28. Sebuah Permohonan

704 107 0
                                    

Saat mata Zanna membuka, hal pertama yang ditangkap olehnya adalah ruangan yang didominasi dengan warna putih. Untuk sejenak Zanna perlu menyambung memori yang terputus, merangkai kembali peristiwa sebelum kesadarannya hilang.

Begitu rangkaian kejadian yang menimpanya dan Troy beberapa waktu lalu tervisualisasi, kontan mata Zanna membelalak. Tubuhnya langsung bersiaga bangkit. Memindai tempat dia berada sekarang.

Di mana Troy?

Di ruangan itu, Zanna hanya seorang diri. Lalu dia melihat pintu ruangan sedikit terbuka. Saat Zanna bergerak mendekati pintu, sebuah percakapan samar antara suara laki-laki dan perempuan terdengar.

Zanna putuskan melewati pintu itu, agar pembicaraan itu terdengar semakin jelas.

"Siapa dia?" tanya suara perempuan.

"Sepertinya teman Troy, Bu."

Mendengar nama Troy disebut, refleks Zanna memajukan tubuhnya.

"Kenapa kalian ikut membawanya? Saya bilang jangan libatkan orang lain dan minimkan saksi mata."

"Maaf, Bu, tapi saat pengeksekusian, gadis itu sedang bersama Troy."

"Kenapa kalian juga membiusnya?"

"Sebagai tindak pencegahan, Bu. Karena setelah kami membius Troy, gadis itu tiba-tiba jadi tidak kooperatif. Dan itu bisa menyulitkan kami ketika di bawa ke mari."

Ingatan Zanna saat salah satu orang berpakaian hitam itu, menusukkan jarum ke kulitnya, membuat Zanna sedikit bergidik. Melenyapkan bayangan itu, Zanna beralih memikirkan Troy.

Kira-kira di mana mereka menyembunyikan Troy?

"Apa kami perlu mengembalikan gadis itu ke rumahnya?" tanya suara laki-laki, yang Zanna duga adalah pelaku penculikan dirinya dan Troy.

"Tidak usah. Biarkan saja gadis itu di sini. Kalau kita memulangkannya, akan terjadi kekacauan nanti. Urusannya bisa sampai ke polisi." 

"Apa masih ada yang harus kami kerjakan, Bu?"

"Saya rasa sudah cukup. Terima kasih atas bantuannya. Tapi untuk berjaga-jaga, kalian boleh standby saja di luar. Takutnya anak itu akan bertindak di luar kendali saat tahu dia ada di mana."

Berselang setelah itu, terdengar suara ketukan sepatu berhak beradu dengan lantai. Lama-lama suaranya kian menjauh. Zanna memutuskan mengikuti perempuan itu. Masih di dalam ruangan yang sama, Zanna melewati sebuah pintu. Aroma yang terendus samar di penciumannya terasa tidak asing dan begitu khas obat-obatan. Zanna tak berani menebak meski dia sudah memiliki jawaban.

Langkahnya mendadak terhenti, ketika melihat orang yang dicarinya berada di balik pintu itu tengah duduk di sebuah kursi dengan tubuh terikat. Tak jauh dari posisi Troy berada, berdiri seorang perempuan muda mengenakan setelan blazer berwarna coklat muda.  Cowok itu sepertinya baru saja siuman. Dan matanya menatap perempuan itu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. 

Satu-satunya yang Zanna pikirkan saat melihat Troy terikat di kursi adalah ingin segera menyelamatkannya. Tapi perempuan yang ada di sana, yang tengah menjadikan Troy  sebagai objek penglihatan tampak seperti tidak berbahaya. Raut lelah dan putus asa yang mendominan wajah perempuan itu, menghentikan keinginannya.

"Jadi lo yang ngelakuin ini!?" Itu suara Troy.

"Troy, saya minta maaf karena harus membawa kamu ke mari dengan cara seperti ini. Saya nggak punya pilihan lain. Saya terdesak."

"Berengsek! Lepasin gue." 

"Saya tahu itu nggak nyaman. Tapi maaf Troy, tali itu akan terus terikat di tubuh kamu. Kecuali kalau kamu berjanji tidak akan pergi, saya akan melepaskanmu."

Distorsi (END) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang