1 minggu kemudian
"Saya sudah menikah," ucap Tibra.
"Ya, saya tahu, tidak apa-apa" ucap Helena, ia memandang Tibra.
Sebenarnya laki-laki inilah yang ia inginkan menjadi suaminya. Beberapa hari yang lalu, orang tua Tibra datang secara resmi ke rumahnya, kedatangan itu membicarakan prihal pembatalan pertunangan dirinya. Orang tua Tibra mengatakan Tibra, telah menikah.
Orang tua Tibra meminta maaf, karena telah mencoba membatalkan pertunangan itu. Ke dua orang tuanya menerima keputusan itu. Ia tidak bisa menyalahkan laki-laki yang telah menikah dengan wanita yang dicintainya. Ia juga tidak ingin merusak rumah tangga orang. Ia juga tidak mungkin menggangu laki-laki yang telah beristri.
"Terima kasih, semoga kamu mendapat laki-laki lebih baik dari saya," ucap Tibra, ia lalu melangkah menjauhi Helena.
"Tibra ..." ucap Helena.
Tibra menghentikan langkahnya, dan ia lalu menoleh ke arah Helena. "Ya,"
"Apakah kamu masih menjadi donatur tetap di yayasan saya," ucap Helena.
"Tidak mengubah apapun keputusan saya menjadi donatur tetap di yayasan kamu,"
"Terima kasih," ucap Helena.
"Iya, sama-sama," Tibra melanjutkan langkahnya menuju area cafe. Ia tidak ingin Hanum menunggunya terlalu lama di mobil.
*********
"William pulang?" Ucap Jo, karena ia mendengar sayup-sayup suara dari balik dapur. Ia melangkah mendekati arah sumber suara, ibunya sedang berbicara kepada kekasihnya disana. Mereka sedang asik membuat brownies kesukaanya. Ia mendengar sang ibu berbicara kepada Daniar, bahwa William, sang adik akan pulang ke Indonesia.
William tidak akan pulang ke Jakarta, jika anak nakal itu tidak memiliki masalah yang pelik. Ia tahu kedatangan William, pasti ada maksud tertentu. Ia tahu William seperti apa, anak nakal itu pernah pulang beberapa tahun lalu, karena kekasihnya dulu berselingkuh terlalu lama ia tinggalkan. Wanita mana yang tahan di tinggal bertahun-tahun lamanya. William melakukan tindakkan kriminal, karena telah membuat pacar kekasihnya masuk rumah sakit.
Jo tahu tabiat adiknya yang sok jagoan itu. Laki-laki itu memang selalu mencari ulah, dan dia bukan laki-laki baik. Segudang catatan kriminal yang telah ia peroleh waktu di sekolah. Ia juga pernah mendengar bahwa William di New York tinggal bersama salah satu mahasiswa Indonesia tanpa ikatan pernikahan. Wajar saja kekasihnya yang ada di Indonesia berselingkuh, nyatanya sang adik melakukan hal yang lebih parah dari yang kekasihnya lakukan. Ia tahu sang adik memang masih mencintai wanita lokal, bukan sejenis wanita berambut pirang dan bertubuh tinggi yang ada di New York. Itu hanya sebagian kecil yang ia ketahui kehidupan William. Ia tidak tahu apa yang di lakukan adiknya itu sekarang. Oke, dirinya juga pernah nakal, tapi tidak seburuk William.
"William pulang?" Tanya Jo, ia mencoba memastikan pembicaraan itu. Berjalan mendekati Daniar.
"Iya, kemarin William menghubungi mama, katanya sudah ada di Jakarta, tapi enggak langsung ke rumah. Dia bilang liburan, tapi liburan kemana, mama enggak tahu," ucap ibu, mengedikkan bahu, ia membuka oven, mengambil cetakkan kue.
"Dia enggak mungkin pulang jika enggak ada sesuatu ma,"
"Kenapa dengan William Jo? Bukankah dia hanya liburan," tanya Daniar.
"Bukan begitu sayang, William itu enggak akan pulang jika dia enggak ada masalah. Saya tahu dia sepertinya apa, dia memang selalu membuat masalah,"
"Coba kamu hubungi William, dia ada dimana," ucap ibu.
