Tibra bahagia bisa menghabiskan waktu berdua dengan wanita ini. Sepanjang perjalanan ia membahas film superhero yang ia tonton tadi. Tidak ada lagi wajah sedih dari wanita itu, kini malah berganti tawa.
Setelah itu Tibra mengajak Hanum makan di sebuah restoran. Tapi Hanum menolak ajakkanya, wanita itu lebih memilih makan di restoran cepat saji. Ayam berbalur tepung krispi itu menjadi pilihannya. Ia tidak menolak, dan mengikuti apa mau Hanum. Ya, ia terlalu bahagia yang ia rasakan, yang tidak pernah ia dapatkan dari wanita manapun.
Beberapa jam kemudian ia mengantar Hanum ke apartemennya kembali. Karena ini sudah hampir jam sebelas, besok banyak kerjaan yang harus ia kerjakan.
"Besok kita ke kantor KBRI, mengurus visa kamu" ucap Tibra.
"Jam berapa? Besok saya meminta ijin kepada atasan saya," ucap Hanum.
"Jam sembilan saya akan menjemput kamu," ucap Tibra.
"Iya," Hanum, membuka sabuk pengamannya.
"Terima kasih telah menghibur saya, saya bahagia malam ini," ucap Hanum, lalu di berinya senyum tulus kepada laki-laki itu.
"Saya juga, istirahatlah," ucap Tibra, ia membuka sabuk pengamannya, dan mendekatkan tubuhnya ke arah Hanum.
Jantung Hanum meraton, ketika Tibra kini sudah begitu dekat dengan dirinya, ia bisa melihat iris mata berwarna hitam itu.
Tibra menangkup wajah Hanum, agar ia bisa mengecup bibir tipis itu, "Istirahatlah, kita pasti akan menemukannya,"
"Iya," ucap Hanum, ia menahan debaran jantungnya.
Ia tidak tahu, sejak kapan bibir Tibra melumat bibirnya. Ia seakan belum siap untuk itu, jujur ini bukan pertama kalinya, laki-laki ini menciumnya. Tapi entahlah ia hanyut dalam kecupan Tibra yang memabukkan ini. Ia membalas kecupan itu, dan mengalungkan tangannya di leher Tibra.
Hingga akhirnya ke duanya kehabisan nafas, Tibra tersenyum penuh arti. Ia menatap bibir Hanum, bibir itu sedikit bengkak.
"Manis," ucap Tibra.
Hanum tersenyum, dan ia lalu membuka hendel pintu, "Hati-hati di jalan,"
"Iya,"
**********
Hari ini Hanum bekerja seperti biasa, ia juga sudah meminta ijin kepada pak Dedi, untuk mengurus visa sebentar, karena sang adik telah di temukan. Pak Dedi bersyukur bahwa saudaranya telah di temukan, ia tidak tahu akan berkata apa, karena atasannya begitu baik, beliau memberinya advance cuti, padahal ia disini baru kerja tiga bulan ia bekerja. Tapi demi rasa kemanusiaan, beliau mengijinkan dirinya. Ia sangat berterima kasih kepada beliau yang telah mengijinkannya dirinya cuti beberapa hari. Hanum berjanji ia akan loyalitas kepada perusahaan, yang telah memberinya cuti di awal. Andai saja adiknya tidak kabur seperti ini, ia tidak akan mengambil cuti terlalu dini. Lebih baik ia pulang ke kampung halaman, bertemu dan ke dua orang tuanya.
Tibra menepati janjinya, laki-laki itu datang tepat waktu dan lalu mengurus visa di kedutaan. Hanum mengatakan kepada Tibra, ia hanya ijin sebentar karena kerjaannya telah menumpuk, dan ia juga harus menutup absen besok. Setelah pengurusan visa selesai, Tibra mengantar Hanum kembali.
Hanum melangkahkan kakinya menuju lobby, ia melirik Daniar di sana. Ia memandang wanita itu dengan berani. Wanita inilah yang telah merebut Jo darinya. Wanita itu sukses menghancurkan hubungannya. Walau sekarang ia memang akan melupakan Jo, tapi ada rasa tidak terima Daniar melakukan itu terhadapnya. Ia tidak bersalah dalam hubungan ini, justru wanita inilah yang merasa bersalah karena telah berani merebut kekasih sahabatnya sendiri.
