraf itu di lehernya. Hanum menarik nafas, membalas pesan singkat itu.

"Tahu apa kamu tentang fashion wanita, saya tidak suka mengenakannya,"

Hanum menutup pesan itu, dan kembali melirik Jo. Laki-laki itu melihat ke arah kaca dasbor, memperhatikan Daniar di belakang.

"Kamu tinggal dimana," tanya Jo.

"Kost pelangi, Tomang mandala, kost saya di tepi jalan, nanti ada plang nama di sana" ucap Daniar.

"Sudah lama kost disana?" Tanya Jo.

"Iya sudah, sekitar dua tahun"

"Kamu berasal dari mana?"

"Dari Medan,"

"Batak?" Tanya Jo lagi.

"Ya, Panjaitan lebih tepatnya,"

Jo mengangguk paham, dan kembali terdiam. Jo hanya ingin menyelidiki status teman Hanum. Setidaknya ia tahu seluk beluk wanita yang bernama Daniar itu. Jo membesarkan volume musik audio mobil, karena suasana terasa hening.

Hanum merasakan getaran pada ponselnya. Ia lalu membuka pesan singkat dari Tibra.

"Besok jam sembilan, saya akan menjemput kamu,"

Oh Tuhan, Tibra sungguh sinting. Pesan itu seakan ia menerima ajakannya.

"Saya tidak mengatakan ya, atas ajakan kamu,"

"Saya tetap akan menjemput kamu,"

Hanum menarik nafas, dan ia lalu memasukan ponsel itu di dalam tasnya kembali. Jika membalas pesan singkat laki-laki itu, pasti tidak akan ada habisnya. Hanum menyandarkan punggungnya, dan melirik Jo yang sedang fokus dengan setir mobilnya.

Beberap menit kemudian, telah tiba di depan kost pelangi. Jo menghentikan laju mesin mobilnya. Hanum dan Jo memandang Daniar membuka pintu mobil dan lalu menutup pintu itu kembali.

"Terima kasih," ucap Daniar.

"Sama-sama," ucap Hanum dan melambaikan tangan ke arah Daniar.

Setelah mengantarkan Daniar hingga ke kost. Jo meneruskan perjalanannya ke arah apartemen Hanum.

"Jangan pergi ke Skye, jika tanpa saya," ucap Jo dingin.

"Kenapa?" Ucap Hanum.

"Saya tidak suka kamu nanti semakin liar, jika berteman dengan mereka,"

"Maksud kamu Daniar dan Ajeng?" Ucap Hanum.

"Ya, saya tidak suka kamu bergaul dengan mereka Han, mereka adalah wanita yang sering ke club, saya hanya tidak ingin kamu seperti mereka" ucap Jo.

"Kamu tidak berhak untuk melarang saya bergaul dengan mereka Jo,"

"Saya berhak atas kamu, kamu wanita terdekat saya," ucap Jo menahan emosi.

"Jo, mereka teman baru saya, mereka wanita karir, mandiri sama seperti saya. Mereka mungkin terlalu jenuh dengan rutinitas di kantor dan skye adalah salah satu melepas penat," timpal Hanum.

"Kamu adalah wanita terdekat saya, saya tidak suka kamu seperti mereka," ucap Jo dengan suara mengeras.

Jo memang tidak suka wanita yang suka berkeliaran di dunia malam. Terlebih lagi, Hanum adalah wanita yang sedang dekat dengannya dirinya.

"Oke mulai sekarang kurangi rutinitas yang tidak penting itu," ucap Jo seketika.

Jo menahan amarah, dan mencoba mengalah. Ia tidak ingin menciptakan suasana tegang seperti ini.

Hanum hampir gila, Jo melarangnya berteman dengan Daniar dan Ajeng. Ini adalah awal hubungannya, Jo sudah melarangnya seperti ini, apalagi selanjutnya. Ia tidak bisa membayangkan, mungkin Jo melarangnya keluar dari rumah.