"Iya, ma nanti Jo akan hubungi dia," Jo melirik Daniar, wanitanya bisa mencuri hati sang ibu. Ibu juga sudah bisa menerima kehadiran Daniar. Walaupun awalnya ibu masih belum menerima bahwa dirinya telah berpisah dari Hanum.
Jo mengedipkan matanya kepada sang kekasih. Daniar tersenyum atas apa yang Jo lakukan. Ia bahagia bersama Jo, karena Jo merupakan kekasih sempurna untuknya. Ia mendengar bahwa Hanum sudah menikah dengan Tibra, mantan bos nya terdahulu. Jadi rasa bersalahnya terhadap Hanum tidak ada lagi, toh Hanum telah menemukan kebahagiaannya, bersama laki-laki yang dicintainya.
*********
Tibra memeluk Hanum dari belakang, ia curukkan wajahnya di bahu itu. Ia hirup aroma mawar putih dari tubuh Hanum. Tibra mengecup punggung itu secara perlahan.
"Sayang," ucap Tibra pelan.
"Ya," ucap Hanum, ia masih sibuk dengan sodet dan teflon. Suaminya ini memang selalu seperti ini, jadi ia tidak heran lagi dengan tingkah suaminya.
"Mama dan ayah, ingin secepatnya kita punya cucu," ucap Tibra.
Hanum lalu mematikan kompor elektrik di hadapannya dan ia memutar tubuh menghadap Tibra.
"Iya sabar, kita baru saja menikah, mana bisa langsung punya anak," ucap Hanum, ia memandang wajah tampan Tibra.
"Wedding Organizer kemarin, mama sudah setuju, mama ingin menggunakan adat nanti di pesta pernikahan kita,"
"Ya, saya ikut saja," ucap Hanum.
"Kata mama kamu enggak boleh terlalu lelah,"
"Iya, saya bahkan hampir bosan tidak melakukan apa-apa selain masak," ucap Hanum, ia melingkarkan tangannya di pinggang Tibra.
"Semua perlengkapan besok, sudah bereskan," ucap Tibra, ia mengelus rambut lurus Hanum.
"Iya sudah, saya tidak sabar untuk pergi ke Santorini,"
Tibra tersenyum dan ia mengecup puncak kepala Hanum. "Setelah dari Santorini, saya ingin mengajak kamu ke Budapest,"
"Benarkah,"
"Ya, tentu saja,"
"Suami saya baik sekali," ucap Hanum sambil tersenyum ia mengecup pipi kiri Tibra.
"Bagaimana dengan adik kamu Linggar? Apakah dia masih nakal, mencoba kabur dari asrama?"
"Waktu itu saya sudah mengatakan kepada pihak yayasan, ingin memindahkan Linggar. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Linggar, bahwa Linggar memang tidak bisa tinggal bersama teman-temannya, berhubung Linggar memang sulit beradaptasi dengan lingkungan seperti itu,"
"Terus,,,"
"Pihak yayasan menyetujui, asal tidak menggangu aktivitas kuliahnya. Lagian jarak kampus dan apartemen saya tidak terlalu jauh,"
"Ya, itu lebih baik. Semoga saja dia tidak membuat ulah lagi," ucap Tibra.
"Semoga saja," ucap Hanum.
"Kamu masak apa sih, kelihatannya enak sekali," Tibra melonggarkan pelukkanya.
"Masak semur sapi, kamu pasti lapar," Hanum mengambil piring di lemari kabinet dan ia menaruh daging itu di atas piring.
"Ya, saya sudah sangat lapar,"
"Kamu memang harus membutuhkan kalori yang cukup banyak setiap hari, agar kamu kuat," ucap Hanum di selingi tawa.
"Oh Tuhan, kamu sekarang sudah mulai nakal sayang,"
Hanum dan Tibra tertawa bahagia. Kebahagian akan tercipta, jika saling memiliki dan menyayangi satu sama lain, terlebih bersama orang di cintai.
End
********
KAMU SEDANG MEMBACA
PESONA CINTA CEO (SELESAI)
Romance"Kamu namanya Hanum?" Tanyanya. Hanum mengangguk, suara itu terdengar sexy. "Iya" ucap Hanum. "Saya, Jonatan, panggil saja Jo". Hanum mengerutkan dahi, masalahnya nama itu sedikit berbeda dari nama yang dibilang Sam, itu adalah Beny bukan Jonatan. ...