1. Mirip Stadion Bola

5.9K 337 15
                                    

Bismillah
Happy reading guys

🔔


"Naaa...!!!"

Teriakan melengking sekaligus gebukan suara pintu terdengar sayup-sayup di gendang telinga Zanna, tapi ia tak merespons, membiarkan kedua suara itu yang selama separuh usianya bertugas sebagai alarm berjalan.

"Woi, Zanna, banguuun...!"

Zanna mengerang pelan, tanpa ingin mengubah posisi tidurnya. Rasanya terlalu berharga melewatkan waktu tidur yang tinggal beberapa detik ini demi membungkam Si Alarm Berjalan.

Setelah beberapa saat, barulah Zanna mengubah posisi tidur hingga menelungkup, lalu mengangkat bokong. Kebiasaan yang sering dilakukannya sebelum mengambil ancang-ancang untuk bangkit dari tidur.

"Na! Sekolah nggak sih lo?! Pagi ini gue ada mata kuliah tahu, bodo amat deh, mau bangun mau nggak. TERSERAH LO!"

Masih dengan mata yang melekat sempurna, Zanna berdecak dan membalas dengan suara kencang. "Berisik banget sih, Net. Ya, ya gue udah mau bangun nih."

Setelah itu, suara Si Alarm Berjalan pun tak terdengar lagi. Zanna berhitung sampai sepuluh, kemudian tanpa membuka kedua mata, diturunkannya kaki dan berjalan menuju pintu. Dia menarik handuk yang tergantung di daun pintu. Selagi memutar anak kunci, Zanna perlahan-lahan membuka kelopak mata.

Ritual mandi dan bersiapnya pun tergolong singkat, hanya membutuhkan waktu lima belas menit. Lebih cepat dibanding Zaira, kakak perempuannya yang bisa menghabiskan waktu hingga satu jam lamanya. Kadang Zanna heran, apa sih yang dilakukan Kak Zaira di kamar mandi, sampai bisa selama itu? Tidur atau apa.

Sebelum Zanna sampai di ruang makan, riuh gemuruh suara dari tempat itu kedengaran mulai di anak tangga.
Sesampainya di meja makan, hampir semua anggota keluarganya sudah berkumpul di sana. Pantas saja suaranya seperti lagi ada di stadion bola.

Jangan bayangkan keadaan meja makan yang rapi, teratur dan khidmat. Ini keluarga Zanna, keluarga paling heboh dan rempong seRT 62. Intip aja deh rumah-rumah di RT 62, mana ada yang pagi-pagi begini pemandangannya sekacau ini.

Berlebihan? Oh, tentu saja tidak. Tunggu dan rasakan sendiri ketika terlahir dengan lima orang saudara kandung, berikut tiga binatang peliharaan yang terus mengeong dan mengonggong mengitari meja makan. Oh ya, dan jangan lupakan juga lima ekor kelinci peliharaan Ziya yang ada di halaman belakang.

Zanna mendengus pelan, seolah-olah hanya dirinya saja makhluk waras di rumah tanpa terlibat kekacauan. Padahal sih sama saja. Zannara Liansya juga punya potensi yang sama untuk membuat suasana di meja makan bertambah ricuh lagi dari ini.

Di meja itu hanya tersisa satu kursi yang belum terisi. Zaira belum muncul batang hidungnya. Jangan tanya kapan makhluk itu akan muncul, kericuhan model seperti ini katanya selalu membuat Ratu kecantikan itu sakit kepala. Jadi dia baru akan muncul saat semua orang sudah pergi.

"Good morning everybody!" Dengan jeritan setara toak Zanna menyapa seluruh penghuni meja makan. Tapi tidak ada satu pun penghuni di tempat itu membalas sapaannya. Hal yang biasa. Tapi lucunya selalu ia lakukan berulang-ulang. Hanya Alfonso kucing peliharaan Zannet yang terpekik dan menatap Zanna sesaat sebelum kembali menggosok-gosok kepala di kaki majikannya. Kucing belang putih hitam itu memang penghuni rumah yang paling sensitif, selalu terkejut mendengar suara keras. Padahal sejak bayi, kucing itu tinggal di rumah ini dalam kondisi rumah yang setiap hari selalu gaduh.

Di meja makan tangisan Zidan mendominasi. Berbaur bersama suara Zannet yang sedang mengomeli Zanira, adiknya yang berusia delapan tahun karena tidak mau memakan sarapan yang sudah Zannet buat.

Distorsi (END) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang