Aku tiba di Kota hampir tengah malam. Mang Darma sudah menungguku di parkiran stasiun kereta api. Lelah sekali rasanya tubuhku, ingin segera sampai dan merebahkan tubuhku.
Mobil merangkak pelan disela kemacetan Ibukota. Seolah tak mengenal waktu istirahat, selalu saja ada alasan bagi manusia untuk berkeliaran dijalanan selarut ini.
Kami tiba di rumah sekitar pukul Sebelas malam. Aku sambil menguap kemudian bergegas turun dan memasuki rumah.
Langkahku terhenti di ambang pintu, kedatanganku diributkan oleh suara Kiki dan Bi Darmi dari dalam rumah.
"Ada apa?!" seruku dari ambang pintu. Aku bahkan lupa mengucap Salam.
"Aku menemukan ini di ruang kerja Om Haris, Kak!" seru Kiki. Sambil menyerahkan sebuah bungkusan kain hitam, persis seperti milik Bapak yang diberikan padaku.
"Oh kupikir apa," Aku mengembuskan napas lega. Kemudian menghempaskan tubuhku di sofa. Badanku memang teeasa penat sekali.
"Lihat dulu, Non!" seru Bi Darmi.
Aku menatap Mereka bergantian. Ada apa lagi ini...Kutegakkan kembali tubuhku, kemudian mengambil bungkusan tersebut dan membukanya.
Hanya sebuah buku di dalamnya, ya, hanya buku!
Tapi... Tunggu dulu!Ada yang lain selain itu.
Aku melemparkan bungkusan hitam itu ke lantai. Kemudian melompat menaikkan kedua kaki ke atas sofa, begitupun Kiki dan Bi Darmi. Keduanya saling mengkeret diposisi masing-masing.
Bukan sesuatu selain Buku, tapi tulisan yang ada dijilid buku itu, membuat siapapun akan merinding membacanya.
ILMU SANTET
Aku dan mereka berdua saling pandang.
"Punya siapa? Apa mungkin Om Haris?" tanya Kiki.
Aku menggeleng, mataku beralih pada Bi Darmi.
Bi Darmi nampaknya merasa seperti sedang diadili, ia menatapku dan Kiki bergantian, kemudian beberapa detik setelah itu... Bi Darmi mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pebi
Mystery / Thriller** Mereka menyebutku aneh, mereka memanggilku Idiot, mereka menutup hidung ketika aku lewat, mereka mengangkat sebelah bibir ketika Aku berbicara. Aku, di mata mereka tak ubahnya sebuah barang rongsok yang tidak berguna. Aku, Pebi...