"Oke," ucap Hanum, ia tidak tahu bahwa Jo akan semarah ini. Jo ternyata mempunyai sifat keras.

Suasana kembali hening, Beberapa menit kemudian mobil berhenti tepat di depan gedung apartemen Hanum. Jo melirik Hanum, wanita cantik itu hanya diam, dan ia melepaskan sabuk pengamannya.

Jo meraih tangan Hanum, dan mendekatkan tubuhnya. Hanum memegang pundak Hanum, agar menatap wajah cantik itu.

"Maaf, saya tidak bermaksud membuat kamu marah terhadap saya. Yakinlah saya seperti ini demi kebaikkan kamu, kamu wanita yang akan saya perjuangkan untuk masa depan saya,"

"Jo..."

"Jujur saya memang tidak suka dengan wanita yang suka berkeliaran di dunia malam, bagi saya rumah adalah tempat yang aman untuk seorang wanita. Saya tidak tahu, apa jadinya saya jika kamu akan keluar malam seperti tanpa pengawasan saya. Kamu adalah wanita saya saat ini, mengertilah," ucap Jo.

Hanum menarik nafas, ia mendengar secara jelas ucapan Jo. Ia juga tidak kuasa membantah, dan ia mengerti atas tindak kan Jo kepadanya. Ucapan Jo memang benar adanya.

"Iya," ucap Hanum pada akhirnya.

"Terima kasih,"

Jo lalu memeluk tubuh Hanum, ia elus punggung terbuka itu. Ia senang bisa memeluk tubuh ramping itu. Sedetik kemudian ia lepas pelukan itu.

"Apakah besok kamu ada acara?" Tanya Jo.

"Tidak ada, hanya adik saya Linggar akan datang, kenapa?" Tanya Hanum.

"Mama mengajak kamu makan malam bersama lagi," ucap Jo.

"Ya, jemput saja seperti biasa," ucap Hanum.

Jo tersenyum, ia akan mencairkan suasana tegang, Jo lalu mengelus bibir tipis Hanum. "Kamu cantik sekali malam ini," ucap Jo.

"Kamu berkata seperti itu pasti ada maunya, padahal tadi kamu sudah memarahi saya" dengus Hanum.

Jo lalu tertawa mendengar ucapan Hanum. Ya, baru saja dia menyadari telah memarahi Hanum,

"Maaf saya bukan bermaksud memarahi kamu. Apakah kamu tahu, melihat kamu berpakaian seperti ini, saya tadi mati-matian agar tidak melepaskan pakaian kamu disana,"

"Jujur saya laki-laki normal, tidak fokus jika melihat pakaian seperti ini, terlebih wanita itu adalah kamu,"

"Apakah kamu tahu, jujur saya sudah sering melihat pakaian lebih terbuka dari ini, tapi tidak untuk wanita saya,"

Alis Hanun terangkat, "kamu menyuruh saya berpakaian tertutup seperti biarawati?,"

Jo tertawa lalu, dan ia mengelus puncak kepala Hanum, "ya tidak seperti itu juga, setidaknya kamu berpakaian sopan yang sewajarnya saja. Jangan menggunakan model baju yang mirip tali berbelit-belit seperti ini sayang,"

"Ini namanya mini dress Jo,"

"Terserah, apapun itu namanya, saya tidak suka kamu membaginya dengan seluruh laki-laki di Bar tadi"

"Jadi,"

"Kamu tahu apa yang saya inginkan,"

Hanum menarik nafas, dan menatap iris mata Jo, "Sepertinya kamu salah memarkir mobil. Security sedang memandang kita dari tadi. Karena saya belum turun dari mobil. Saya tidak menjamin jika melakukan itu disini. Kita pasti akan diseret keluar,"

Jo kembali menyadari bahwa ia memarkir mobilnya di depan lobby, Jo melirik Hanum, dan lalu tertawa, "Bawa saya ke apartemen kamu,"

"Hemmm"

********

PESONA CINTA CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang