6. Hot Chili

1K 154 4
                                    

Zanna mengempaskan tubuhnya di atas kasur begitu selesai mengerjakan PR Ekonomi. Diliriknya jam yang saat ini menunjukkan pukul sepuluh kurang sepuluh menit. Sejak memasuki kelas dua belas ini, judulnya tiada hari tanpa PR. Dalam sehari selalu ada saja tugas yang harus dibawa pulang.

Sepertinya guru-guru di kelas dua belas ini, tidak rela membiarkan otak murid-muridnya tenang barang sebentar. Kurang apa coba, di sekolah tujuh jam otak dicecoki pelajaran. Lalu di rumah pun masih juga harus mengerjakan hal yang sama.

Mending kalau di kelas Zanna punya partner menyontek yang bisa diandalkan. Nah ini, jangankan berdiskusi soal pelajaran, hampir semua teman-teman di kelas justru mengandalkan dirinya. Malah mereka yang katanya sudah bertobat pun menanyakan soal pelajaran pada Zanna.

Alasan itu juga yang membuat Zanna harus belajar lebih giat. Hal itu dilakukannya lebih karena dia sendiri tidak punya tempat untuk menggantungkan diri, seperti di kelas-kelas sebelumnya.

Untung saja sakit di kepalanya sudah hilang setelah dia minum obat, pulang sekolah tadi.

Selama mengerjakan PR, selain fokus pada materi, Zanna juga harus berjuang ekstra keras menghalau kejadian mengerikan saat di kantin siang tadi.
Sepanjang waktu ini, seperti mimpi buruk yang jadi kenyataan di siang bolong, kejadian itu menghantuinya terus-terusan. Gara-gara memikirkan kejadian itu pula, Zanna sampai nyaris melupakan PRnya.

Dalam kondisi yang paling mengerikan sekalipun, dia tidak pernah membayangkan akan terjebak dalam situasi seperti itu. Memang sih, Troy belum sampai menciumnya. Tapi tetap saja, baginya tindakan itu menjadi sebuah ancaman. Ditambah dilakukan oleh Troy.

Zanna tahu sejarah cowok itu. Bagaimana dan tindakan kurang ajar apa yang Troy dan teman-temannya lakukan pada beberapa murid perempuan di sekolah.

Membayangkannya saja Zanna sampai bergidik ngeri. Memang, sebelum hari ini gangguan Troy padanya tidak sampai menjurus ke pelecehan. Zanna tidak mau menganggapnya keberuntungan karena selama ini Zannalah yang selalu bersikap waspada. Kemarin dia benar-benar lengah sampai bisa kecolongan. Lagipula tumben-tumbennya juga cowok itu pergi ke kantin yang sama dengan Zanna. Biasanya, kan, cowok itu pergi ke kantin yang ada di belakang gedung.

Dan setelah kejadian hari ini, kemarahan dan ketidaksukaan Zanna pada cowok itu rasanya jadi semakin besar saja.

Namun ada satu hal yang Zanna pelajari dari cowok itu. Jangan pernah menantangnya! Kalau sampai menantang, itu sama dengan memberi jalan Troy bertingkah semakin semaunya. Kejadian di kantin tadi siang adalah buktinya. Zanna pun tidak luput dari rasa cemas dan takut. Bagaimana kalau cowok itu bertingkah lebih kurang ajar dari hari ini?

Setelah berpikir dan menimbang sepanjang hari, lantas Zanna pun memutuskan untuk tidak lagi berkonfrontasi dengan Troy.

Apa pun yang terjadi, Na, lo harus memupuk kesabaran tingkat tinggi.

Berkat kejadian itu juga, sekarang Zanna jadi makin mengerti, seperti apa persisnya, ketakutan yang dirasakan oleh mereka yang pernah menjadi korban Troy dan teman-temannya itu. Termasuk apa yang dirasakan Lilian dulu.

Menyebutkan nama itu, merobek lebih lebar lagi rasa sedih dan pahit yang tertinggal. Juga kekecewaan dan rasa bersalah yang tak bisa pernah dibayar, seberapapun usaha yang dilakukannya untuk menata keadaan, tetap tidak bisa mengembalikan apa yang telah pergi.

Zanna meraih bantal lalu menutup wajahnya dengan benda itu. Usaha meredam jerit frustasi yang hanya mampu tersuarakan sampai di tenggorokan.

Kenapa sih orang-orang seperti Troy harus lahir ke dunia dan membuat kekacauan?

Distorsi (END) TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang