23 (Vacation 2)

254 30 14
                                    

Dug.. dug.. dari tadi Kage menendang bola ke arah tembok. Gabut. Enggak bisa kemana-mana karena hujan deras di luar.

Ini anak entah kepikiran apa, sempat-sempatnya bawa bola sepak karena dia pikir bisa dimainin selama liburan. Kalau pun Manafi enggak mau diajak, masih ada Memi.

Dua peserta lain juga udah diselimuti kegabutan. Manafi sih enak ada pelarian, dia ulang-ulang belajar vocabulary karena sehari setelah liburan, dia ikut tes di salah satu universitas di Australia. Manafi enggak sepenuhnya paham bahasa Inggris, lidahnya masih suka keseleo dan kadang omongannya jadi suka enggak jelas.

Memi. Betah dia main ps. Walau game yang dia mainkan itu game yang open world gitu tapi yang ditelusuri Memi cuma di daerah situ situ aja. Enggak jalanin misi, atau yang berbobot biar game-nya tamat.. malah muteeeer enggak jelas.

Kage akhirnya lelah juga, "Aduuuh! Gabut giniiii. Ngapain kek gitu"

"Ya mau ngapain emangnya. Hujan tuh! Enggak lihat apa" tunjuk Manafi ke pintu kaca yang mengarah ke teras belakang.

Kage emang dasarnya enggak bisa diam sih. Makanya sekali enggak ada kegiatan, tubuhnya jadi semakin gatal pengen gerak.

Ujung-ujungnya, dia duduk di samping Memi. "Tukar game-nya" perintah Kage.

"Ck. Aku udah males, kamu aja deh yang main" si caplang malah naruh stick lalu naik ke kasur, baringan sambil pasang headset ke telinga.

Poor Kage.

..

..

..

Hujan akhirnya reda setelah tiga gadis yang tadinya bingung mau ngapain ketiduran di spot masing-masing.

Berhubung belum makan siang, ke tiganya keluar nyari makan. Sekalian menikmati hari terakhir liburan.

Jalan di sekitaran penginapan, dan mereka baru sadar kalau banyak yatai di sini. Bau bau bakaran yang semerbak menggoda mereka untuk duduk di salah satu yatai terdekat. Pesan yakitori, oden, yakisoba, ikayaki, sama okonomiyaki. Mereka kayak baru pulang merantau dari negeri orang dan udah lama enggak makan makanan khas Jepang. Semua dipesan. Gelap mata! Untung aja semua bisa dihabisin.

Kenyang, mereka lanjut jalan lagi. Lihat-lihat toko souvernir dan sekalian beli oleh-oleh karena besok pagi kayaknya enggak sempat. Kebagian pesawat pagi soalnya.

Pulangnya, mereka naik jinrikisha. Masing masing satu per-orang karena mereka juga punya banyak barang belanjaan.

Sampai ke penginapan. Sekarang permasalahannya adalah.. gimana caranya mereka enggak kena biaya tambahan gara-gara barang bawaan yang berlebih. Apa pulang naik bus aja atau shinkansen? Terus ini tiket pesawat mau dikemanain?

..

..

Packing selesai, mandi juga udah, mereka lanjut kesibukan masing-masing setelah sempat main uno stacko 5 ronde berturut-turut dan Manafi selalu berhasil keluar sebagai orang yang meruntuhkan susunan duluan.

Ada semacam hasutan yang berhembus ke telinga Memi sehingga tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Jalan keluar dan duduk di bangku panjang teras belakang yang langsung menghadap ke danau. Angin sepoi sepoi dan kadang terdengar bunyi cuit burung yang kebetulan terbang. Semakin lama Memi bersandar, dia malah hanyut sama suasana karena kebetulan Memi juga sambil dengerin rekaman alunan piano-nya Erika.

Kangen sih, tapi... Erika-nya rese.

Angin tiba-tiba agak kencang. Memi pindah ke pagar. Memerhatikan kegiatan beberapa warga sekitar yang pergi berlayar ke danau dengan kapal kecil.

The Caplang's, RETURN!!! (II) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang