9

196 21 0
                                    

Minho POV

Siang ini aku dan Chaerin sedang berada di toko buku favoriteku, toko buku tua yang menjual buku bekas sampai yang baru terbit, dari yang bertema umum, pelajaran, karangan, di sini komplit. Aku membuka buku sejarah, yaa aku tertarik dengan evolusi yang ada di bumi, membayangkan nenek moyang manusia adalah monyet, dan hewan-hewan purba banyak yang berukuran besar, sekarang berukuran kecil. Untung kadal sekarang kecil, karena aku tidak menyukai binatang melata.
"Oppa!" Suara Chaerin menginterupsiku dari dunia khayalan. Gadis itu mendatangiku dengan membawa sebuah buku, "Aku sudah menemukan apa yang aku cari."
"Kalau begitu bagaimana kalau kita makan dulu?" Kataku karena perutku memang sudah lapar.

"Buku apa yang kau cari Chaerin_ah?" Tanyaku sembari memakan spagettyku.
"Ini tentang psikologi oppa" Jawab Chaerin setelah menyeruput es creamnya. Mendengar jawabannya aku
menaikan satu alisku, yeoja itu tertawa kecil melihatku.

 Mendengar jawabannya akumenaikan satu alisku, yeoja itu tertawa kecil melihatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun hanya sebentar ia tertawa, kemudian matanya kembali menerawang jauh. Aku pikir dia misterius. "Begini Minho oppa, aku punya rahasia, tapi kau jangan bilang siapa-siapa, ne" kata Chaerin dengan pelan.
"Kalau kau percaya padaku, katakan saja. Aku akan mendengarkan" kataku mulai mendengarkan dengan seksama.
"Aku sebenarnya punya saudara namja dongsaeng, kami kembar. Karena dia punya wajah yang manis, dan aku dari kecil suka sekali mengajaknya bermain salon-salonan." Chaerin mulai bercerita. "Kami saat kecil suka sekali memakai apapun kembaran, jadi kadang kala ia memakai bajuku, jepit rambutku, dan itu berlanjut sampai kami remaja. Menginjak SMP orang tua kami mulai melarang adikku memakai bedak dan lipblam, kadang dia membantuku mengerjai namja yang mengajakku kencan dengan menyamar menjadi aku. Kalau appa kami tahu, adikku pasti dipukul, padahal aku sudah menjelaskan dia hanya mau melindungiku." Chaerin mulai sedih, dan suaranya sedikit bergetar. Sedikit menarik nafas dan menghelanya pelan, Chaerin lanjutkan cerita, "Setelah lulus SMA aku dan dia mulai menjalani rutinitas yang berbeda, aku diharuskan belajar untuk masuk universitas dengan nilai bagus. Adikku diminta appa untuk membantu dia bekerja, dan aku tidak tahu apa yang terjadi sampai suatu pagi, dia pergi membawa baju dan orang tua kami tidak mencegahnya. Hanya eomma yang menangis di belakang appa..." Mata Chaerin berkaca-kaca, aku memberikan tissue padanya.
"Beberapa hari kemudian, aku menerima pesan dari adikku, yang berbunyi nonna, maaf aku tidak sama seperti namja seharusnya. Saat aku menanyakannya balik, pesan itu tidak terkirim, bahkan sampai sekarang nomernya, line, wa sudah tidak ada yang aktif." Chaerin menghapus airmatanya, yeoja itu menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Aku lihat Chaerin adalah yeoja yang kuat, dan tidak cengeng, berusaha sendiri menenangkan diri tanpa bantuanku. Aku mengusap bahu yeoja itu pelan.
"Aku berpikir, mungkin salahku dari kecil memaksanya memakai bajuku dan mendandaninya. Mungkin nanti kalau kita bertemu, aku bisa membantunya menjadi adik laki-laki yang seharusnya." Chaerin tersenyum hambar.
"Tapi Chaerin, kalau aku boleh memberi komentar, adikmu memang seorang namja, dengan dia berani keluar rumah, bekerja sendiri, dan hidup sendiri, itu berati dia punya jiwa kuat, dan itu pantas disebut namja" kataku berpendapat, membuat Chaerin tersenyum lega, "Gomawo Minho oppa" ucapnya singkat. Setelah kami menyelesaikan makan malam, aku mengantar Chaerin pulang ke rumahnya.
Saat perjalanan pulang aku mengingat cerita Chaerin hampir sama di beberapa bagian dengan cerita... Taemin. Baru saja sadar, ingin segera memastikan, aku mengebut menuju Cafe tempatku bekerja, aku rasa Taemin belum pulang karena masih jam 8 malam.

"Eoh Minho?" Key melihatku dengan bingung. "Mau pesan apa? Ada yang bisa saya bantu?" Goda Jonghyun hyung dimeja kasir.
"Ck. Taemin dimana?" Tanyaku balik pada Jonghyun hyung, Key dan Jonghyung saling bertatapan heran, dan mereka bersamaan kini melihatku dengan pandangan bingung, membuatku merasa seperti orang bodoh.
"Taemin tidak mengabarimu, Minho?" Pertanyaan Key membuatku tambah bingung, "Kabar apa?" Aku mengernyitkan dahi, agar mereka tahu aku tidak mau basa-basi.
"Taemin tadi siang memberi kabar, bahwa dia tidak bisa masuk karena mengalami kecelakaan." Jawab Jonghyun hyung yang membuat mataku membelalak.
"Ya Minho, katanya tangan kanan Taemin sampai harus di gips." Tambah Key yang membuatku semakin khawatir.
"Aku pergi ya hyung, terimakasih sudah memberi tahu." Dengan cepat aku meninggalkan caffee itu, dan bergegas pulang.

Trouble BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang