Happy reading...
📣
Zanna mencebik kesal. Memukul tangan orang yang dengan seenaknya menjambak rambut yang sudah sepenuh hati ia jaga dan rawat.
"Jangan pegang-pegang rambut gue sembarangan, bisa nggak sih," gerutunya.
Tapi sepertinya orang yang melakukan itu punya telinga yang tersumpal kotoran. Bukannya melepaskan rambutnya, tangan orang itu makin bergerilya di rambut legam Zanna.
"Troy! Lepasin, nggak!"
"Masih pagi, hawa masih seger, nggak usah teriak-teriak kayak gitu, bisa nggak sih," Troy membeo ucapan Zanna dengan ejekan, tangan kanan cowok itu melepaskan rambut Zanna.
Zanna mengusap-usap kepangan rambutnya yang berantakan gara-gara ula cowok itu. Sesekali matanya mendelik pada Troy yang melipat tangan di dada sambil cengengesan. Lihat mukanya aja, sumpah, bikin Zanna pengin sekali memukulnya dengan payung lipat.
"Jadi..." Troy berkelakar sembari memasukkan tangan kiri ke saku celana, sebelah bahunya bersandar di tembok. "Gagal lagi dong aksi ngendap-ngendap lo pagi ini."
Zanna mengabaikan ocehan Troy, sibuk merapikan rambut yang mencuat dari ikatan.
"Lagian lo lucu ya. Kita itu sekelas, tapi lo menghindari gue kayak kita nggak bakal ketemu gitu."
Merespons ocehan Troy, Zanna memasang wajah masam. Jangan salah. Menghindari Troy bukan perkara karena Zanna takut. Tapi saking gedeknya, dia jadi malas banget berurusan sama cowok itu. Percaya tidak percaya, kalau sedari pagi Zanna bertemu cowok menyebalkan itu, sudah pasti deh selanjutnya hari-harinya bakalan penuh dengan kesialan dan musibah.
"Itu mata lama-lama gue cungkil lho," tegur Troy dengan nada mengancam yang dibuat-buat. Tanpa Zanna sadari sambil merapikan rambut, matanya melototi Troy. "Tatap gue dengan penuh cinta, lo kan ngefan sama gue, Za."
Zanna berdecak. "Ngomong sama lo pagi-pagi bikin otak gue mengecil, tahu. Ngerusak mood aja."
"Oh pantasan, daya berpikir lo jadi agak cetek. Ngeyel terus tiap gue kasih tahu menghindar dari gue itu nggak ada gunanya. Ternyata itu penyebabnya, otak lo mengecil."
Bibir Zanna mengerucut. Seenak jidat banget nih orang ngomongnya. "Lo tuh yang nggak berguna. Hidup cuma numpang napas doang sama gangguin orang. Bangga," Zanna menyemprot tak terima.
"Siapa bilang gangguin lo nggak berguna. Nih ya gue kasih tahu, gue itu dikirim Tuhan buat menguji kesabaran orang-orang, salah satunya elo."
"Ngomong deh lo sama tembok," Zanna mendengus. "Minggir, ah!" didorongnya lengan Troy kuat-kuat supaya cowok itu menyingkir dari hadapannya, tapi tubuh jangkung itu sama sekali tidak bergerak seinci pun.
Troy itu ya, kayaknya senang sekali membuat Zanna dongkol. Lihat saja, cowok itu langsung tertawa begitu melihat Zanna makin kalap. Kemudian sambil tertawa, cowok itu memberikan Zanna jalan.
Saat mulai melangkah meninggalkan muka koridor, Zanna tahu tidak akan semudah ini terbebas dari Si Biang Kerok. Benar saja, ketika diliriknya, Troy mengikuti di belakang.
Sampai di depan kelas XII S7, pintu ruangan itu tertutup. Tumben-tumbenan juga kelasnya yang penuh dengan sarang orang-orang bermasalah itu sunyi senyap bak kuburan. Bukan pemandangan langka sebenarnya, karena Zanna mulai hapal tabiat penghuni di kelas itu. Jika sudah menunjukkan gejala-gejala seperti ini, pasti terjadi karena satu hal.
Sebelum Zanna mencapai pintu kelas, Troy mengulurkan tangan untuk membukakan pintu.
"Nih, kurang baik apa gue sama lo. Di mana-mana fans yang memperlakukan idolanya kayak raja. Sama gue, lo yang gue bikin kayak ratu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi (END) TELAH TERBIT
JugendliteraturDulu Zanna mengidolakan Troy karena suaranya yang merdu. Tapi itu sebelum Zanna tahu kalo Troy pembuat onar sejati. Namanya jadi urutan teratas dalam daftar siswa paling bermasalah di SMA Nusa Bangga. Zanna mundur teratur dan berusaha menjauhkan dir...