BAB 11

2.8K 66 1
                                    

Rafa benar-benar memanjakannya, Rafa begitu romantis. Pagi-pagi sekali Rafa memberinya sebuket bunga mawar merah disertai sarapan pagi. Teh mawar yang harum, serta sandwich, ditambah buah apel segar sudah berada dikamarnya.

Rafa pandai sekali memikat wanita. Rafa memberinya sebuah jam tangan, jam tangan itu begitu simpel, ia tahu jam tangan itu tidaklah murah. Karena Arin tahu, jam tangan itu berlabel brand ternama. Rafa mengatakan cinta kepadanya. Arin tidak kuasa menolak kehadiran Rafa didekatnya. Arin tidak tahu berkata apa kepada laki-laki itu. Selain romantis, tampan, Rafa juga royal. Arin tidak tahu seberapa banyak uang laki-laki itu, sehingga tidak ada habisnya ia menghabur-hamburkan uang, hanya demi dirinya.

"Lumayan" ucap Rafa. Setelah melihat jam melingkar di tangan Arin.

"Terima kasih".

Rafa memeluknya, Arin membalas pelukkan Rafa. "Saya bahkan tidak ada memberi apa-apa kepada kamu" ucap Arin.

"Kamu tidak perlu memberi apa-apa kepada saya, cukup berada didekat saya".

"Apakah uang kamu tidak habis, membeli barang-barang berharga seperti ini".

Rafa tertawa, ia mengecap pipi Arin, "Uang saya tidak akan habis hingga tujuh turunan, mungkin" ucap Rafa.

"Sombongnya".

"Tentu saja, ini berkat kerja keras saya selama ini. Untuk apalagi uang saya, selain untuk orang yang saya cintai. Saya akan mengajak kamu kesuatu tempat".

"Kemana?" tanya Arin.

"Salah satu hobi saya" Rafa mengedipkan mata.

"Hobi kamu?" Arin mengerutkan dahi.

"Ayo ikut saya" Rafa lalu menariknya.

******

Arin mengikuti langkah Rafa, hingga di depan lobby hotel. Arin terpana menatap sebuah mobil SUV hitam, Arin tidak bertanya, dari mana mobil mewah itu ia dapatkan. Rafa membuka pintu mobil untuknya, dan mempersilahkan ia masuk. Sementara Rafa lalu menghidupkan mesin mobil dan lalu minggalkan area hotel.

"Kita akan kemana?" Tanya Arin.

"Ke suatu tempat" ucap Rafa.

"Saya jadi penasaran".

Rafa tersenyum, kembali melirik Arin, "Saya hanya ingin kamu tahu, salah satu hobi saya".

"Oke".

Tidak beberapa lama, Rafa memakirkan mobilnya di salah satu pangkalan. Arin menatap lapangan tidak terlalu luas, Rafa lalu menarik tangannya, menuju lapangan. Arin mensejajarkan langkahnya, ia tersenyum menatap Rafa.

Arin terpana menatap sebuah helikopter, pintu itu setengah terbuka. Seorang laki-laki, menyambut kedatangan Rafa. Laki-laki itu sepertinya teman Rafa, mereka terlihat akrab.

"Sayang, dia teman saya, namanya mr. Arnold".

Arin tersenyum, dan mengulurkan tangan. Laki-laki itu menyambutnya dengan hangat.

"Ayo masuk" ucap Rafa.

"Masuk kedalam?" Tanya Arin. Rambutnya terbang menutupi sebagian wajahnya, oleh terpaan angin baling-baling helikopter.

"Iya" ucap

"Jangan bilang ini salah satu hobi kamu" Arin mencoba memastikan.

"Tentu saja, ini salah satu hobi saya".

"Wow" Arin takjub, ia tidak menyangka Rafa memiliki hobi menaiki sebuah helikopter.