Hanum menarik nafas, dan ia melangkahkan kakinya menuju meja counter receptionis, ia mendekati Daniar. Sepertinya wanita itu mengalihkan tatapannya. Sekarang wanita itu tidak bisa mengelak lagi, karena ia telah berdiri di hadapannya. Tamu juga sedang sepi, hanya ada diri dan Daniar di sini. Ada beberapa tamu hotel yang duduk di lobby, itupun posisinya jauh darinya.
"Saya tidak menyangka kamu ternyata bermain di belakang saya," ucap Hanum, memperhatikan Daniar. Wanita itu hanya diam, seakan takut terhadapnya.
"Kamu hebat dan sukses, telah merebut Jo dari saya. Kamu tidak lebih dari wanita yang menghalalkan segala cara, untuk mendapatkan kepuasan kamu," ucap Hanum.
"Saya tahu, bahwa Jo adalah laki-laki potensial, mempunyai masa depan yang cerah, dan dia pantas di perebutkan oleh siapa saja. Banyak sekali kejadian seperti itu, bahkan yang terang-terangan di depan umum,"
"Kamu adalah wanita itu salah satunya. Semoga kalian bahagia," ucap Hanum, ia memandang iris mata Daniar dengan berani. Hanum melangkahkan kakinya meninggalkan Daniar begitu saja.
Daniar tidak sanggup lagi, jika hanya berdiam diri seperti ini, kata-kata Hanum sungguh pedas, dan tajam.
"Jangan salahkan orang ketiga, jika orang pertama tidak bisa menyenangkan. Hidup itu, tidak hanya sebatas tentang hidup, kamu justru harus belajar bagaimana menghargai seseorang. Karena seseorang butuh sandaran dan tawa. Tidak selalu tentang kamu," ucap Daniar, karena ia memanas atas ucapan dari Hanum.
Hanum menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Daniar, disana. Hanum menyunggingkan bibir wanita ular itu,
"Ya tentu saja kamu akan melakukan itu semua, karena kamu orang ketiga, sudah sepantasnya kamu membuat itu terasa menyenangkan. Tapi sebagai seorang wanita, tidak akan melakukan itu, karena saya tidak setega itu," Hanum lalu berjalan meninggalkan Daniar begitu saja.
Sementara Daniar, menatap punggung Hanum dari belakang. Ia menepis air matanya yang jatuh. Ia memang setega, itu terhadap Hanum. Ia memang bersalah atas hubungan ini, seharusnya ini tidak akan terjadi terhapa dirinya. Dirinya memang terlalu bodoh, dengan mudahnya jatuh atas pesona Jo. Dari awal hubungannya memang salah
**********
"Serius kamu sudah putus dari Jo,"
"Ya, sudah," ucap Ajeng.
"Apakah Jo selingkuh?" Tanya Ajeng, ia menggeser kursinya mendekati Hanum.
"Ya," ucap Hanum, ia memeriksa satu persatu absen karyawan, karena ia akan menutup absen besok.
"Pasti dia selingkuh dengan Daniar?" Ucap Ajeng.
Hanum mengerutkan dahi, ia lalu menoleh ke arah Ajeng. "Dari mana kamu tahu," ucap Hanum.
"Dulu saya pernah sekali memergoki Jo dan Daniar, diparkiran. Tapi saya tidak mengatakan kepada kamu, karena saya tidak ingin terlalu ikut campur urusan pribadi kamu,"
"Ya, tidak apa-apa, saya juga akan melupakan laki-laki brengsek itu,"
"Kamu sabar ya Han, dan saya tidak percaya bahwa Daniar lah orang ketiga dalam hubungan kalian,"
"Mereka memang penghianat. Sudahlah jangan membicarakannya lagi, ingin rasanya saya membunuh mereka berdua,"
Ajeng lalu tertawa, ia melirik Hanum kembali menekuni kerjaanya.
"Saya orang nomor satu, mendukung kamu untuk membunuh mereka,"
"Saya hanya bercanda Jeng,"
Ajeng kembali tertawa, dan ia melirik Hanum yang menekuni hasil laporannya.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
PESONA CINTA CEO (SELESAI)
Romance"Kamu namanya Hanum?" Tanyanya. Hanum mengangguk, suara itu terdengar sexy. "Iya" ucap Hanum. "Saya, Jonatan, panggil saja Jo". Hanum mengerutkan dahi, masalahnya nama itu sedikit berbeda dari nama yang dibilang Sam, itu adalah Beny bukan Jonatan. ...