Kami duduk tegang di atas sofa di ruang tamu. Rasa kantuk dan penat yang kurasakan sejak tadi kini mengabur entah kemana. Bahkan lelah dan denyut dikepalaku seakan kaku, berganti kram yang seolah mencengkeram kuat-kuat otakku.
Aku dan Kiki mendengarkan semua cerita Bi Darmi dengan tegang. Rasanya... Aku ingin sekali menjerit sekuat-kuatnya. Entah cobaan apa lagi yang harus kuhadapi, bahkan ketika Aku mulai melepaskan seluruh dendam yang bergejolak selama itu.
Besok pagi, Aku harus kembali ke Desa, bersama Bi Darmi dan Kiki!
Aku juga harus menuntut Bapaknya Inoy, agar jangan berpura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."Jadi, Keluargaku lah yang sesungguhnya sudah menghancurkan Keluarga Bapak Yons?" tanyaku dengan bibir bergetar.
Sementara itu, Kiki menangis kencang disampingku. Kiki kini sudah menjadi gadis remaja, sedikit banyak ia paham dengan cerita ini. Aku meremas pundaknya, kemudian kuraih kepalanya ke dalam pelukanku.
Entah bagaimana perasaanku saat ini, sungguh tidak dapat kujelaskan lagi.Bi Darmi mengangguk pelan. Ada Air mata menggenang di mata keriput perempuan itu.
"Bibi tahu segalanya, Non. Tapi ... Bibi tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Pada saat itu, Bibi masih sangat muda sekali ketika Bibi ikut bekerja bersama keluarga Non Nilla...
"Orang tua Bibi masih Satu kerabat dengan Almarhum Ibu Yons. Tapi karena desakan ekonomi pada saat itu, Bibi terpaksa ikut bekerja bersama keluarga ini...
"Bibi tahu betul bahwa Yons menjadi Dokter di Kota. Bibi juga tahu jika Yons sedang merencanakan balas dendam..." sejenak ia menghentikan ucapannya, guna menatik napas dalam-dalam.
"Desa yang tadi Non datangi adalah Desa yang sama, tempat yang sama. Hanya saja, mereka tidak pernah tahu jika Yons sudah menjadi Dokter. Karena Yons kembali ke Desa, setelah peristiwa itu terjadi..."
"Peristiwa? Peristiwa apa?!" teriakku tak terkendali. Kiki sampai menjengat dari pelukanku.
"Sebaiknya, Umar yang menceritakannya kepada Non Febi. Karena Umarlah, Satu-satunya orang kepercayaan Yons. Umar tahu segalanya. Berikut siapa sesungguhnya yang membunuh Tuan Regga. Ayah kandung Non ..."
Ayah?!
Bukankah kemarin Bi Darmi bilang jika Ayah Regga mati karena kecelakaan?Astaga Tuhan, apa lagi ini...
Tidak bisa!
Aku harus kembali ke Desa sekarang juga!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pebi
Mystery / Thriller** Mereka menyebutku aneh, mereka memanggilku Idiot, mereka menutup hidung ketika aku lewat, mereka mengangkat sebelah bibir ketika Aku berbicara. Aku, di mata mereka tak ubahnya sebuah barang rongsok yang tidak berguna. Aku, Pebi...