Arin lalu masuk kedalam, dan ia lalu duduk bersama mr. Arnold. Sementara Rafa duduk didepan, ia tidak menyangka Rafa memiliki ijin untuk mengendarai sebuah pesawat seperti ini.

Arin memasang earphone, begitu juga Rafa, sepertinya sudah bersiap-siap untuk terbang bersamanya.

"Saya punya lisensi untuk menaiki helikopter, kamu jangan takut" ucap Rafa, ia mengedipkan mata kepada Arin.

Arin hanya bisa diam, ia terlalu terpana kepada Rafa. Oh Tuhan jantungnya tidak bisa berhenti berdegup kencang, jika seperti ini. Rafa benar-benar menerbangkan helikopter bersamanya, di ketinggian 400 kaki. Arin menatap pemandangan indah dari ketinggian. Ini merupakan pertama kalinya ia menaiki helikopter. Ini pengalaman berharga, sementara mr. Arnold mengacungkan jempol, ketika Rafa menaiki ketinggian. Arin hanya bisa tersenyum dan terpana menatap Rafa, ia semakin tampan jika seperti ini. Rafa sangat sempurna, oh Tuhan kenapa ia bisa jatuh hati kepada laki-laki itu.

Arin menatap pemandangan indah dari ketinggian, ia menatap laut, gunung serta gedung bertingkat. Arin tersenyum senang, ia melirik Rafa masih fokus, ia seorang pilot. Arin tersenyum penuh arti.

Setelah beberapa jam berlangsung, Rafa sudah mendarat. Rafa tersenyum dan lalu melangkah mendekati Arin. Ia memeluk tubuh Arin, sementara mr. Arnold sudah pergi kembali bersama helikopternya.

"Saya tidak menyangka kamu ternyata bisa menjadi seorang pilot".

"Saya pernah pendidikan beberapa bulan saja, untuk mencari lisensi penerbangan".

Inilah salah satu hobi Rafa, bisa dikatakan tidaklah murah. Ia harus menghabiskan berapa uang menyewa sebuah helikopter itu, atau laki-laki itu malah sudah memiliki helikopter sendiri dirumahnya.

"Terima kasih sudah mengajak saya terbang, ini pertama kalinya saya menaiki sebuah helikopter" ucap Arin.

"Sepertinya nanti kamu membiasakan diri seperti ini, jika bersama saya".

Arin nyaris tercengang, mendengar penuturan Rafa. Rafa lalu menarik pinggang Arin, Arin membalas pelukkanya. Saling menatap dan saling menginginkan satu sama lain. Rafa mengelus bibir lembut Arin dengan jemarinya, dan ia lalu mencium bibir lembut Arin di tengah-tengah lapangan.

*****

Malam ini Rafa putuskan untuk tidur bersama kekasihnya, hanya sekedar memeluknya. Rafa mencium puncak kepala Arin. Arin mengelus dada bidang Rafa.

"Saya bahagia bisa mengenal kamu".

"Saya juga" ucap Rafa, dikecupnya lagi puncak kepala itu. Ia lalu menatap iris mata Arin. Mata itu begitu bening, berwarna coklat terang.

"Saya adalah wanita yang paling beruntung dipertemukan laki-laki seperti kamu".

Rafa menatap Arin, ia yakin Arin mulai mencintainya. Ia lalu mengelus punggung Arin, "malam ini saya akan memeluk kamu, karena saya tidak ingin kehilangan kamu" ucap Rafa, ia bersungguh-sungguh.

Arin semakin mengetatkan pelukkanya, ia menghirup aroma parfum mint dari tubuh Rafa, aroma itu begitu menenangkan. "Semoga ini tidak pernah berakhir" gumam Arin.

Rafa kembali menatap Arin, Arin membalas tatapannya. Rafa lalu mengecup bibir tipis itu.

"Tidurlah, ini tidak akan pernah berakhir sayang".

*****

SKANDAL ADIK IPAR (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang