Troy mengumpat saat mereka tiba di pasar dan Fatiya baru mengatakan kalau gadis itu tidak tahu wajah anak yang akan mereka temui.
"Kenapa nggak lo bilang dari tadi?"
"Mi-an-haeyo. Gue lupa saking cemasnya," Fatiya meringis. "Tapi sih dari yang pernah Zanna ceritain, anak itu namanya Opit. Dia jualan kue di sini," gadis itu menatap berkeliling. "Kita cari aja anak kecil yang bawa dagangan kue. Pasti ketemu deh nanti," serunya optimis.
Troy memandang Fatiya dengan mata menyipit. "Konyol banget. Di sini banyak orang."
Fatiya tampak memikirkan ucapannya. Sebenarnya ada satu cara yang terpikir, tapi Troy tidak tahu seberapa efektif cara ini akan membuahkan hasil. Mengingat sudah sampai di tempat ini dan berarti harus ada yang dilakukan, meskipun itu sama konyolnya dengan apa yang diusulkan Fatiya tadi.
"Gue butuh buku tulis dan spidol," ujar Troy.
Beberapa detik Fatiya memasang wajah penuh tanya ke arah Troy, sebelum mengeluarkan benda yang Troy minta.
Meletakkan buku tulis di atas jok motor, Troy mulai menulis. Begitu selesai, dia merobek lembar yang ditulis itu dari buku dan memperlihatkannya pada Fatiya, yang langsung dibaca oleh gadis itu.
"Kami mencari Opit penjual kue. ZANNA."
Awalnya alis Fatiya mengerut, tapi tidak sampai dua detik, gadis itu tersenyum lebar kegirangan. Nyaris melompat-lompat yang langsung membuat Troy menggeleng pelan.
"Ide lo canggih bener, Troy. Daebak! Daebak!"
Troy tidak berkomentar apa pun. Diserahkannya buku tulis, spidol berikut kertas pengumuman yang telah dibuatnya kepada Fatiya.
"Lo angkat nih kertas tinggi-tinggi, kita puterin pasar."
"Gue?"
"Iya, lo."
Wajah Fatiya terlihat keberatan. "Badan lo kan, tinggi. Lebih bagus kalo lo yang pegang, semua orang jadi bisa lihat."
"Yang kita cari siapa?"
"Zanna."
"Temannya siapa?"
"Temen gue," Fatiya menjawab bergumam.
Troy bertolak pinggang seraya menunduk menatap Fatiya. "Masih bagus gue mau ikutan pusing kayak gini nyari temen lo yang hilang. Jadi harusnya lo berterima kasih karena gue bantuin."
Pada akhirnya Fatiya mengangguk-angguk.
Mereka mulai memutari pasar. Kendati merasa konyol, toh Troy melakukannya juga; meneliti anak laki-laki yang membawa dagangan kue di sepanjang area pasar yang mereka lalui.
Setengah jam lebih mereka menyusuri pasar tanpa membuahkan hasil. Troy mulai hilang sabar, sementara Fatiya masih gigih memegang kertas pengumumannya.
"Nggak efektif. Mau sampai kapan muter-muter begini?"
"Lo punya ide lain nggak?"
Troy menunduk menatap Fatiya. "Ada."
Wajah berpeluh Fatiya memunculkan binar-binar harapan.
"Apa? Apa?" serunya antusias.
"Pulang ke rumah, tidur dan bersantai."
Seketika suara desahan kecewa keluar dari mulut Fatiya.
"Sepuluh menit lagi deh, kalo belum ketemu juga, kita pulang."
Selama batas waktu yang ditenggatkan, anak kecil bernama Opit itu tetap tidak mereka temukan.
"Terpaksa deh ngomong jujur ke orangtuanya Zanna," seraya melangkah kembali ke tempat parkir, Fatiya menoleh pada Troy. "Lo mau kan bantuin gue ngomong ke mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi (END) TELAH TERBIT
Novela JuvenilDulu Zanna mengidolakan Troy karena suaranya yang merdu. Tapi itu sebelum Zanna tahu kalo Troy pembuat onar sejati. Namanya jadi urutan teratas dalam daftar siswa paling bermasalah di SMA Nusa Bangga. Zanna mundur teratur dan berusaha menjauhkan dir...