Dua Puluh Tiga!

384 44 41
                                    

(...)

"Ugh!"

"Aduh"

Yap, Manaka jadi pemberhenti langkah Techi karena enggak sengaja nabrak Techi yang jalan buru-buru dan enggak lihat ke arah depan.

"Maaf, aku mau pergi. Terima kasih untuk semuanya" ucap Techi lalu dia menghindar dari Manaka.

"Eh eh kamu mau kemana?!"

Lagi lagi Techi enggak menjawab. Syuuuut, tangan Manaka sampai ke kerah baju Techi bagian belakang. Ditarik sampai anak orang hampir mati tercekik.

"Mau kemana kamu hah?! Di luar sana banyak bawahannya Yuuka. Kamu mau ditangkap dan keluarga ini disalahkan karena udah ikut sekongkol sama kamu?"

"Aduh! Lepasin!!"

"Pippiiii... Techi mau kabur" teriak Memi dari lantai dua.

"Kabur? Kabur kemana?"

"Manaka, ada apa?" Rika muncul dari dapur.

"Ini anak konglomerat, mau kabur dari sini. Padahal kemarin dia yang mohon-mohon buat disembunyiin"

"Kabur kemana sih Techi? Kamu udah aman di sini"

Techi menepis tangan Manaka yang masih menarik kerah bajunya.

"Cih. Ngapain aku bertahan di sini?! Kalian semua juga benci sama aku"

"Siapa yang bilang?" Ucap Manaka.

"Aku barusan! Apa kurang jelas?"

"Eeeeeeeh.. kok nyolot-"

"Apa?! Aku enggak takut!"

Wuhuu, Techi sukses membakar emosi Manaka dan sukses bikin Hinano, Nao dan Tamami ketakutan. Tidak bagi Rika, dia justru mendekat dan langsung memeluk Techi.

"Ummph! Kamu ngapain sih?!" Techi memberontak. Tapi pelukan Rika justru semakin erat.

Techi bahkan sampai memukul Rika, meski pelan. Rika tetap memeluk tubuh Techi. Manaka benar-benar enggak tau sama rencana pasangan hidupnya itu. Memi juga kebetulan udah turun dan udah pakai baju, menyaksikan langsung bagaimana sikap Techi yang menolak pelukan dari Rika.

"Sssst.." pelan tangan Rika mengusap kepala Techi. "Tante tau kamu anak yang baik. Tenang ya..." usapan tangan Rika seolah memiliki mantra dan membuat Techi tenang. Techi akhirnya luluh. Kepalanya menyandar di atas dada Rika hingga Techi bisa mendengar dengan jelas detak jantung milik Rika.

"Enggak ada yang benci sama kamu Yurina. Cobalah berfikir jernih. Selagi kamu menjadi orang yang baik, orang di sekitar kamu juga akan berperilaku baik ke kamu"

Tubuh Techi tiba-tiba gemetar. Tangisnya pecah dan tangan Techi meremas lengan Rika. Hingga dia enggak sanggup dan melepas teriakan yang cukup kuat. Ada semacam magnet atau karena naluri sebagai orang tua, Manaka ikut memeluk Techi dan juga ikut mengusap kepalanya.

"Terkadang kita merasa kecewa dengan diri kita sendiri sampai rasanya mau mati. Tapi ketahuilah... keluarga adalah satu-satunya tempat untuk menenangkan dirimu. Jadi ya.. jangan benci sama keluarga kamu ya, Techi" ceramah Manaka.

The Caplang's, RETURN!!! (II) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang